Mike Pompeo, Si Mulut Besar yang Jadi Ancaman Sejati Pihak Barat
2020-06-03 11:49:12
http://indonesian.cri.cn/20200603/5edf9151-2567-e70c-e4ad-aafe1851fcaf.html
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo baru-baru ini
mengatakan kepada Fox News bahwa Tiongkok tengah “merugikan” kepentingan
AS dan para sekutunya sehingga telah menimbulkan ancaman bagi pihak
Barat. Menlu terburuk sepanjang sejarah ini berusaha mengadu domba
hubungan Eropa dengan Tiongkok, dan berkoar bahwa Eropa dan AS harus
bergandengan tangan untuk menghadapi ancaman Tiongkok.
Akan tetapi, di tengah krisis wabah virus corona yang dihadapi seluruh
manusia kali ini, peranan seperti apa yang dimainkan Mike Pompeo jauh
sebelumnya sudah disadari masyarakat Barat. Dari menjarah barang-barang
medis yang sangat dibutuhkan negara-negara Eropa hingga mencela Eropa
sebagai sumber penular wabah di wilayah AS, dari melarang warga negara
Uni Eropa masuk ke wilayah AS hingga mencelakakan sekutunya dengan
membuat dokumen palsu dan keabsenannya dalam konferensi penggalangan
donasi untuk penanganan pandemi COVID-19 yang disponsori negara-negara
Uni Eropa dengan negara lain. Apalagi dalam pertemuan menteri luar
negeri G-7, Mike Pompeo masih bersikeras menggunakan kata “virus Wuhan”,
bahkan mengancam akan menghentikan pendanaan kepada WHO sampai mundur
dari badan kesehatan dunia tersebut. Business Insider AS baru-baru ini
memberitakan, hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 73 persen
responden Jerman menyatakan kesan buruknya terhadap AS selama pandemi.
Sedangkan tingkat dukungan warga Italia kepada AS anjlok hingga 17
persen. Hal ini sangat wajar mengingat apa yang telah dilakukan AS
terhadap para sekutunya di masa pandemi.
Padahal masyarakat Eropa tahu benar bahwa para politisi AS yang hanya
tahu mengejar kepentingan politik egoisnya mustahil menaruh perhatian
pada Eropa. Dari pengenaan tarif tambahan terkait penerbangan udara
Eropa hingga mengancam akan mengurangi pembagian informasi intelijen
kepada negara-negara yang berani menggunakan perlengkapan dan teknologi
Huawei Tiongkok, sampai mengenakan sanksi terhadap perusahaan Eropa yang
ikut serta dalam proyek pipa gas alam Nord Stream 2 (NS2), tingkah laku
AS tersebut telah membuktikan bahwa AS adalah mitra yang berbahaya bagi
Eropa. Para politisi AS dengan Mike Pompeo sebagai wakilnya hanya
memandang Eropa sebagai batu pijakan untuk mewujudkan “America First”.
Akan tetapi, di tengah krisis yang bertubi-tubi di dalam negeri, Mike
Pompeo masih terus nekat menggunakan Eropa untuk mewujudkan tujuannya
dalam menyerang dan memfitnah Tiongkok.
Sebagai negara terkuat di dunia, AS tampaknya kewalahan di hadapan
pandemi COVID-19, sehingga mengakibatkan 100 ribu jiwa meninggal.
Apalagi demonstrasi besar-besaran anti diskriminasi ras akibat kematian
seorang pria kulit hitam yang ditindih lehernya oleh polisi kulit putih
telah meluas sampai seluruh wilayah AS. Bahkan pemimpin tertinggi AS
mengancam akan mengerahkan tentara untuk memadamkan kerusuhan. Pantas
saja para pengunjuk rasa di Inggris, Jerman dan Denmark mengepung
Kedutaan Besar AS dalam rangka aksi protes untuk menyatakan solidaritas
kepada masyarakat kulit hitam AS. Siapakah gerangan yang menjadi ancaman
sejati bagi seluruh umat manusia, termasuk negara-negara Barat?
Jawabannya sudah diketahui oleh umum.
Pepatah Eropa berbunyi “True friends never give up”. Sejak terjadinya
pandemi COVID-19, Tiongkok dan negara-negara Eropa saling mendukung dan
saling memberi semangat. Nyata sekali, Eropa mutlak tidak rela berperan
dalam lelucon politik konyol yang disutradarai Mike Pompeo tersebut.
Siapa sahabat sejati dan siapa sahabat palsu, negara-negara Eropa dan
rakyatnya tahu dengan pasti.
Deteksi Covid-19 di Wuhan Temukan 300 Kasus Terinfeksi Tanpa Gejala
2020-06-03 12:05:45
http://indonesian.cri.cn/20200603/40194702-7ef3-3302-3bf2-3c8d61f49a4f.html
Hasil deteksi asam nukleat virus corona atau covid-19 yang diadakan di
seluruh daerah Wuhan diumumkan pada hari Selasa kemarin(2/5). Antara
tanggal 14 Mei pukul 00:00 hingga tanggal 1 Juni pukul 24:00, Wuhan
secara total telah mengadakan deteksi asam nukleat kepada 9,899 juta
orang, tidak ditemukan kasus terkonfirmasi, namun ditemukan 300 kasus
terinfeksi tanpa gejala, indeks penemuannya adalah 0,303 per 10 ribu
orang, jumlah orang-orang yang berkontak dekat dengan kasus terinfeksi
tercatat 1.174 orang, hasil deteksi asam nukleat semua adalah negatif.
Profesor Wang Ying dari Institut Imunologi Shanghai fakultas kedokteran
Universitas Jiao Tong Shanghai, yang juga Wakil Ketua Imunologi Shanghai
menyatakan, karena pneumonia virus corona adalah penyakit menular yang
baru, para ilmuwan masih perlu lebih mempelajarinya. Dilihat dari hasil
yang diumumkan kali ini, daya infeksi kasus tanpa gejala tidak terlalu
kuat, salah satu sebabnya mungkin adalah karena virus yang dibawa mereka
adalah virus mati.
Wang Ying mengungkapkan, pendeteksian terpadu adalah salah satu taktik
penting untuk memeriksa sekitar 10 juta orang dalam waktu setengah
bulan. Pemikiran dasarnya ialah membagi sekumpulan orang menjadi
beberapa kelompok, memadukan dan mendeteksi swab orang yang diperiksa,
setelah menemukan kasus positif, setiap orang dari regu itu dideteksi
kembali untuk mendapatkan kasus positif. Menurut data statistik yang
diumumkan kemarin, indeks positif penduduk Wuhan sangat rendah.
Anggota tim ahli pembimbing dikirim Pemerintah Pusat ke Hubei, akademisi
Tiongkok Zhang Boli juga menyepakati pendapat ini. Dia menyatakan,
sejumlah kasus terinfeksi tanpa gejala dalam tes asam nukleat selalu
terdeteksi positif dalam jangka panjang, hal ini membingungkan para
ahli. Setelah mengembangkan virus dari tubuh mereka, peneliti sains
memeriksa urutan genom virus. Hasil menunjukkan, virus di dalam tubuh
mereka adalah virus mati, yakni sisa virus yang mati dalam tubuh manusia
menjadi urutan genom, sehingga banyak kasus terinfeksi tanpa gejala
tidak mempunyai sifat menular.
Di dalam skala dunia, pendeteksian skala besar seperti ini adalah yang
pertama kalinya. Tidak sedikit ahli berpendapat, pendeteksian masyarakat
di seluruh Wuhan mempunyai nilai teladan dalam perlawanan wabah
internasional.
Xi Jinping: Bangun Sistem Kesehatan Umum yang Kuat
http://indonesian.cri.cn/20200603/4fce8987-f8fa-1447-fcb1-e939df3381cd.html
2020-06-03 11:49:45
Presiden Tiongkok Xi Jinping menyampaikan pidato di depan temu wicara
dengan para ahli dan sarjana pada Hari Selasa kemarin (2/6). Dia
menekankan perlunya membangun sistem kesehatan umum yang kuat,
menyempurnakan mekanisme peringatan dini, meningkatkan kemampuan
pencegahan wabah dan pengobatan secara menyeluruh, serta menyediakan
jaminan kuat untuk memelihara kesehatan rakyat.
Xi Jinping menekankan, Tiongkok hendaknya menetapkan peningkatan
pemantauan dan peringatan dini sebagai tugas urgen penyempurnaan sistem
kesehatan umum, menyempurnakan sistem pemantauan wabah penyakit menular
dan peristiwa kesehatan umum mendadak, memperbaiki mekanisme pemantauan
penyakit yang tak diketahui asalnya dan peristiwa kesehatan tidak
normal, demi meningkatkan kesensitifan dan keakuratan sistem evaluasi
dan pemantauan.
Xi Jinping menekankan, hendaknya mendirikan mekanisme penanaman modal
yang stabil terhadap usaha kesehatan umum, mengoptimalkan dan
menyempurnakan fungsi badan pencegahan dan pengontrolan penyakit,
meningkatkan pembangunan kemampuan badan pencegahan dan pengontrolan
penyakit tingkat nasional, mengintensifkan penataran tenaga kerja,
mendirikan perguruan di bidang kesehatan umum yang berkualitas tinggi.
Hendaknya meningkatkan kemampuan pengobatan penyakit menular di rumah
sakit umum, memperbaiki lingkungan kehidupan, memperkuat pembangunan
insfrastruktur lingkungan kesehatan umum, memprakarsai pola kehidupan
yang beradab, sehat dan ramah lingkungan. Hendaknya membina tim
pencegahan dan pengotrolan penyakit di sektor pengobatan tradisional
tingkat nasional yang berlevel tinggi, untuk mendorong pengobatan
tradisional dan Barat yang saling melengkapi dan berkembang selaras.
Xi Jinping menekankan, ke depannya, Tiongok akan mendorong
pengamandemenan dan penyusunan UU pencegahan penyakit dan UU tanggap
darurat kesehatan masyarakat, untuk menyempurnakan tindakan pencegahan
dan pengendalian penyakit menular mendadak yang serius dan baru. Selain
itu, perlunya meningkatkan penelitian iptek di bidang kesehatan, dengan
sekuat tenaga melakukan penerobosan teknologi inti.
Xi Jinping menyatakan pula, Tiongkok akan terus menunaikan kewajiban
internasionalnya, memainkan peranan sebagai penyuplai barang pencegahan
wabah global, demi membangun bersama komunitas kesehatan umat manusia.