Kalau misalnya yang dikerjakan hanya makan waktu 43 detik per boneka, maka pekerjaan 2400 boneka per hari, kalau dihitung berdasarkan itu hanya perlu 3 pegawai untuk kerja 10 jam per hari. Jadi dari sini juga bisa disimpulkan ada data yang keliru, yaitu dalam ongkos pegawai Rp185,- per boneka.
Pada tanggal Sel, 11 Des 2018 pukul 16.30 Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> menulis: > > > Ada lagi pertanyaan Bung Djie, 43 detik itu bikin boneka secara > keseluruhan atau hanya sebagian? > misalnya cuman pakai-kan baju. > > ---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote : > > Siapa yang bilang saya jadi bingung ? > Hanya saya jelaskan di mana biasanya letak kesalahannya, > yaitu dalam menghitung, apalagi kalau dalam mengkonversi > mata uang. > Kalau Rp 185,- per boneka, jelas tidak mungkin. Ini pakai nalar : > Masa satu boneka bisa selesai dalam 43 detik, Kalau Rp 1850, > rasanya masih mungkin, jadi dalam 430 detik, sekitar 6 menit. > Seorang professor saja bisa salah ngitung. Apalai journalis ? > Kadang terjadi kesalahan pada perbankan dalam mengkonversi > mata uang. Dalam beberapa hari biasanya ketahuan dari balans > yang tidak cocok. Lalu clientnya diminta kirim kembali uang > yang berlebih. > > Pada tanggal Sel, 11 Des 2018 pukul 07.57 ajeg ajegilelu@... [GELORA45] < > GELORA45@yahoogroups.com> menulis: > > Nah itulah kesalahannya, tidak ada data jumlah pekerja > tapi Anda tetap berandai-andai dengan mengarang 2 soal > hitungan ("perhitungan 1" dan "perhitungan 2"). > Bikin soal sendiri, dihitung sendiri, lalu dijawab sendiri, > lalu bingung sendiri. > > Ya jelas bingung, wong topiknya masalah ketimpangan > lha kok ditanggapi dengan 2 soal hitungan yang tidak jelas > datanya. Di mana nalarnya? > > Di mana nalarnya sampai menyamakan masalah ketimpangan > sosial ini (kalau betul memakai sistem sosial) dengan hitungan > penyemprot udara? > > --- djiekh@... wrote: > > > Lho, siapa yang bilang, perhitungan itu untuk menghilangkan > laporan ketimpangan yang ada. Tidak ada kesimpulan yang saya > tarik ke situ. > Yang jelas tidak mungkin per boneka diberi Rp 185,- > Bisa saja salah satu nol ?, mestinya Rp1850,- > kalau Rp 1850,- rupiah, bisa dihitung perusahaan itu pakai > 3 X 10 pekerja = 30 pekerja. > Sayangnya tidak ada data jumlah pekerja yang dilaporkan, jadi sulit > diketahui > apa begitu. > Di suatu pertemuan, seorang professor menjelaskan teorinya > untuk memperhitungkan kecepatan udara yang dipakai di spray drying. > Ya, tentu saja kami jadi heran, kok kecepatannya setelah dia hitung kira2 > 10 kali lipat > yang kami pakai dalam industri. jadi malam2, kami menghitung pakai > rumus teori dia.Ternyata hasilnya sama dengan yang kami pakai dalam > industri. > Jadi dia ngitungnya salah. Rumus teorinya benar. > Besok paginya, kami jelaskan. Terus dia hitung, benar dia salah satu orde, > jadi 10 kali lipat. > Kalau di Belanda, tidak apa-apa kalau guru besar salah, dikoreksi > mahasiswanya. > Tidak tahu sekarang bagaimana di Indonesia ? > > > Pada tanggal Sel, 11 Des 2018 pukul 06.55 ajeg menulis: > > Penghitungan itu tidak salah, tapi jadi berbahaya > kalau cuma untuk berhitung dan bukan untuk bernalar. > Apa penghitungan dengan kekeliruan data sekecil itu > lantas menghapus ketimpangan yang ada? > > --- djiekh@... wrote: > > Dari perhitungan itu jelas journalisnya memasukkan data yang keliru. > Silahkan sanggah kalau perhitungan itu keliru. dan salahnya di mana. > Sebagian dari kesimpulan berdasarkan data itu jadi tidak benar. > > > Pada tanggal Sel, 11 Des 2018 pukul 06..03 ajeg menulis: > > Itulah bahaya dari penggunaan matematik hanya > untuk berhitung, bukan untuk bernalar. > Padahal, hitungan matematik itu sendiri sudah > menghasilkan informasi yang jelas yaitu, ketimpangan. > > Sangat banyak kok tulisan / laporan bahkan demo > yang menyuarakan ketimpangan ini sejak berpuluh tahun lalu. > Artinya, bukan baru terjadi di pabrik boneka satu itu saja.. > > Semakin jelas bahwa sistem kapitalisme yang berlaku > sekarang bertentangan dengan hukum alam; uang / > kesejahteraan mengalir ke atas dan bertimbun di sana. > Sedikit sekali yang dibiarkan menetes ke bawah. > > --- SADAR@... wrote: > > Nampak jelas orang-orang berpikiran teknik dengan hitungan-hitungan yang > begitu detail, ... BERBEDA dengan pemikiran ekstrim yg hanya bertujuan > memojokkan dan menghitamkan Tiongkok yang dituduh sudah jalankan > penghisapan manusia atas manusia sistem KAPITALISME itu! Begitu ekstrimnya > bandingkan upah buruh dengan harga jual barang produksi, tanpa perhitungkan > nilai produksi barang secara keseluruhan sampai bersih menjadi KEUNTUNGAN > bagi majikan setelah ditimpa pajak keuntungan yang harus dibayar. > > Nenek dalam tempurung ini sudah TIDAK bisa melihat bagaimana barang > produksi itu di PASAR kan, dari kebutuhan keluarkan biaya untuk iklan > mempropagandakan sampai pada biaya distribusi ketoko-toko yang hendak > menaroh barangnya untuk dijual dan kapan duitnya itu bisa masuk setelah > barang itu terjual. Lalu, apa yang akan terjadi kalau ternyata GAGAL, tidak > ada pembeli, ... yang RUGI tentu majikan bukan buruh! Begitu kapitalis > pasti terjadi penghisapan manusia atas manusia, ... tidak bisa melihat > masih ada kemungkinan terjadi KERJASAMA, kolaborasi antara majikan dan > buruh, untuk maju bersama dan untung bersama! > > Nenek dalam tempurung ini juga tidak bisa melihat persaingan yang terjadi > dimasyarakat, kalau saja majikan yg satu memperlakukan buruh/pegawai begitu > jahat/kejam dikira tidak akan hijrah kepabrik lain yg perlakuannya lebih > baik? Kalau saja semua pabrik dikota itu begitu jelek jahat dan kejam > terhadap buruh/pegawai, apa dikira hasil produksinya bisa bagus, kwantitas > maupun kwalitasnya? Apa dikira buruh/pegawai yg diperlakukan jelek itu bisa > bekerja baik-baik??? Bisa bertahan berapa lama pabrik yg perlakukan > buruhnya begitu jelek, nggak RUGI bahkan terancam bangkrut??? Lalu, apa > yang akan terjadi kalau perlakuan kejam terhadap buruh itu diseluruh > Tiongkok pada umumnya??? Bukankah TARAF kehidupan rakyat Tiongkok merosot > lebih MISKIN!!! > > Itulah yg selalu saya bilang nenek dalam tempurung ini otaknya sudah > didengkul, tidak lagi bisa berlogika spt orang waras, ...! > > > kh djie 於 11/12/2018 8:46 寫道: > > Bung Noroyono, > Saya sangat gembira, ada bung yang juga meneliti apakah data yang > disajikan oleh seorang > wartawan masuk akal atau tidak, dengan cara membuat perhitungan atas data > tersebut. > Banyak terima kasih atas uraian bung, yang menyajikannya dalam bentuk yang > lebih dapat > dipahami / diikuti. > Salam, > KH > > Pada tanggal Sel, 11 Des 2018 pukul 01.21 Noroyono 1963 menulis: > > Bung KH Jie yg baik, > > Saya sependapat dengan uraian matematika Anda terkait upah buruh > pemroduksi boneka Ariel di salah satu fabrik di Tiongkok. > > Di bawah ini adalah uraian matematika yg saya buat berdasarkan sepenuhnya > alur pikiran Anda terkait tema di atas.. Dengan uraian ini tentu saja saya > tidak bermaksud “memperbaiki” uraian Anda. Siapa dan apa-lah saya? Uraian > ini saya tulis semata-mata merupakan manifestasi dukungan saya atas alur > pikiran anda tsb. > > *Noroyono* > *11/12/2018* > > +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ > > *Perhitungan 1* > > *Diketahui:* > *Jumlah boneka (yg diproduksi)=1 buah* > *Jumlah upah (yg diterima 1 orang buruh per 1 boneka yg diproduksi)=Rp > 185,-* > > *Jumlah jam kerja=1 jam* > *Jumlah upah (yg diterima 1 orang buruh per 1 jam kerja)=Rp 15 725,-* > > *Pertanyaan:* > *Jumlah waktu yg dibutuhkan untuk memproduksi 1 boneka..* > > *Jawaban:* > *Jumlah upah per 1 jam kerja=Rp 15 725,-* > *Jumlah upah per 1 boneka=Rp 185,-* > *----> Jumlah boneka per 1 jam kerja=(15725:185)x1 boneka=85 boneka* > * 1 jam=3600 det* > *----> Jumlah waktu yg dibutuhkan untuk memproduksi 1 boneka=* > * 3600 det: 85 boneka=42,35 det/boneka. Dibulatkan menjadi 43 > det/boneka* > > *Mukinkah boneka Ariel yg contohnya terlampir di bawah dibuat dalam 43 > detik? Rasa-rasanya tidak mungkin.* > > *Perhitungan 2* > > *Diketahui:* > *Jumlah waktu produksi per 1 boneka=43 det* > *Jumlah boneka yg harus diproduksi per hari=2400 boneka* > *Jumlah waktu kerja (normal+lembur) per 1 buruh per hari=10 jam* > > *Pertanyaan:* > *Jumlah buruh yg dibutuhkan agar kapasitas produksi mencapai 2400 > boneka/hari* > > *Jawaban:* > *Jumlah waktu produksi per 1 boneka=43 det* > *Jumlah boneka yg harus diproduksi per hari=2400 boneka* > *----> Jumlah waktu produksi 2400 boneka=2400x43det=103200 det=28,66 ... > jam.* > * Dibulatkan menjadi 29 jam.* > * Jumlah waktu kerja (normal+lembur) per 1 buruh per hari=10 jam* > *----> Agar kapasitas produksi mencapai 2400 boneka/hari, maka jumlah > buruh yg dibutuhkan=* > * (29:10)x1 buruh=2,9 buruh. Dibulatkan menjadi 3 buruh.* > > *Bagi saya benar-benar sesuatu yg amat sulit untuk dipercaya apabila > memang benar bahwa 2400 boneka (yg contohnya terlampir di bawah) dibuat > dalam satu hari hanya oleh 3 buruh saja.* > > [image: Inline-afbeelding][image: Inline-afbeelding] > > > Op maandag 10 december 15:45 2018 schreef nesare het volgende: > > Salahnya ada 2: > > 1. Salah membandingkan upah buruh vs keuntungan. Upah buruh hanya > salah satu komponen biaya dari sekian banyak biaya yang ada dalam menjual > barang/jasa dagangannya. Begitu juga keuntungan tidak selalu terkait dengan > jumlah barang/jasa yang dijual. Jualan lebih banyak belum tentu keuntungan > meningkat. > 2. Terlebih lagi salahnya apabila membandingkan upah buruh dengan > keuntungan. Apalagi sudah tahu upah buruh hanyalah salah satu komponen > biaya produksi. Biaya total produksi sendiri pun belum tentu dapat > menentukan keuntungan, apalagi hanya upah buruh. Upah buruh itu biasanya > rendah dalam manufacturing company. Ada upah buruh yang masuk kedalam fixed > cost tetapi ada juga upah buruh yang masuk variable cost. Kalau di RRT, > Indonesia dan negara2 berkembang dan negara2 miskin biasanya upah buruh > masuk variable cost. Variable cost itu bervariasi sesuai dgn produksi. Jadi > kalau jumlah barang yg diproduksi meningkat, buruh bertambah utk disuruh > mengerjakan produksinya. Kalau gak ada produksi ya gak kerja artinya buruh > tidur. Jadi ada kerja ada upah. Kalau upah buruh masuk fixed cost artinya > kerja/produksi atau tidak, perusahaan akan tetap bayar upah buruh itu. > Dinegara maju krn HAM dan system sudah berjalan baik, tidak heran melihat > upah buruh masuk fixed cost. Kalaupun masuk variable cost, upahnya lebih > tinggi apalagi lembur akan lebih tinggi lagi. Biasanya buruh yg kerja dgn > skill ketrampilan tinggi lebih senang jadi kerja lembur ini krn dapat upah > lebih tinggi. Berbeda dinegara berkembang atau negara miskin dimana supply > and demand work force/pasar kerja lebih banyak supplynya artinya lebih > banyak orang yg mencari pekerjaan. Jadi ini proses ekonomi. > > (Message over 64 KB, truncated) > > > >