Terima kasih Pak Koesoema atas penjelasannya yang rinci. Kalau saya tidak salah 
menyimpulkannya, untuk sampai ke predikat Gurubesar di perguruan tinggi2 di Indonesia 
maka panjang jalan yang harus ditempuh, tidak sesederhana seperti di PT2 luar negeri.  
Semoga jalan yang panjang itu makin meningkatkan kualitas gurubesar2 kita, bukan 
membuat putus asa kandidat2 gurubesar. Perasaan pribadi saja, rasanya, saya lebih 
bangga memandang seorang gurubesar di Indonesia dibandingkan seorang prof di LN. 
Sayang sekali kalau sampai dicemari oleh jual beli gelar prof.
 
Tentang pendidikan umum di Indonesia, anak didik kita dari TK-PT, berdasarkan 
kurikulum rata-rata (sekolah standar bukan plus), bebannya jauh lebih berat dibanding 
sebayanya di LN. Dan, itu sudah puluhan tahun kita punyai. Masa pendidikan di PT pun 
lebih lama dengan beban kurikulum lebih banyak. Katakanlah rata-rata lulus dalam 5 
tahun. Tetapi, ketika dia mau sekolah di LN, maka harus ambil 1-2 tahun lagi untuk 
mencapai master, sehingga total sekolahnya menjadi 7 tahun untuk gelar master. Padahal 
sebayanya di Inggris misalnya sudah bisa mencapai gelar doktor dalam 7 tahun (3 th 
BSc, 1 th MSc, 3 th PhD). Jadinya : sudah sekolah lama, tidak dianggap pula... Saya 
pernah baca bahwa di Belanda seorang Drs bisa langsung menempuh pendidikan untuk 
doktor, karena Drs di sana setara master. Di Indonesia, yang sistem pendidikannya 
diwarisi dari Belanda, seorang Drs (S1) dianggap bachelor saja kalau mau sekolah ke 
S2. Aneh. Menempuh pendidikan di Indonesia pun sama saja. S1 dianggap bachelor, S2
 dulu untuk ke magister atau master, baru ke S3, menjadi total 10 tahun (dengan 
catatan : kalau lancar).
 
Tentang bahasa Inggris. Rata-rata anak-anak sekarang mulai belajar bahasa inggris 
secara resmi belajar (bukan main-main seperti di play group) adalah kelas 3. Di SD 3 
tahun belajar bahasa inggris, SMP dan SMU 6 tahun, di PT katakanlah resminya 2 th. 
Total sampai lulus S1 tanpa les-les bahasa inggris di luar sekolah adalah 11 tahun. 
Padahal, kita tahu, kebanyakan anak tetap les bahasa inggris walaupun di sekolahnya 
dapat pelajaran bahasa inggris. Nah, bagaimana rata-rata kualitas bahasa inggris 
lulusan2 S1 kita ? Dalam pengamatan saya, masih belum menggembirakan. Setelah bekerja, 
di perusahaan dileskan lagi oleh perusahaanya lewat berbagai program in-house training 
atau total immersion selama beberapa minggu. Ternyata, masih belum menggembirakan 
juga. Adakah yang salah...
 
Salam,
Awang

Koesoema <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Referensinya adalah Belanda jaman dulu, mungkin, tetapi dibikin rumit
sendiri, mungkin tadinya takut ada inflasi professor, jadi dibuat
jenjang-jenjang yang panjang dengan mengaitkan pada sistim kepegawaian
negeri.
Istilah resminya adalah Gurubesar, istilah professor itu hanya sebutan saja,
bukan gelar akademis, sebutan untuk seseorang yang memangku jabatan
gurubesar (sperti sebutan Kyai untuk orang yang memimpin pesantren).
Tentu tiap negara berbeda sistimnya. antara Inggris dan commonwealth
countries (seperti Australia) dengan Amerika Serikat saja beda. Di Inggris
tidak mengenal sebutan associate dan assistant professor. Ngomong-ngomong
Sdr. Awang di Indonesia tidak mengenal istilah Assitant Professor dan
Associate Professor, itu hanya di Amerika Serikat saja.
Tentu negara-negara lain mempunyai sistim sendiri, Jepang lain,
Negara-negara Arab lain (disana Uztadz itu adalah Professor, bukan guru
ngaji seperti disini). Mungkin para netters yang mendapatkan pendidikan di
berbagai negara dapat menjelaskan sistim dan sebutannya.
Wassalam
RPK
----- Original Message -----
From: "OK Taufik" 
To: ; 
Sent: Wednesday, March 17, 2004 7:54 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston


> Kualifikasi Profesor di Indonesia ini me-refer ke sistem pendidikan mana
pak, Belandakah?. Kalau membandingkan Profesor yg dari Prancis agak beda,
seperti yg dipertanyakan sdr. Amir-Al Amin tsb, profesor di sana hanya
merupakan panggilan buat pengajar. Malah di rig saya pernah ada Company
Man-nya Profesor dari Prancis..
> --
>
> --------- Original Message ---------
>
> DATE: Wed, 17 Mar 2004 15:18:56
> From: "Koesoema" 
> To: 
> Cc:
>
> >Orang atau suatu instansi tidak akan memberikan financial support kepada
> >seseorang untuk memangku jabatan gurubesar jika orang itu tidak memeliki
> >kwalifikasinya.
> >
> >
> >----- Original Message -----
> >From: "teddy atmadinata" 
> >To: 
> >Sent: Wednesday, March 17, 2004 9:26 AM
> >Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman
Houston
> >
> >
> >> Mungkin kalau Saya boleh sedikit mengomentari perihal predikat Profesor
di
> >Luar sana harus proaktif membuat sutu karya setiap perioda karena dengan
> >menyandang predikat tersebut tanpa ada karya yang kontinyu tidak patut
lagi
> >menyandang Predikat tersebut, jadi tidak mudah untuk mempunyai Predikat
Prof
> >tersebut kalau tidak di ada Financial Support yang jelas dan pasti.
> >>
> >> Wassalam,
> >> Teddy Atmadinata
> >>
> >> AL-AMIN Amir wrote:
> >> saya saya pernah dengar predikat professor di america adlah semua yang
> >> menjadi pengajar..
> >> jadi bukan suatu jenjang kepangkatan
> >>
> >> jadi tidak terlalu heran dengan berita tersebut
> >>
> >> =============================
> >> AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO
> >> TOTAL E&P INDONESIE
> >> BALIKPAPAN
> >> 0542-533765 - 0811592902
> >> =============================
> >>
> >>
> >> ---------------------------------
> >> Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" your friends today!
> >Download Messenger Now
> >
> >
> >---------------------------------------------------------------------
>
> >To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
>
> >Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>
> >IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>
> >IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
> >
>
> >Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
>
> >Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
>
> >Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
>
> >Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
>
> >Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
>
> >Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
>
> >---------------------------------------------------------------------
> >
> >
>
>
>
> Need a new email address that people can remember
> Check out the new EudoraMail at
> http://www.eudoramail.com
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> ---------------------------------------------------------------------
>


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - More reliable, more storage, less spam

Kirim email ke