Sebenarnya the origin of Borneo diamond pernah saya singgung di Bandung thn 
2003 yg lalu, pada presetasi reboan tentang konsep baru pembentukan intan di 
alam.  
Memang saat ini asal mula intan di Kalimantan masih menimbulkan tanda tanya 
besar, karena semuanya ditemukan sebagai endapan alluvial. Ternyata intan 
ditemukan di Kalbar (Landak), Kalteng (hulu S. Barito), Kaltim (Muara Tewe?), 
dan tentu saja Kalsel (Martapura). Dan menurut  laporan geologist SDM, intan 
ternyata ditemukan juga di Riau (Bangkinang).
Memang saat ini belum ditemukan secara jelas pipa kimberlit di Kalimantan, 
walaupun pernah disebutkan ditemukan di muara Tewe (seperti yg disebutkan  oleh 
Pak Koeseoma),
Tetapi saya baca paper dari Bergman (1987,1988) dan Spencer (1988), tidak 
secara pasti menyebutkan adanya pipa kimberlit berdasarkan laporan geologist 
anaconda, tetapi memang kemungkinan berasal dari lamproite. (kimberlite berasal 
dari archean craton, sedangkan lamproite dari protozoic belt-nya)

Saya dan Chris Parkinson memang sempat mempelajari Intan dari Martapura sekitar 
tahun 2000-2001, kalau Chris mempelajari Intan Martapura dari inklusi mineral 
yg ada di dlm intan dan juga Nitrogen isotopnya, saya sendiri mempelajari intan 
berdasarkan himpunan mineral berasosiasi dgn intan (heavy mineral concentrate). 
Mencoba melihat kompisisi garnet, zircon, monazite, textites dll dari hasil 
sisa dulangan penambang intan.
Penelitian awal memang saya tidak menemukan garnet yg bekomposisi G10, G9 atau 
G12, yg biasanya ditemukan di kimberlit. Penelitian ini terhenti dan blm sempat 
dipublikasikan karena saya harus menyelesaikan thesis S3. Penelitian intan 
martapura ini karena hobi, bukan bagian riset S3.

Mudah-mudahan penelitian intan di Kalimantan ini akan dilanjutkan, saya sedang 
mencari sponsornya. Sayang sekali kita punya intan yang terkenal didunia 
(ditemukan sejak abad 8), tapi bangsa kita sendiri tidak tahu asal-mula dari 
intan martapura tsb.
Dan hanya sedikit orang yng concern dgn penelitian dasar just for curiousity.

Saya cukup familiar dgn batuan kimberlit dan sebangsanya, karena riset batuan 
kimberlit merupakan salah satu bagian dari thesis S3 dulu, yaitu dgn 
mempelajari batuan kimberlit (+ mantle senolit) yg ditemukan di lingkungan 
oceanic (Solomon alnoite).

Berikut ini kira-kira the origin of borneo diamond:
-Ultrahigh pressure (UHP) metamorphic origin; source from Meratus Complex 
-Peridotitic origin (Pearson et al., 1995); source from Bobaris peridotite 
(largely based on Koolhoven and van Bemmelen description).
-Meteoritic origin; presence of textites and impact-crater like structure in 
north Martapura 
-Kimberlite/lamproite origin (Bergman et al, 1987;1988; Spencer et al, 1988); 
source from the cratonic core of central Borneo (now eroded)
-Lamproite origin (Parkinson et al, 2000); source from rifted Australian 
fragment containing diamondiferous craton.

Salam
Ade Kadarusman
Utrecht, the Netherlands




Quoting Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>:

> Mengherankan, sejak Koolhoven (1935) menulis laporannya tentang asal intan
> Kalimantan ("Het Primaire Voorkomen van den Zuid-Borneo Diamant" - Primary
> Occurrences of the South Kalimantan Diamond), riset tentang ini tak mengalami
> kemajuan yang signifikan sampai saat ini pun. 
>  
> Prof. Adjat Sudradjat, di dalam bukunya, "Teknologi dan Manajemen Sumberdaya
> MIneral" (ITB, 1999) masih menulis bahwa asal intan Kalimantan ini tak
> diketahui dari mana. Lima puluh tahun sebelumnya (1949), van Bemmelen pun
> mengindikasikan hal yang sama. Memang, Koolhoven (1935) menyebutkan bahwa a
> pipe of ultrabasic rock yang disebutnya "Pamali intrusive breccia" adalah
> sumber intan di Kalimantan Selatan. Tetapi, semua buku menuliskan bahwa kadar
> intan di breksi Pamali (bukan Pemali seperti di Jawa Tengah ya..) sangat
> kecil, jauh di bawah kadar intan yang ditemukan di endapan placer-nya. Kata
> Pak Soetarjo Sigit dkk di bukunya "Mineral Deposits of Indonesia" (1962),
> tidak ekonomis menambang intan di breksi Pamali itu.
>  
> Ini kadar2 intan di Kalimantan Selatan (van Bemmelen, 1949 vol IB) : pipa
> ultrabasa breksi intrusif Pemali : 0,0035 karat/ton (1 karat intan = 0,20 g),
> enriched top soil Pamali  : 0,035 karat/ton, diamond bearing gravels placer
> deposits : 0,47 karat/ton. Nah, intan terbesar yang pernah ditemukan di
> endapan plaser itu adalah yang ditemukan di desa Cempaka, Kal Sel seberat 166
> karat (33 gram). Cukup besar, hampir sebanding dengan intan Kohinoor
> kepunyaan raja Lahore, India sebelum dibelah (186 karat), tetapi jauh lebih
> kecil dibandingkan intan terbesar yang pernah ditemukan di Afrika Selatan,
> intan Cullinan (3024 karat - 602 gram) yang kata buku Munaf (1956) -
> Ensiklopedia Indonesia (termasuk ensiklopedia Indonesia pertama) dihadiahkan
> pemerintah AfSel ke raja Inggris Edward VII.
>  
> Nah, benarkah Koolhoven bahwa breksi intrusif Pamali itu sumber primer intan
> di Martapura ? Tidak tahu, sebab praktis tak ada riset ke arah situ yang
> serius. Kalau melihat kadar2 intan antara placer deposits di Martapura dan
> primary deposits di breksi Pamali itu, maka diragukanlah kebenaran Koolhoven
> itu.
>  
> Koolhoven (1935) dan van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa breksi intrusif
> Pamali itu adalah model kimberlitic pipe intrusive di Afrika Selatan.
> Betulkah ? Kadar intan yang dilaporkan mereka tak mendukung analogi ini. 
>  
> Anthony Evans dalam bukunya, "An Introduction to Economic Geology and Its
> Environmental Impact" (Blackwell Science, 1997) menulis kadar2 intan di pipa
> kimberlite/lamproite di seluruh dunia. Yang paling miskin (kimberlit Lesotho
> : 0,309 karat/ton) - yang paling kaya (Argyle AK1 Lamproite di Australia
> Barat punya kadar intan 4 karat/ton). Bandingkan dengan kadar intan Pamali
> intrusive breccia yang hanya 0,0035 karat/ton. Bagaimana intan Martapura bisa
> punya kadar 0,47 karat/ton ? Rasanya, proses enrichment pun tak akan
> mendongkrak kadar sampai 134 kali bukan ? Lalu, dari mana dong asal intan
> Martapura ?
>  
> Melihat peta penyebaran intan di seluruh dunia (Evans, 1997), jelas tergambar
> di situ bahwa deposit intan yang besar selalu berasosiasi dengan daerah
> continental craton (> 1500 Ma old). Teori terbaru sekarang tentang origin of
> diamonds adalah bahwa intan bukanlah hasil kristalisasi magma di intrusi
> ultrabasa (akan in-situ), tetapi bahwa intan adalah ex-situ, mereka adalah
> mineral2 di upper mantle yang terbawa hot plume mantle yang sedang
> up-welling. Maka, intan bukanlah fenokris, tetapi xenokris. Kita pernah
> diskusikan ini sedikit di milis IAGI saat kita membahas plume tectonics 4-5
> tahun yl.
>  
> Nah, di Kalimantan kita punya craton kecil (Schwaner) yang disebut dan
> disatukan dengan Laut Jawa sampai ke Malaya oleh Ian Metcalfe (1996) menjadi
> SW Kalimantan craton. Dan di Kalimantan, intan tak hanya ada di Martapura,
> tetapi juga di Purukcahu (KalTeng) dan Sanggau (KalBar). Mengapa kita tak
> mencoba mengkaji origin of diamonds in Kalimantan secara lebih serius ? Atau,
> telah puas dengan karya klasik W.C.B. Koolhoven (1935) yang ditulis 70 tahun
> yang lalu ? 
>  
> salam,
> awang
>  
>  
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
> http://mail.yahoo.com 




---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke