Suaminya koningin Beatrix dulu, sebutannya bukan koning, melainkan Prins.
Suaminya ratu Elizabeth, juga sebutannya Prince.Kalau disebut Koning, kan
dia jadi
kepala negaranya?
Istrinya koning Alexander, sebutannya anehnya ? bukan Prinses,
tetapi koningin......
Istrinya Presiden, disebut First Lady
Suaminya presiden wanita, bukan first Gentleman....?
Presiden disebut Kepala negara, bukan Bapak Negara ? Kok istrinya bisa
disebut Ibu Negara....?
Memangnya pernah melahirkan Negara?
Kalau Presidennya wanita tetap Kepala Negara, bukan ibu negara ? Kalau ibu
Negara, kan suaminya
jadi bapak Negara...?
Bahasa yang indah2, muluk2, bisa bikin bingung juga. Seperti menimba ilmu ?
Memangnya ilmu itu
barang cair ? Menggali sumur : Kalau sudah ada sumur, apa masih digali
lagi. Tetapi kalau menggali
tanah membuat sumur, wah kok panjang sekali..... Menanak nasi : Kalau sudah
jadi nasi apa masih
ditanak. Apa mestinya menanak beras? Memanjatkan doa : Apa ya doa itu dapat
disuruh memanjat
ke atas seperti memanjatkan kera untuk memetik buah kelapa. Bingung, jadi
pusing.....sendiri.

Op do 18 jun. 2020 om 09:53 schreef tmaslam.2...@yahoo.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com>:

>
>
> Jadi sebenarnya apa perbedaan antara istri presiden dengan Ibu Negara,
> sedikit saya kutip ,,Status menjadi Ibu Negara……..”
>
> Waktu Megawati jadi presiden, Taufik Kiemas menyandang nama apa?
>
>
>
> Salam,
>
> Titiek Maslam
>
> *Van:* GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com>
> *Verzonden:* donderdag 18 juni 2020 06:27
> *Aan:* gelora45@yahoogroups.com
> *Onderwerp:* [GELORA45] Iriana, First Lady
>
>
>
>
>
> Dari milis tetangga/Amerika:
>
> Menuju Cahaya
>
> Joko Widodo
>
>
>
> Istri saya datang dari keluarga yang sangat sederhana. Iriana adalah
> sahabat baik adik saya. Ia sering main ke rumah kami dulu di Solo dan
> lama-kelamaan saya jatuh cinta padanya. Sekilas Iriana tampak seperti
> perempuan yang tidak tegar jika dihadapkan pada dunia politik yang keras
> dan penuh cercaan. Tapi, sebetulnya ia adalah perempuan yang teramat sangat
> kuat.
>
>
>
> Kekuatan Iriana sudah terbukti sejak kami mengarungi tahun-tahun awal
> biduk rumah tangga. Tanpa banyak bicara dan keluhan, ia mendampingi saya
> bekerja di hutan pedalaman Aceh. Saya berani bertaruh, jarang perempuan
> yang mau berada di dalam kehidupan seperti itu. Tinggal di barak di dalam
> hutan sepanjang hari, menanti suami yang tengah bekerja di belantara
> rimba.. Sementara itu, di barak kehidupan sangat monoton. Kamar tidak luas.
> Dapur yang ada hanya satu dan dipakai beramai-ramai. Kamar mandi juga
> dipakai bersama pekerja lain. Tak ada pasar yang bisa membuatnya asyik
> memasak ini dan itu. Sementara mau jalan-jalan, hendak ke mana? Suara
> binatang buas atau sekadar babi hutan saja bisa membuat diri bergidik.
> Bayangkan, ia melewati kehidupan seperti itu selama dua tahun. Tiada
> keluhan sama sekali, Iriana telah membuktikan kesetiaan dan pengertiannya
> terhadap saya dan karier yang saya jalani. Ia melebur masuk ke dalam diri
> saya tanpa syarat. Cintanya begitu murni dan kuat.
>
>
>
> Itu sebabnya selalu saya wanti-wanti ke dalam diri, jangan sampai ia
> merasa tersakiti atau tersiksa karena karier saya. Sebab ia telah begitu
> mulia membuktikan pendampingannya yang luar biasa di sisi saya.
>
>
>
> Yang saya kagumi, ia begitu luwes bisa menyesuaikan diri dengan lika-liku
> perjalanan karier saya. Ketika saya kerja di hutan, ia bisa menyesuaikan,
> mengenyahkan rasa takutnya dan membangun ketegaran. Ketika saya masih
> menjadi tukang di bengkel kayu kecil, ia juga ikhlas mendengar suara
> berisik ketika saya menyerut kayu hingga lewat tengah malam dan ruang tamu
> kami yang penuh debu serbuk bekas gergaji. Ketika saya membangun pabrik
> mebel, ia juga bisa menyesuaikan diri. Sampai menjadi wali kota, ia pun
> mampu membangun dirinya untuk bisa berperan baik sebagai istri wali kota.
> Bahkan ketika saya maju ke pilkada DKI Jakarta, ia juga bisa mengantar
> dirinya untuk masuk ke dunia baru dengan ujian yang luar biasa. Pilkada DKI
> Jakarta sangat keras. Penuh dengan serangan politik dalam aneka bentuk.
> Jika mental tidak kuat, pasti akan menyerah. Tapi Iriana tangguh.
>
>
>
> Semua tahapan itu rupanya terus memperkuat mentalnya. Sehingga ketika saya
> menjadi Presiden, Iriana telah menjelma menjadi perempuan yang teruji oleh
> pengalaman. Ia sangat kuat membaca postingan atau hoaks berisi fitnah
> tentang saya. Ia juga tak emosi ketika membaca tulisan-tuilisan yang
> mencemooh atau menghina saya dan keluarga. Sikap Iriana sangat
> menenteramkan hati saya. Sebab itulah sesungguhnya yang sangat saya
> khawatirkan, yakni dampak politik terhadap kedamaian keluarga. Nyatanya
> justru Iriana yang menyumbang perasaan damai terhadap diri saya. Betapa ia
> sosok yang luar biasa.
>
>
>
> Status menjadi Ibu Negara juga tidak membuat Iriana keblinger. Ia tidak
> serta merta mengarahkan dirinya untuk menjadi sosok yang memancing sorotan
> atau mengambil porsi khusus yang mengandung power. Tidak, Iriana tetap
> menjadi dirinya sendiri. Ia seorang ibu rumah tangga yang sederhana.
> Sehari-hari jika berada di rumah ia mengenakan daster. Memasak, menyapu,
> dan bebenah. Tak ada yang berubah. Ia hanya mendampingi saya di berbagai
> acara, baik di Jakarta, luar kota, maupun luar negeri, jika kehadirannya
> memang dibutuhkan. Ada acara tertentu yang memang tidak mengundang Ibu
> Negara. Mayoritas kunjungan kerja saya tidak didampingi Iriana karena
> memang urusannya hanya meninjau proyek.
>
>
>
> Ia sangat mengerti bahwa jabatan Presiden merupakan tanggung jawab yang
> berat. Bukan simbol kedudukan mahatinggi yang boleh membuatnya berubah
> arogan. Bahwa Iriana tetap menjadi dirinya dengan karakter yang tak berubah
> juga merupakan bukti kekuatan dirinya menghadapi perubahan hidup kami.
>
>
>
> Inspirasi Indonesia...
>
>
>
> *Sekilas Ibu Negara kita*.
>
>
>
> 
>

Kirim email ke