kangmas fbs,

kalo utk konsumsi anak setingkat sd, saya punya 2 macam file, yg
biasanya saya berikan apabila sekolah anak2ku mengundang:
1) topik pertama adalah tentang 'overview of geology';
2) topik kedua diberikan utk mengisi acara 'occupation', dg judul
'geologist' atau 'i am a geologist'.

topik pertama adalah bagian dari tambahan khusus utk pelajaran 'ilmu
pengetahuan alam'. di sini ya tentunya cerita tentang batuan2 dan
manfaatnya utk manusia (setelah itu disarankan utk berkunjung ke
musium geologi di bandung).

topik kedua lebih banyak cerita tentang si pekerja, bisa di darat
(kantor, lab, rig, dsb; berkemah, dll), bisa di laut (rig, kapal),
bisa juga di udara (misalnya pengambilan foto-udara). singgung juga
tentang beberapa film yg melibatkan keahlian ini (armageddon, the
core, dll).

akan lebih menarik bila kita membawa contoh2 batuan/mineral dan
peralatan pendukungnya. pas presentasi topik pertama (pernah juga sama
pak sukmandaru sekian tahun lalu), biasanya pakai baju terserah. kalo
pas presentasi topik kedua, diusahakan pakai baju seperti kalo kita ke
lapangan, lengkap dengan 'safety shoes' dan topi pengaman.

sekedar masukan semoga bermanfaat.

salam,
syaiful

On 5/31/07, Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



Mumpung membicarakan sosialisasi ilmu kebumian,  saya mau numpang tanya
apakah ada yang punya ppt files yang bisa dipinjam untuk sosialisasi  ttg
petroleum system untuk dipakai di Nigeria.  Kalau nggak salah ada yang dari
AAPG yah?



Tadi barusan bikin sosialisasi di Lagos International School tentang bekerja
sebagai geoscientist di perusahaan minyak.

audience nya anak2 secondary school (sma kelas 1 dan 2 yang ambil science)

awal2 nya mereka tidak terlalu tertarik waktu diperlihatkan "how fun to be a
geoscientist" dengan kasih lihat slides ttg geology.  Tapi waktu ada
pertanyaan tentang diamond baru kami sadar bahwa kita harus ganti haluan.
lalu bicarakan ttg uang.



rata2 mereka tertarik setelah diberitahu bahwa penghasilan rata2
geoscientist lebih tinggi dari penghasilan rata2 dokter.

mereka juga tertarik dengan kemungkinan jalan2 ke belahan bumi yang lain.


akhir nya waktu balik lagi ke slide yang awal,baru mereka menyimak.

yah...mungkin anak2 sekarang sudah belajar sejak kecil bahwa yang penting
UUD(Ujung Ujung nya Duit)

tolong ya kalau ada yang bisa pinjamkan ppt file nya, thanks sebelumnya.

fbs

----- Original Message ----
From: Parvita Siregar
<[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, May 30, 2007 11:03:47 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?



Nah mungkin musti ada seksi sosialisasi geologi ke generasi muda di IAGI
kali ya.




Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia





Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is confidential
and is sent for the personal attention of the intended recipient only and
may contain information that is privileded, confidential or exempt from
disclosure.  If you have received this email in error, please advise us
immediately and delete it.  You are notified that using, disclosing,
copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of
this information is strictly prohibited.
________________________________


From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, May 30, 2007 8:36 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?




Memang "muatan lokal" geologi ini sudah mulai umum diajarkan di
sekolah-sekolah anak-anak kita. Hanya sayang sarana penunjangnya yang belum
memadai.





Saya sempat tertegun dan bingung waktu anak saya tanya bagaimana menjawab
soal tentang berbagai jenis batuan yang ada di contoh test/ujian yang
semuanya bergambar hitam putih hasil foto copian. Kalau tidak saya jawab,
tentu anak saya akan kecewa, lha bapaknya yang geologist saja tidak bisa
.... tapi kalau saya paksakan menjawab maka itu hanya "ngawur" saja karena
gambarnya betul-betul tidak bisa dibedakan (hitam putih dan "bluwek").





Nah di sini saya juga jadi kuatir, jangan-jangan gurunya tahu karena punya
kunci jawabannya...:-)








salam,


----- Original Message ----
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, May 30, 2007 8:52:11 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?


Di beberapa sekolah "plus" di Jabotabek memang pelajaran IPA-nya lebih
spesifik, termasuk ketika menyentuh bidang geologi. Tetapi di sekolah2 umum
(bukan plus) yang tentu saja jumlahnya lebih banyak, anak2 tak punya
pengalaman menyentuh batu granit atau batupasir apalagi melakukan
eksperimen2 geologi seperti dituliskan Pak Ukat di bawah. Mereka terpaksa
puas dengan melihat gambar-gambarnya saja di buku teks yang kadang-kadang
hanya hitam putih juga.

Bulan lalu, guru IPA di sekolah anak saya di Bogor berkata kepada murid2nya,
"anak2, yang punya batu granit harap dibawa ke sekolah untuk kita pelajari"
Tentu, ibu gurunya tak punya, dan pasti lupa bahwa sekitar 5 tahun
sebelumnya, saya telah melengkapi koleksi laboratorium IPA sekolah itu
dengan belasan batu beku, sedimen, malihan yang saya pecah-pecah dari
koleksi pribadi.

Karena saya saat itu sedang di luar kota , anak saya mengirimkan sms minta
izin untuk meminjam batu granit dari koleksi saya itu. Lalu dia pun membawa
aneka batu granit yang saya dapat dari berbagai tempat di Indonesia , maka
"lemari buku" (meminjam istilah Vita) di punggung anak saya itu bertambah
berat dengan sekitar 5 jenis granit dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi , dan
Papua.

Tentu, hanya anak saya yang bawa granit, sebab hanya dia yang ayahnya
geologist. Dan pelajaran hari itu menjadi menarik sebab ternyata granit pun
banyak variasinya. Guru dan anak2 tak sulit membedakan ini granit dari mana,
itu dari mana, sebab semua batuan itu sudah berlabel dengan nama batuan,
asal tempatnya, dan umurnya.

Kalau kita mau anak2 dan orang2 non-geologi lebih paham geologi, maka kita
para geologist harus turun ke sekolah, memberikan batuannya, memberikan
bahan2 presentasinya, dll. Saya pernah beberapa kali presentasi geologi di
depan anak2 SD-SMP dan menatar pengetahuan geologi guru2 IPA-nya (setengah
hari) di SD-SMP di Bogor dan Bandung .

Kalau kita mau masyarakat awam terdidik geologi dengan benar, maka kita para
geologist harus mau menulis tentang geologi di media massa sebab untuk
mengharapkan kurikulum pendidikan geologi seperti yang ditulis Pak Ukat di
bawah, hm..rasanya kapan ya di Indonesia akan begitu.

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, May 30, 2007 6:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?


INFO:

Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah
menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan
binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat
kepuncak gunung dibandingkan dengan  yang jaman sekaran, umpamanya belemnite
jaman sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll.

Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary
rocks, mountain buiding, dll.

Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah
tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum
petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran
geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi
juga ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan
(lapangan) geology, termasuk buat cross section, report, dll.

Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak
sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin
kursi kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll.

Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar
(geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas
sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll.

Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye

Salam,
US




-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?

Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan
(beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n
crust...terjadinya gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology
umum lah.
Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa..
Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh
presentation tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya
geologist,ya kita teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi
batuan n mineral yg cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara
umum.persis kaya sekolah disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat
mengenai pel ilmu buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya
sudah pada mengerti.
Sent via BlackBerry from Maxis

-----Original Message-----
From: "Parvita Siregar"
<[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53
To:<iagi-net@iagi.or.id>
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?

Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal
tulis menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak
Muman?  Mas Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja
suka ga ngerti, hehe.
Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa
itu.

Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa
itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya
dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk
geologi.  Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum?

Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga
bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi?


Parvita H. Siregar
Salamander Energy
Jakarta-Indonesia


Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is confidential
and is sent for the personal attention of the intended recipient only and
may contain information that is privileded, confidential or exempt from
disclosure.  If you have received this email in error, please advise us
immediately and delete it.  You are notified that using, disclosing,
copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of
this information is strictly prohibited.


----------------

From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?

Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news"
kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat
kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya
naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah
pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..).

Salam,
awang



From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?



>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang
bombastis.

Pak Awang,

Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya,
maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-)

Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk
ditampilkan..?





salam,




----- Original Message ----
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?



Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku
dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para
geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan,
dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang
dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa
palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung
terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur
Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi
besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari
gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama
sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2
yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari
CNN, lucu juga...

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan
bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya
? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif,
jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab
tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya
pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk
di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun
ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu
menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan
peradaban...

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para
geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

Salam,
awang


From: [EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia , diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi
di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah�an tidak akan terjadi......



----- Original Message ----
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
Bagaimana dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam.
Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas
(terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media
pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi
tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo , Australia , Amerika ... pasti
soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media.

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu
ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan
adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang
mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut
(trauma).
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm
<http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm>

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)-salah
satu seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim-telah
memperlihatkan aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua
pulau tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan
hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang
pernah dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi
kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap
tinggal di situ, maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi
risiko bencana.

Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah
menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang
diharapkan.

Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan
nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang
karena perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya
yang luar biasa besar.

Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan
pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang
relatif lebih aman.

Muasal semua gempa

Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau
Andaman dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir
di Tanimbar. Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan
Sunda Besar dan Sunda Kecil.

Patahan ini termasuk ke dalam tipe convergent boundary, di mana dua buah
lempeng permukaan bumi-Eurasian Plate dan Indian-Australian Plate-dalam
proses bertumbukan (subduction). Di atas Sunda Plate inilah terhampar
pulau-pulau besar dan kecil, laksana mutu manikam di khatulistiwa yang
dikenal dengan Kepulauan Nusantara, sebuah kompleks kepulauan terbesar di
dunia.

Patahan Sunda adalah sebuah contoh klasik dari patahan vulkanik. Deformasi
tektonik sepanjang zone subduksi Patahan Sunda inilah yang menimbulkan gempa
bumi di Samudra Hindia tanggal 26 Desember 2004. Begitu pula peristiwa gempa
bumi di Nias (28 Maret 2005), di Yogyakarta (27 Mei 2006), di Pangandaran
(17 Juli 2006), dan di Padang (6 Maret 2007). Semua disebabkan oleh
aktivitas Patahan Sunda.

Masih banyak lagi peristiwa gempa bumi dengan magnitude lebih rendah yang
tidak menimbulkan korban manusia dan kerugian harta benda, sehingga kurang
mendapat perhatian masyarakat. Padahal, ini semua merupakan tanda-tanda alam
yang memberikan peringatan kepada manusia untuk berpikir.

Fenomena yang sama muncul pada April tahun 1815 dengan sebuah ledakan
cataclysmic volcano Gunung Tambora di Pulau Sumbawa , yang merupakan sebuah
letusan paling kuat yang tercatat dalam sejarah. Debu vulkanik Tambora
sampai menutupi langit berbulan-bulan lamanya sehingga menurunkan temperatur
bumi sampai 3 derajat Celsius.

Meskipun telah setahun pasca-letusan Tambora pada waktu itu, hampir semua
lapisan hemisphere di belahan utara mengalami temperatur lebih dingin selama
bulan-bulan musim panas. Masyarakat di sebagian Benua Eropa dan Amerika
Utara mengenal tahun 1816 itu sebagai "the year without a summer", akibat
tertutupnya permukaan bumi oleh awan debu dari vulkanik Tambora.

Ancaman eksistensial

Motivasi tulisan ini sekadar mengingatkan bahwa aktivitas seismik Patahan
Sunda adalah sebuah ancaman paling realistis dan serius dewasa ini bagi
keberlanjutan bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang tinggal di Pulau
Sumatera dan Jawa.

Di lepas pantai barat Pulau Sumatera dan lepas pantai selatan Pulau Jawa,
terbentang Patahan Sunda yang menakutkan, seperti dilukiskan dalam konsep
mitologi Jawa Kuno; yang menyebut Laut Hindia sebagai "Laut Kidul" yang
penuh misteri karena memiliki palung laut paling dalam di dunia (7,725
meter) setelah Patahan Diamantina di Lautan Hindia (8,047 m).

Subduksi atau benturan antara Eurasian Plate dan India-Australian Plate itu
dikenal dengan Patahan Sunda dengan aktivitas seismik yang semakin intensif
akhir-akhir ini. Apakah fenomena alam ini perlu dihiraukan atau biarkan saja
berlalu bagai air mengalir di sungai? Jawabannya bergantung pada kita
sendiri. Kalau gempa bumi di Pulau Sumatera dan Jawa dinilai sebagai
peristiwa alam biasa, maka kita cukup menjalaninya saja sebagai sebuah
realitas dalam kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, kalau kita berpikir untuk kepentingan eksistensi bangsa
Indonesia dalam kerangka jangka panjang, maka bencana alam akhir-akhir ini
dapat menjadi sebuah informasi penting bagi kajian lebih lanjut. Dengan
begitu didapatkan sebuah landasan berpikir ilmiah untuk mendukung sebuah
kebijakan nasional berupa migrasi penduduk untuk kepentingan eksistensi
sebuah bangsa Indonesia dalam kerangka jangka panjang.

Migrasi besar-besaran

Cukup beralasan bila mulai berpikir tentang konsep migrasi penduduk dalam
skala besar dalam konteks jangka panjang bagi mereka yang tinggal di Pulau
Sumatera dan Jawa ke pulau lain yang relatif lebih aman. Di dalam Nusantara
sendiri, Indonesia memiliki Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang relatif
aman bagi permukiman penduduk.

Bahkan, kalau perlu memikirkan bagaimana agar bisa mengembangkan permukiman
penduduk di daerah baru di Benua Australia bagian utara karena lebih mudah
terjangkau dan lebih aman. Benua yang demikian luas itu belum mampu
dimanfaatkan secara optimal oleh penduduknya untuk permukiman dalam skala
besar.

Benua itu pada hakikatnya adalah tanah milik bangsa Aborigin yang serumpun
dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Hanya karena konsep kolonialisasi
yang diterapkan oleh pemerintah kolonial sehingga muncul batas-batas
antarnegara, di mana penduduk serumpun sudah tidak bisa lagi saling
bersilaturahmi dan berbagi tanah bagi kehidupan bersama.

Bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda,
Irlandia) bisa mengembangkan permukiman dalam skala massal (koloni) di luar
wilayah negara mereka, yakni Amerika Utara, Kanada, Asia (Canton, Hongkong,
Macao), Australia, dan Afrika (Afrika Selatan), dan Pulau Timor. Kenapa
bangsa-bangsa Asia Tenggara tidak boleh melakukan hal yang sama dengan
motivasi yang lebih mulia, yakni kemanusiaan? Kalau dahulu bangsa Eropa
melakukan ekspansi karena alasan ekonomi dengan menguasai sumber daya alam,
tetapi kita dapat melakukan hal yang sama atas dasar keselamatan dan
eksistensi manusia.

Kerja sama internasional dapat membuka ruang bagi kita untuk memperoleh hak
hidup lebih layak dan aman. Apa artinya warga dunia menyebut dirinya sebagai
"komunitas global" kalau dalam situasi kesulitan seperti yang kita hadapi
mereka tidak mampu memberikan solusi yang lebih adil....

Mu'man Nuryana Peneliti Tamu di Hosei School of Policy Sciences, Universitas
Hosei, Tokyo
--
http://rovicky.wordpress.com/ <http://rovicky.wordpress.com/>



----------------

Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green Center .




----------------

Boardwalk for $500? In 2007? Ha!
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo!
Games.

----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center , 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------


----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center , 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------





________________________________


Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing.




--
Mohammad Syaiful - Explorationist
Mobile: 62-812-9372808
Email: [EMAIL PROTECTED]

Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
Head Office:
Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia
Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140
Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke