Berita ini sudah menyebar luas. Repotnya jika hal itu sudah menjadi opini publik dan masuk wilayah politik. Saya sudah me-reply berita ini yang diposting di milis2 yang bersifat umum, bahwa hal itu kemungkinan tidak benar, barangkali wartawannya yang keliru dalam menyimpulkan sehingga menjadi berita yang bombastis memberi angin surga.

Mungkin kita masih BBM (baru bisa mimpi). Kalau mimpi .... ya janganlah diceritakan kemana-mana. Semoga saja tidak terjadi seperti kasus Busang.

Salam,
ndh
----- Original Message ----- From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, February 12, 2008 3:58 PM
Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Temuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di West Offshore Aceh oleh BPPT-BGR


Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini.

BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS.

Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi.

Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik non-komersil.

Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak lintasan seismik <5 km.

Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung.

Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, bukan hidrokarbon.

Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas.

Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc basin.

Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang dingin percuma saja.

Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan lapangan Bayu Urip pun tak sepadan.

Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana ?

Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2.

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: Muhammad Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 12, 2008 2:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh > lanjut berita Koran Lokal

Berikut petikan koran lokal di aceh tentang berita dari BPPT ini.
Ada baiknya IAGI, BPPT, maupun BP Migas bisa duduk bersama sebelum mengeluarkan berita gembira spt ini, setidaknya berita tsb tidak sampai dipolitisir oleh sekelompok massa, apalagi daerah ini yang baru saja mengakhiri konflik.

Migas Raksasa Ditemukan di Aceh
JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) menemukan sumber daya minyak dan gas (migas) berskala raksasa di timur laut Pulau Simeulue, Aceh. Potensi hidrokarbon itu ditaksir mencapai 50 miliar barel. Lebih besar dari yang terdapat di Banyu Urip, Jawa Timur, yang hanya 450 juta barel. Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi BPPT Yusuf Surahman menjelaskan, potensi itu berdasarkan perhitungan dengan porositas 15 persen. Porositas merupakan kemungkinan batuan menyimpan cairan (termasuk
minyak) di dalam gugusannya.
Karena rata rata saat ini porositas yang digunakan sekitar 20 persen. Jadi, 15 persen itu realistis,
katanya dalam jumpa pers di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (11/2).
Sementara, jika menggunakan porositas 30 persen, maka diperkirakan volume minimum cekungan
mencapai 107,5 miliar barel dan volume maksimumnya 320,79 miliar.
Jika dibandingkan dengan negara negara lain, penemuan ini termasuk kategori kakap. Arab Saudi, misalnya, cadangan terbuktinya 264,21 miliar barel, sehingga bisa dieksplorasi selama 250 tahun. Sedangkan potensi migas di Banyu Urip, Jawa Timur, sebesar 450 juta barel. Adapun lapangan migas yang dapat dikategorikan sebagai giant field adalah apabila volume cadangan terhitung
mencapai 500 juta barel.
Pascagempa
Penemuan potensi migas di perairan Simeulue itu bermula dari penelitian yang dilakukan BPPT terkait gempa dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Saat itu BPPT bersama lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) meneliti struktur geologi di sekitar Aceh-Nias dan akhirnya
menemukan potensi hidrokarbon di sekitar Pulau Simeulue.
Yusuf Surahman menambahkan, terdeteksinya potensi migas itu karena dipicu oleh gempa yang terjadi di Aceh akhir Desember 2004 yang membuat geseran lokasi source rock. Source rock merupakan batu yang mengeluarkan panas untuk mematangkan kandungan minyak. Potensi hidrokarbon ini ditemukan di kedalaman sekitar 1.900 meter di bawah air laut. Ia tak lupa mengingatkan bahwa volume tersebut hanya merepresentasikan ruang dalam bentuk tangki yang belum tentu seluruhnya diisi oleh hidrokarbon, berhubung ruang dalam batuan dipengaruhi faktor lain, seperti indeks saturasi air, kemampuan daya tampung minyak, dan gas. Menurut Yusuf, hidrokarbon tersebut belum bisa dipastikan sebagai kandungan minyak dan gas (migas). Namun, pihaknya menemukan carbonat build up yang mencirikan minyak dan bright spot
yang mencirikan gas.
Begitupun, masih dibutuhkan kajian yang lebih teliti untuk mengetahui kandungan yang
sebenarnya.
Kepala BPPT Prof Dr Said D Jenie menyatakan sudah melaporkan penemuan ini ke Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tapi lama tak dapat respons. Sampai akhirnya Pertamina menyatakan ketertarikan untuk bekerja sama dengan BPPT melakukan kajian lebih dalam.
http://serambinews.com/old/cetak.php?aksi=cetak&beritaid=42390
2 of 2 12/02/2008 14:29
Pertamina sudah kirim letter of intent, katanya.
Pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI), Dr Andang Bachtiar, berpendapat potensi minyak dan gas (hidrokarbon) yang baru ditemukan di perairan timur laut Pulau Simeulue
itu perlu segera ditindaklanjuti.
Kalau potensinya mencapai 107,5 miliar sampai 320,79 miliar barel itu suatu jumlah yang sangat besar. Jika dari potensi itu hanya terbukti 25 persen saja, masih juga merupakan angka yang
sangat menarik, ujarnya di Jakarta kemarin.
Ia perkirakan butuh tiga tahun untuk membuktikan cadangan dengan melakukan pengeboran 14
sumur dan studi seismik senilai US$ 3 juta.
Sementara itu, Kepala BPPT Prof Said Jenie berharap, Pemerintah Indonesia segera mengamankan
potensi tersebut agar dapat dikuasai oleh negara.
BPPT menyarankan untuk segera dilakukan penelitian lanjutan semaksimal mungkin yang dilaksanakan para peneliti dalam negeri yang sudah memiliki kemampuan dan fasilitas. BPPT dan LIPI memiliki sejumlah armada kapal riset Baruna Jaya untuk membuktikan kebenaran
ada-tidaknya cadangan itu, katanya. Titik koordinat
Guna memastikan titik kordinat tempat ditemukannya ladang migas baru itu, Serambi coba menghubungi Kepala Divisi Komunikasi Pertamina Pusat Jakarta, Wisnuntoro petang kemarin. Namun, Wisnuntoro mengaku hingga kemarin belum mengetahui persis lokasi tersebut. Saya belum tahu lokasi temuan migas itu. Besok akan saya tanyakan ke BP Migas. Soalnya, kalau menyangkut eksplorasi minyak dan gas itu kewenangan BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi -red), kata Wisnuntoro yang mantan kepala Pertamina Unit Pemasaran I
Medan. (dtf/usb/ant)
Copyright (c) 2008 Serambi Indonesia. All rights reserved.

----- Mesej Asal ----
Daripada: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Dihantar: Selasa, 12 Februari, 2008 10:51:38
Subjek: Re: [iagi-net-l] JakPost - Agencies discover hydrocarbon in Aceh

2008/2/12
Ferry
Bastaman
Hakim
<[EMAIL PROTECTED]>:

Tapi
terus
terang
saya
ragu
biogenic
gas
generation
mampu
efektif
untuk

mengisi
tank
sebesar
itu.

Paling
tidak
ada
dua
hal
yang
menjadi
unsur
penting
dalam
menghasilkan
kuantitas
minyak
sebesar
itu
:
1.
Source
(charging)
-
Apakah
ada
source
rock
yang
mampu
menggenerate
HC
sebanyak
itu
?
2.
Container
capacity
-
Apakah
ada
tanki
atau
kontener
yang
mampu
menampungnya
?
Porosity,
Seal
capacity
.....
dalam
hal
ini
termasuk
rentesion
(seberapa
kuat
menahan
dalam
waktu
tertentu.
(btw,
setahuku
jarang
(tidak
ada)
reef
build-up
yang
terisi
"full
to
spill",
jangan-jangan
yang
dihitung
hanya
ukuran
dari
kontainernya
saja)
3
...

Salah
satu
cara
utk
"reality
check"
adalah
mencari
analogi,
adakah
analoginya
di
lokal
Indonesia
(region
Asia)
kalau
masih
mau
mencoba
lagi,
mencari
analogi
secara
global,
adakah
analoginya
"somewhere
on
earth"?.

Mari
bermimpi
bareng-bareng
!
Lupakan
sejenak
"reality
check"
kita
coba
"out
of
the
box".

Kalau
masih
akan
mencoba
improvisasi
"out
of
the
box",
boleh
saja
dilakukan.
Walaupun
harus
disadari
kita
akan
tetep
harus
dalam
koridor
"BOX".
Boxnya
bisa
saja
"local
analogue",
bisa
saja
dalam
box
"global
analogue".
Kalau
masih
kurang
dalam
"fundamental
physics".
artinya
apakah
spekulasi
kita
masih
akan
diakui
dalam
ilmu
fisika
?
Misalnya,
apakah
source
rock
yang
diperkirakan
ada
itu
akan
mampu
50%
efficient
menghasilkan
HC
?

Yang
ingin
saya
sampaikan
adalah
...
penyampaian
"angka"
(walaupun
spekulatif)
itu
mestinya
selalu
dalam
sebuah
koridor
ilmiah,
apalagi
BPPT.
Dan
saya
yakin
mereka
sudah
melakukannya
dengan
baik.
Tentusaja,
menyampaikan
angka
sebesar
itu
walaupun
ingin
out
of
the
box,
tetap
harus
dalam
koridor
hukum-hukum
ilmu
dasar
fisika
dan
kimia.

Salam
mimpi

RDP


----------------------------------------------------------------------------
To
unsubscribe,
send
email
to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To
subscribe,
send
email
to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit
IAGI
Website:
http://iagi.or.id
Pembayaran
iuran
anggota
ditujukan
ke:
Bank
Mandiri
Cab.
Wisma
Alia
Jakarta
No.
Rek:
123
0085005314
Atas
nama:
Ikatan
Ahli
Geologi
Indonesia
(IAGI)
Bank
BCA
KCP.
Manara
Mulia
No.
Rekening:
255-1088580
A/n:
Shinta
Damayanti
IAGI-net
Archive
1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net
Archive
2:
http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER:
IAGI
disclaims
all
warranties
with
regard
to
information
posted
on
its
mailing
lists,
whether
posted
by
IAGI
or
others.
In
no
event
shall
IAGI
and
its
members
be
liable
for
any,
including
but
not
limited
to
direct
or
indirect
damages,
or
damages
of
any
kind
whatsoever,
resulting
from
loss
of
use,
data
or
profits,
arising
out
of
or
in
connection
with
the
use
of
any
information
posted
on
IAGI
mailing
list.

---------------------------------------------------------------------







Search, browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel http://sg.travel.yahoo.com
This email was Anti Virus checked by Administrator.
http://www.bpmigas.com



----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------



----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke