Abah,
Sepengetahuan saya relasi kekuatan energi akustik gelombang dengan medium
yang dilaluinya selalu (harus) bisa dihitung, dan ini sudah menjadi
salahsatu paket basic untuk aplikasi seismik yg ada di pasaran sekarang ini
(biasanya dimasukkan ke dalam atribut seismik "kuat energi"/energy
strength), karena karakter ini selalu membuat geophysicist penasaran tentang
jenis litology-nya (berdasarkan response nya terhadap gelombang akustik).
Padahal sekarang yg lebih penting lagi adalah mengetahui isi dari litologi
yg dilewati tadi, apakah hydrocarbon-bearing atau kosong saja.

Gelombang akustik secara matematik mempunyai 2 konten: bagian real dan
bagian imajiner. Umumnya hanya bagian real yg diambil untuk mengkarakterkan
gelombang tadi, itu pun tidak sepenuhnya mendekati karakter aslinya (karena
keterbatasan kemampuan komputasi), sekalipun sudah memakai aneka
Transformasi Fourier (FT): fast FT, discret FT, dll.

Nah "kekurangan" inilah yang kelihatannya - untuk saat ini - bisa diisi oleh
pemecahan "Helmholtz equation".

Demikian. CMIIW.
Yosef KA

On 12/30/05, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> >
>   Yosef
>
>   Apakag "Helhmholtz Eq" itu juga mencoba mencari hubungan kekuatan
>   getaran asal dalam ray pathnya dan pada saat berbenturan dengan lapisan
>   lapisan batuan yang dilaluinya ?
>
>   Wah , sorry ini pertanyaan yang sangat elementer dari yang awam
>   mengenai prosesing.
>
>   Si Abah
>
> ________________________________________________________________________
>
>   Yang saya tahu "Helmholtz equation" ini dipakai dalam salahsatu
> algoritma
> > seismic (re)processing dan interpretasi seismik. Biasanya geophysicist
> > cukup
> > puas dengan mendapatkan angka PR (Poisson's Ratio, yg secara matematis
> > sudah
> > bisa dipecahkan persamaannya dan sudah menjadi teknologi komersil di
> paket
> > aplikasi seismik), demikian juga halnya dengan angka LMR (Lambda Mu
> Rho),
> > sehingga dengan bermodalkan angka-2 dari parameter tadi si geophysicist
> > bisa
> > dengan keyakinan yg mantap melakukan mapping untuk netpay sands.
> >
> > Sementara "Helmholtz equation" ini masih cukup bandel untuk dipecahkan
> > oleh
> > matematikawan/fisikawan, karena ia tidak seperti PR atau LMR yg
> mempunyai
> > angka faktor "positif berhingga", ia juga mempunyai faktor "negatif tak
> > berhingga" yg sulit dipecahkan sehingga spektrum dari akustik gelombang
> > seismik tidak dapat diartikan secara fisis, padahal "kelihatannya" kalau
> > "Helmholtz equation" ini berhasil dipecahkan ia akan bisa memberikan
> > karakter fisis dari seismik tadi secara lebih akurat (mungkin lebih
> tinggi
> > akurasinya dibanding PR/LMR ??), karena dengan "Helmholtz equation" lah
> -
> > sejauh teknologi komputasi yg sekarang tersedia - gelombang seismik bisa
> > didekati "sifat sejatinya".
> > CMIIW
> >
> > Hatur nuhun,
> > Yosef KA
> >
> > On 12/30/05, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >>
> >> Adakah HAKI atau klaim aspek hukum penggunaan rumus ini ?
> >> Jangan sampai nanti lepas lagi :)
> >>
> >> Btw, apa dan dimana sih penggunaan "Persamaan Helmholtz" ini?.
> >>
> >>
> >> RDP
> >>
> >> On 12/30/05, Yosef Khairil Amin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >> > Salahsatu (lagi) karya putra bangsa yg membanggakan.......
> >> > YKA
> >> > =============================> >
> >> > Shell Menyambut Antusias
> >> > Formula Yogi Permudah Pencarian Minyak
> >> >
> >> > Yogi Ahmad Erlangga, dosen ITB yang menempuh program Phd di Delft
> >> University
> >> > of Technology (DUT), berhasil mengembangkan metode penghitungan di
> >> mana
> >> > komputer dapat lebih cepat memecahkan persamaan matematika yang
> >> krusial.
> >> Ia
> >> > mempertahankan tesisnya itu di auditorium DUT, 22/12/2005. Sebelumnya
> >> > komputer milik industri perminyakan mengalami kesulitan dalam
> >> memecahkan
> >> > persamaan tersebut.
> >> >
> >> > Hasil temuan Yogi, yang risetnya didanai raksasa minyak Shell dan
> >> > SenterNovem, itu menyangkut apa yang dikenal dengan "Persamaan
> >> Helmholtz".
> >> > Pemecahan persamaan ini antara lain sangat penting untuk
> >> menginterpretasikan
> >> > data pengukuran akustik dalam pencarian minyak bumi.
> >> >
> >> > Sampai saat ini, proses pencarian minyak tersebut dilakukan dengan
> >> cara
> >> > mengukur perut bumi secara berturut-turut dengan permukaan dua
> >> dimensi.
> >> > Gelombang suara dikirim ke perut bumi dan refleksinya diterima
> kembali
> >> di
> >> > permukaan. Dari analisa data pengukurannya, para ahli dapat
> menentukan
> >> > apakah ada sumber minyak atau tidak.
> >> >
> >> > Selama bertahun-tahun kalangan industri minyak sebenarnya mengimpikan
> >> bisa
> >> > ditemukan metode yang lebih baik, yakni agar bumi dapat discan lebih
> >> cepat
> >> > dalam blok-blok tiga dimensi. Sayangnya, kemampuan berhitung komputer
> >> > canggih yang dimiliki mereka tidak mampu untuk mencapai tujuan itu.
> >> Soalnya,
> >> > untuk memecahkan persamaan Helmholtz itu dibutuhkan kemampuan
> >> berhitung
> >> > komputer yang luarbiasa besar.
> >> >
> >> > Nah, Yogi berhasil menyusun metode berhitung untuk memecahkan
> >> persamaan
> >> > Helmholtz tersebut seratus kali lebih cepat. Hasilnya, penghitungan
> >> tiga
> >> > dimensi untuk menjejak sumber minyak kini menjadi jauh lebih feasible
> >> untuk
> >> > perusahaan minyak seperti Shell. Temuan putera pasangan Mohamad Isis
> >> dan
> >> > Euis Aryati itu disambut Shell dengan antusias dan dengan sendirinya
> >> bakal
> >> > mendapat minat besar dari perusahaan-perusahaan perminyakan lainnya.
> >> >
> >> > Selain untuk menemukan sumber-sumber minyak, temuan Yogi juga dapat
> >> > diaplikasikan untuk keperluan industri lain, sebab persamaan
> Helmholtz
> >> > memang digunakan untuk mendiskripsikan perilaku gelombang secara
> umum.
> >> > Industri yang diuntungkan atas temuan Yogi ini misalnya industri
> radar
> >> untuk
> >> > penerbangan, penyimpanan data dalam blue-ray disc, dan aplikasi pada
> >> laser.
> >> >
> >> > Supervisor program Phd Yogi di DUT, Dr.ir. Kees Vuik, dalam siaran
> >> pers
> >> DUT
> >> > (23/12/2003) menggarisbawahi bahwa temuan tersebut telah
> menyelesaikan
> >> > problem yang telah dicoba dipecahkan selama 30 tahun. "Kami kira,
> >> dilihat
> >> > dari sambutan dunia industri dan universitas-universitas luarnegeri,
> >> bahwa
> >> > problem yang telah berusia 30 tahun berhasil dipecahkan dalam karya
> >> ini,"
> >> > demikian Vuik.
> >> >
> >> > Sumber:
> >> >
> >>
> http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/12/tgl/24/time/130429/idnews/505501/idkanal/10
> >> >
> >> -Writer need 10 steps faster than readeR --
>

Kirim email ke