Menyambung tulisan P Awang mengenai kaitan letusan Merapi dengan Borobudur.
Rupa2nya Sri Sultan HB X tertarik utk melacak kembali sejarah yg mungkin belum terkuak dg adanya letusan Merapi 1000 th silam. Ini akan menjadi kajian menarik perkawinan antara ilmu kebumian dengan ilmu sejarah. Bisa juga jadi lahan bisnis kalau ada PH (Production House) yg tertarik utk membuat serialnya dan dijual ke TV-TV swasta atau bisa masuk National Geographic.
Apakah IAGI juga tertarik?

salam,
PR


At 01:39 AM 4/26/2006 +0100, you wrote:
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0506/12/dar6.htm
Peradaban Jawa Hilang Selama 4 Abad Akibat Letusan Merapi 1000 Tahun Lalu

Magelang, CyberNews.

Sri Sultan HB X melacak jejak sejarah letusan Gunung Merapi 1000 tahun silam ke daerah Kabupaten Magelang. Ia meninjau beberapa lokasi yang diperkirakan tenggelam oleh material vulkanik. Didampingi Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Dr Ir Sari B Kusumayudha, yang juga Ketua Panitia Vulcano International Gadering dalam rangka memperingati 1000 tahun meletusnya Gunung Merapi, Raja Mataram itu mengidentifikasi, Tempuran (pertemuan aliran) Kali Progo dan Elo di wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur. Pondasi tanah di sebelah atas dan bawah, strukturnya berbeda. ''Strukturnya di sini kan lava. Kira-kira tenggelam 10 meter lebih. Logis saja, kalau waktu itu Bodobudur maupun Prambanan diperkirakan tenggelam,'' ujarnya. Akibat letusan Merapi Abad X, menurut Sri Sultan, penduduk Jateng bagian selatan serta Yogyakarta, berpindah ke Jawa Timur. Di sana ada Singosari, Majapahit. Saat itu semua masih Hindu. Akhirnya pindah ke Demak, Pajang dan Mataram. Kembali lagi kira-kira akhir Abad XIII atau awal Abad XIV. Karena itu, selama sekitar 400 tahun peradaban masyarakat Jateng bagian selatan dan Yogyakarta tak diketahui. Sementara yang ditemukan situs-situs candi untuk tempat ibadat. Dalam rangka 1000 tahun melestusnya Gunung Merapi, Sri Sultan HB X bermaksud menguak misteri peradaban yang hilang selama 4 abad tadi, melalui seminar sejarah dengan mengundang para pakar dari manca negara. Pakar vulkanologi diminta lebih dulu mengunjungi lokasi yang menjadi jejak bencana alam seribu tahun silam, dengan harapan secara faktual mereka bisa melihat kondisi saat ini. Karena kondisi struktur tanah berbeda-beda. Gubernur DI Yogyakarta itu ingin mengembangkan hal ini sebagai suatu alur sejarah. Akan mengangkat peradaban Jawa yang hancur karena Merapi. Karena ada benang merah yang dianggap perlu dilihat. ''Saya hanya ingin memberikan suatu nuansa, agar pemerintah hati-hati untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh karena tsunami. Jika tidak hati-hati, dikhawatirkan peradaban masyarakat Aceh juga hilang,'' ujarnya. Dengan disertai Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto, Wabup Drs H Hartono dan Ketua DPRD HA Labib SE, Sri Sultan HB X meninjau sumur air asin di Desa Candirejo. Di tempat itu Dr Helmi Purwanto, Pembantu Dekan III Fakultas Geologi UPN Yogyakarta menjelaskan, ada bongkah-bongkah di sumur air asin yang dinamakan breksi. Breksi dikatakan sebagai produk gunung api, tetapi yang dimaksudkan bukan Gunung Merapi. Melainkan bagian dari gunung api tersier yang ada di selatan Menoreh dan tersesarkan. Sesar turun dan pucuknya yang terlihat. ''Pada waktu Borobudur jadi danau, wilayah ini merupakan pulau. Pulau diantara danau. Karena usianya tua dan sering kena tektonik jadi sesar. Sehingga ada retakan ada pergeseran,'' tuturnya. Sesar kekar itu menjadi jalannya air asin keluar gas rawa. Gas rawa yang muncul tampak plendas-pelundus. Air asin Candirejo itu sudah diteliti di laboratorium. Kandungan Na Ca memang tinggi. Daya hantar listriknya di atas normal. Dr Helmi menduga sebagai air asin itu sebagai air fosil atau conit closter. ''Dulu sebelum danau dihipotesakan sebagai lagun yang terjebak, airnya terpotong oleh struktur yang keluar,'' katanya. Karena air fosil tertutup oleh batuan vulkanik sehingga kadang-kadang unsur mineralnya cukup. Kalau musim hujan, air conit ini campur dengan air tanah dari hujan, menjadi tingkat kepayauannya rendah. Namun pada musim kemarau panjang, yang muncul air conit closter. Dan sumur-sumur di sini tak bisa dipakai. Karena airnya sangat asin. Air itu kadang-kadang dimanfaatkan oleh penduduk untuk pengobatan hewan yang sakit perut misalnya. Jejak akibat meletusnya Merapi 1000 tahun lalu juga ditelusuri ke daerah Kalasan dan Prambanan.( tuhu prihantoro/Cn08 )



Pak Awang,

Anda dapat menyumbang geowisata tentang borobudur dengan membuat tulisan secara populer untuk dimuat di majalah umum/pariwisata misal intisari. Saya yakin akan menarik banyak pembaca dan akan menjadi bahan bagi pemandu wisata ataupun flyer, UUD, ujung-ujungnya duit, yaitu banyak wisata datang. Sungguh kontribusi mulia.
  Kalau memerlukan asisten kami sukarela membantu.

  Yangkung

Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
W.O.J. Nieuwenkamp, seorang arsitek, pemahat, pelukis, etnolog (semacam antropolog) Belanda di Indonesia tahun 1933 mengeluarkan hipotesis yang menggegerkan kalangan para sejarahwan saat itu : bahwa Borobudur dulunya dibangun di tengah-tengah telaga seperti bunga teratai di tengah kolam. Hipotesisnya itu pertama kali ditulisnya di majalah umum yang terbit di Belanda (”Het Boroboedoermeer” ­ Algemeen Handelsblaad, Deen Haag, 9 September 1933). Boroboedoermeer = telaga Borobudur. Kemudian ditulisnya lagi tanggal 2 Mei 1937 dalam majalah yang sama dengan judul artikel ”Boroboedoer en omgeving” (Borobudur dan sekitarnya). Dua tulisan ini telah menyulut polemik yang hebat, dan para ahli geologi tersohor zaman itu pun mendapat tantangan yang berat untuk membuktikan apakah benar dulu ada danau mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia itu. Nah..., tak kurang dari M.G.R. Rutten dan R.W van Bemmelen ­ dua tokoh geologi Indonesia - turut menyelidiki hipotesis Nieuwenkamp tersebut. Pendek cerita, baik Rutten maupun van Bemmelen membenarkan hipotesis Nieuwenkamp itu. Buku spektakular van Bemmelen, ”The Geology of Indonesia” (1949) sedikit memuat hipotesis tersebut, dan van Bemmelen menghubungkannya dengan erupsi Merapi tahun 1006, angka tahun yang berasal dari van Bemmelen.

Sebagai seorang arsitek dan etnolog, Nieuwenkamp tahu bahwa Borobudur adalah sebuah bangunan agung yang menggambarkan perwujudan bunga teratai untuk menghormati Maitreya, Buddha yang akan datang ke dunia ini. Menurut ajaran Buddha, Maitreya akan lahir di tengah-tengah sebuah bunga teratai yang melambangkan kesucian dalam agama Buddha. Inilah terjemahan tulisan Nieuwenkamp, ”Andaikata kita berdiri di tengah telaga itu, kita dapat menikmati keindahan panorama sekeliling Borobudur. Bayang-bayangnya terpantul di permukaan telaga yang jernih dan tenang. Di sekelilingnya hamparan padi menguning, hutan menghijau, dan perbukitan Menoreh membentang di batas selatan. Gunung Sumbing di barat, Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo di timur, dan gunung Tidar terpaku di tengah hamparan sisi utara. Sungguh panorama yang mengagumkan”.

Daerah sekeliling Borobudur itu sekarang ada yang bernama Tanjung, Bumisegoro, Sabrangrowo, dan sebagainya. Secara toponimi (asal-usul nama daerah), jelas mengindikasi adanya telaga/rawa di sekitar itu.

Adalah van Bemmelen, diilhami oleh penelitiannya di wilayah Bandung tahun 1933, berhipotesis bahwa Telaga Borobudur terjadi akibat bendungan piroklastika Merapi menyumbat aliran Kali Progo di kaki timurlaut Perbukitan Menoreh. Itu terjadi sebelum Borobodur didirikan tahun 830-850. Dan adalah van Bemmelen juga yang berhipotesis (bisa dibaca di bukunya : the Geology of Indonesia) yang menyebutkan bahwa piroklastika Merapi pada letusan besar tahun 1006 telah menutupi danau Borobudur menjadi kering dan sekaligus menutupi candi ini ­ lenyap dari sejarah, sampai ditemukan kembali oleh tim van Erp pada tahun 1907-1911. Kalau melihat gambar peta dan penampang geologi volkano-tektonik Gunung Merapi (van Bemmelen, 1949), akan tahulah kita bahwa ”nasib” Borobudur sepanjang sejarahnya telah banyak ditentukan oleh merosot-runtuhnya dinding baratdaya Merapi. Dan, ke arah situ pulalah sekarang pun banyak piroklastika hasil letusan Merapi ditumpahkan.

Sebagai gunungapi teraktif di dunia, yang di sekelilingnya telah dari zaman purba peradaban manusia tumbuh dan berkembang, mau tak mau Merapi sedikit banyak punya peranan pada maju dan mundurnya peradaban di sekelilingnya.

Salam,
awang

_____


--
No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006


--
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006


--
No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006


--
No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.4.6/323 - Release Date: 4/24/2006



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke