Pertambangan di hutan lindung harus diminimalisir Pemerintah dan DPR diminta tidak meloloskan lagi pertambangan terbuka di hutan lindung. Perusakan hutan lindung secara terus-menerus akan berdampak pada kekeringan yang semakin parah di masa-masa mendatang. Demikian dikatakan Ketua Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti Agus Guntoro menyatakan hal tersebut di suatu acara di Bogor 25 Agustus lalu.
''Pertambangan di hutan lindung sebaiknya dibatalkan saja karena kerugiannya jauh lebih besar daripada keuntungannya. Musim kering tahun ini yang begitu parah bisa menjadi pelajaran sangat berharga bahwa menyelamatkan hutan jauh lebih menguntungkan,'' tegasnya seperti dikutip dari harian Media Indonesia. Agus menyatakan keprihatinannya terhadap langkah-langkah pemerintah yang hanya berpikir secara sektoral dari sisi pertambangan sehingga terus mendesak DPR untuk meloloskan pertambangan secara terbuka di hutan lindung. ''Melihat dampaknya yang sangat serius, seperti banjir dan kekeringan, harusnya pemerintah mengkaji secara mendalam.'' Namun, kajian mendalam terhadap rencana pertambangan terbuka di hutan lindung tidak dilakukan. Buktinya, lanjut Agus, pemerintah hanya mengaji keuntungan dari sektor pertambangan, sedangkan kerugian akibat kerusakan hutan lindung tidak pernah dikaji secara mendalam. Menurutnya, banyaknya kebijakan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan telah mengakibatkan bencana lingkungan sangat parah. Indonesia, tuturnya lagi, harus belajar dari China yang maju pesat belakangan ini karena memanfaatkan sumber daya alam secara lebih bijaksana dan berkelanjutan. Dia mencontohkan rencana pertambangan di hutan di China juga banyak diajukan swasta. Namun, setelah dikaji untung ruginya, China memilih tidak meloloskan pertambangan di hutan. Negara lain, terutama negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, tutur Agus, juga lebih hati-hati dalam memanfaatkan sumber daya alam. Pengambilan kayu di hutan, misalnya banyak dilakukan dengan menggunakan helikopter supaya keragaman hayati di sekitar pohon yang ditebang tidak ikut rusak. Kehati-hatian dalam mengeksploitasi sumber daya alam harus dilakukan. Pasalnya, pembentukan bahan tambang memerlukan waktu jutaan tahun. Pembentukan batu gamping di Jonggol, Bogor, yang tebalnya 100 meter memerlukan waktu 100 juta tahun. Tetapi batu gamping di Jonggol tersebut habis dieksploitasi hanya dalam waktu 30 tahun.* Sumber : Media Indonesia --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------