Lagi-lagi wartawan terlihat lebih agresif mencari informasi(kejar tayang)....

Temuan Pertama di Zona Penunjaman
KALAU temuan BPPT bersama BGR Jerman kelak terbukti bahwa di perairan Simeulue 
memang
terdapat potensi minyak dan gas sekitar 107 320 miliar barel, berarti sejarah 
baru di bidang
hidrokarbon mulai terukir.
Dunia akan mencatat bahwa inilah untuk pertama kalinya potensi cadangan minyak 
dan gas
berskala raksasa (giant field) ditemukan di cekungan busur muka (fore arc 
basin). Secara geologis,
ini merupakan kawasan muka pada lokasi penunjaman (penghunjaman) lempeng Indo 
Australia ke
lempeng Eurasia yang langka akan kandungan migas.
Biasanya, potensi migas Indonesia ditemukan di kawasan cekungan busur belakang 
(back arc
basin), meliputi kawasan timur Sumatera atau utara Jawa, bukan justru di 
kawasan penunjaman
lempeng di palung Sumatera atau palung Jawa, kata Direktur Pusat Teknologi 
Inventarisasi Sumber
Daya Alam BPPT, Dr Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Menurut Yusuf, source rock (batuan pembentuk sumber daya hidrokarbon) yang 
selama puluhan
juta tahun menyimpan hidrokarbon di cekungan busur belakang (back arc) berada 
pada suhu panas
yang sangat tinggi, sehingga potensi migasnya lebih mungkin ditemukan ketimbang 
di cekungan
busur muka.
Dengan kata lain, source rock yang berada di cekungan busur muka berada pada 
kondisi suhu yang
dingin, sehingga sulit tersingkap.
Itu teorinya. Tapi keajaiban mungkin sedang terjadi di perairan Simeulue. 
Pergeseran lempeng
bumi di sekitar pulau itu akibat gempa 8,9 skala Richter yang memicu tsunami 
pada 26 Desember
2004, diyakini telah mencuatkan potensi hidrokarbon berskala jumbo yang 
terkandung di bawah
laut Pulau Simeulue, sehingga menjadi lebih dekat ke permukaan. Nah, ketika tim 
BPPT bersama
BRG Jerman melalukan survei kelautan di sana, potensi besar itu pun terdeteksi. 
Eureka!
Ada hal yang perlu dicatat bahwa gempa pada akhir Desember 2004 itu, menurut 
riset tim LIPI,
telah menyebabkan terkoyaknya lempeng bumi di kawasan antara Meulaboh-Simeulue, 
sepanjang
1.000 km dan lebarnya 150 km, sehingga membentuk cekungan. Itu yang 
menyebabkan, sebagian
besar perairan Aceh mengalami fenomena laut surut pada hari nahas itu, karena 
air tersedot ke
lobang raksasa tersebut. Setelah lobang yang menganga itu penuh dengan air 
laut, timbullah efek
tepukan dari segala penjuru, lalu laut bergejolak dan mengirim tsunami ke 
daratan.
Dalam kejadian yang langka itu, bukan tak mungkin hidrokarbon di dasar laut 
Simeulue ikut
terangkat lebih ke permukaan. Seperti dikatakan Marzuki Daham BSc, putra Aceh 
yang konsultan
perminyakan, siapa tahu itu adalah keajaiban bumi pascagempa dan tsunami, 
sehingga perlu
dilakukan eksplorasi segera. Jika memang benar itu adalah cadangan besar minyak 
dan gas, maka
kita harus bersyukur karena itulah rahmat tersembunyi di balik bencana tsunami, 
tukasnya.
General Affairs Manager Pacific Oil & Gas, Alfred P Menayang yang ditanyai 
Serambi di Banda
Aceh, Senin (11/2) menyatakan cekungan yang saat ini sudah terdeteksi di 
Indonesia mengandung
potensi migas ada sekitar 40 buah. Dan, dalam jumlah tersebut tidak termasuk 
perairan Simeulue
yang merupakan bagian cekungan busur belakang Indo-Australia.
Jadi, kalau memang temuan BPPT bersama BRG Jerman itu nantinya tidak 
terbantah, itu artinya      
cekungan yang kaya hidrokarbon di perairan Simeulue itu benar-benar temuan baru 
pascatsunami.      
Ini bisa digolongkan sebagai berkah atau hikmah di balik bencana.      
Dengan demikian, daerah cekungan busur muka di dunia yang kelak tercatat 
mengandung migas      
bukan hanya Myanmar, Andaman, dan California AS, tapi juga Simeulue. Ini kabar 
gembira bagi      
Aceh, khususnya bagi rakyat Simeulue yang selama ini hidupnya bagai terisolasi, 
nun jauh di pulau.      
Tapi jangan cepat bergirang hati, sebab menurut Yusuf Surahman, tantangan 
eksplorasi cadangan      
minyak di kawasan busur muka adalah gangguan tektoniknya, sehingga dibutuhkan 
konstruksi      
kilang migas yang mampu mengatasi potensi seismik yang ada.      
Selain itu, seperti dikatakan Dr Andang Bachtiar, pakar perminyakan dari 
Exploration Think Tank      
Indonesia (ETTI), sejak mulai ditemukan potensi hingga bisa diproduksi butuh 
waktu minimal tujuh      
tahun, sementara pengeboran migas butuh dana 20 25 juta dolar AS per sumur.     
 
Andang Bachtiar menambahkan bahwa sebenarnya sudah 33 sumur yang pernah dibor 
berada pada      
cekungan busur muka sejak 1970 hingga kini dan terindikasi memiliki potensi 
migas. Tetapi banyak      
cekungan busur muka tak ada apa apanya, berbeda dengan yang ada di back arc 
seperti Natuna      
yang dimatangkan oleh panas, katanya.      
Siapa tahu, hoki Simeulue bakal sama dengan Natuna. Maka, julukan Simeulue pun 
nantinya      
bertambah, bukan saja sebagai pulau penghasil cengkeh, tapi juga migas. (yarmen 
dinamika/ant)      
(Serambi Indonesia, 14 Feb 2008) www.serambinews.com


----- Mesej Asal ----
Daripada: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Dihantar: Rabu, 13 Februari, 2008 7:19:59
Subjek: RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2      
Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR)



Witan

Seperti 
sudah 
saya 
sampaikan 
dalam 
komentar 
saya 
,memang
bisa 
demikian 
, 
akan  
tetapi 
istilah resources 
, 
reserves 
dan
macam 
macam 
reserves 
sudah 
enjadi 
defenisi 
yang 
sudah 
kita 
kenal.

Bisa 
saja 
memang 
akan 
terjadi 
, 
WHO 
LKNOWS.

Akan 
tetapi 
saya
sangat 
menganjurkan 
BPPT 
untuk 
memberikan 
tanggapan 
yang 
jujur 
, 
APABILA
memang 
pendapat 
atau 
temuan  
mereka 
seperti 
tertulisdi 
media 
Atau
bahkan 
memberikan 
koreksi 
kalau 
memang 
merasa 
perlu 
dikoreksi.

Pak 
Sekjen 
IAGI 
kan 
berkiprah 
di 
BPPT 
, 
daripada 
menjadi 
polemik 
yang 
lebih 
melebar 
sampai 
tidak 
tahu 
ujung-nya 
atau 
bahkan 
membuat
Pemerintah 
melakukan 
kebijakan 
yang 
salah 
kaprah.

Tidak 
- 
lah
sesuatu 
hal 
yang 
merendahkan 
suatu 
institusi 
untuk 
memberikan 
klarifikasi
ataupun 
koreksi.

Salah 
satu 
ciri 
dari 
ilmuwan 
adalah 
jujur
kepada 
diri 
sediri 
sebelum 
jujur 
kepada 
orang 
lain.

Si 
Abah

_____________________________________________________________________
   
Teman2 
> 
Please 
calm 
down.... 
> 
Kalau 
anda
sendiri 
menghadiri 
pemaparannya 
pasti 
reaksinya 
tidak 
sekeras 
>
ini. 
Pengertian 
tentang 
reserves 
dan 
resources 
sudah 
disampaikan 
oleh 
> 
para 
panelis 
tapi 
mungkin 
ditangkap 
lain 
oleh 
wartawan. 
>

> 
Menurut 
saya 
ini 
kan 
masih 
play 
concept 
jadi 
memang 
masih 
bisa

> 
diperdebatkan 
dengan 
kepala 
dingin. 
> 
>
Mungkin 
di 
Indonesia 
fore-arc 
basin 
belum 
terbukti 
ada 
hidrokarbonnya, 
> 
tapi 
setahu 
saya 
di 
Talara 
Basin 
(Peru) 
dan 
Progresso 
Basin
(Ecuador) 
> 
ada 
lapangan 
minyak 
dan 
gas. 
> 
>
Nah 
ini 
ada 
beberapa 
kalimat 
bijak 
yg 
saya 
kutip 
dari 
website 
aapg: 
> 
"Everything 
in 
geology 
is 
more 
complicated 
than 
what 
you 
see
in 
a 
> 
luncheon 
talk" 
(Jim 
Letourneau, 
CSPG, 
EPRD
Presentatiion, 
May 
11 
2004) 
> 
"Prospecting 
for 
oil 
is 
a
dynamic 
art... 
The 
greatest 
single 
element 
in 
> 
all 
prospecting,
past, 
present 
and 
future, 
is 
the 
man 
willing 
to 
take 
a 
>
chance" 
Everett 
DeGolyer 
> 
> 
>
-----Original 
Message----- 
> 
From: 
noor 
syarifuddin
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> 
Sent: 
Wednesday, 
February
13, 
2008 
7:41 
AM 
> 
To: 
iagi-net@iagi.or.id 
> 
Subject:
[iagi-net-l] 
Kritisi 
atas 
Berita 
Penemuan 
"Lapangan2 
>
Super-Raksasa" 
di 
Aceh 
West 
Offshore 
(BPPT-BGR) 
> 
>
wah 
baru 
sekali 
ini 
lho 
saya 
membaca 
pak 
Awang 
menulis 
dengan 
bahasa 
> 
yang 
agak 
"keras"....:-) 
> 
> 
Tapi 
saya
setuju 
sekali, 
ini 
adalah 
suatu 
hal 
yang 
masih 
sangat 
awal 
>
untuk 
bisa 
dibilang 
sebagai 
suatu 
"discovery" 
dan 
bisa
membingungkan 
> 
banyak 
orang 
(atau 
bahkan 
orang 
dibuat 
bingung
oleh 
para 
politisi 
> 
nantinya). 
> 
Seperti 
pak 
Awang
tuliskan, 
lha 
wong 
untuk 
disebut 
sebagai 
prospect 
aja 
> 
masih
susah 
kok 
sudah 
dikatakan 
sebagai 
penemuan. 
Kalau 
ini 
seperti 
>
kasus 
di 
Cibinong 
atau 
tempat 
lainnya, 
yang 
menyebtukan 
adalah 
aparat 
> 
pemda 
jadi 
ya 
kita 
maklum 
adanya 
lah. 
Tapi 
kalau 
hal 
ini 
keluar
dari 
> 
lembaga 
yang 
bergengsi 
seperti 
BPPT, 
wah 
kok 
jadi 
ngeri
ya..... 
> 
> 
> 
salam, 
> 
> 
> 
----- 
Original 
Message 
---- 
> 
From: 
Awang 
Satyana
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
To: 
[EMAIL PROTECTED];
Forum 
HAGI 
<[EMAIL PROTECTED]>; 
Eksplorasi 
> 
BPMIGAS
<[EMAIL PROTECTED]>; 
IAGI
<iagi-net@iagi.or.id> 
> 
Sent: 
Tuesday, 
February 
12, 
2008
4:50:52 
PM 
> 
Subject: 
[iagi-net-l] 
Kritisi 
atas 
Berita 
Penemuan
"Lapangan2 
> 
Super-Raksasa" 
di 
Aceh 
West 
Offshore
(BPPT-BGR) 
> 
> 
Harus 
hati-hati 
dan 
kritis 
menyikapi
berita 
ini. 
> 
> 
BPMIGAS 
tak 
punya 
urusan 
dengan 
berita
ini. 
Wilayah 
ini 
kosong 
dari 
> 
blok 
perminyakan 
yang 
menjadi
pengawasan 
BPMIGAS. 
> 
> 
Beberapa 
hal 
dari 
berita 
itu
yang 
perlu 
dikritisi. 
> 
> 
Yang 
baru 
teridentifikasi
hanya 
terumbu2 
yang 
belum 
diketahui 
umurnya, 
> 
katakanlah 
terumbu
ini 
berumur 
Miosen 
Awal-Miosen 
Tengah 
mengacu 
kepada 
> 
terumbu
yang 
menjadi 
objektif 
di 
Cekungan 
Sibolga 
sebelah 
selatan, 
di 
>
dekat 
wilayah 
survey 
BPPT-BGR 
ini. 
Terumbu2 
ini 
pernah 
dieksplorasi 
> 
Union 
Oil 
dan 
Caltex 
pada 
tahun 
1970-an 
dan 
akhir 
1980/awal 
1990
dan 
> 
telah 
dibor 
(Suma, 
Singkel, 
Ibu 
Suma) 
menghasilkan 
gas
biogenik 
> 
non-komersil. 
> 
> 
Terumbu2 
ini 
hanya
didapat 
dari 
survey 
geomarin 
yang 
punya 
jarak 
> 
lintasan 
60 
km.
Prospek/lead 
apa 
yang 
bisa 
diidentifikasi 
dengan 
space 
> 
seismik
60 
km 
? 
Yang 
namanya 
prospek 
ia 
harus 
diidentifikasi 
oleh 
jarak 
>
lintasan 
seismik 
<5 
km. 
> 
> 
Mengapa 
menganggap
terumbu2 
ini 
sebagai 
lapangan 
minyak 
? 
Keberadaan 
> 
terumbu 
tak
mengindikasi 
keberadaan 
lapangan 
minyak. 
Keberadaan 
bright 
> 
spot
pun 
tak 
otomatis 
mengindikasi 
keberadaan 
gas 
column. 
Banyak 
>
brightspot 
sebagai 
akibat 
kontras 
impedansi 
litologi 
saja, 
dan 
telah 
> 
banyak 
perusahaan 
tertipu 
oleh 
hal 
ini. 
Sumur 
terdalam 
dan 
terjauh
di 
> 
Makassar 
Strait 
dibor 
mengejar 
brightspot 
semacam 
ini,
ternyata 
hanya 
> 
kontras 
impedansi 
litologi 
akibat 
lapisan 
tuf 
di
tengah 
lempung. 
> 
> 
Cara 
perhitungan 
sumberdaya/cadangan
sangat 
kasar, 
hanya 
mengalikan 
> 
BRV 
(bulk 
rock 
volume) 
dengan
porositas; 
padahal 
kita 
tahu 
bahwa 
untuk 
> 
sampai 
ke 
angka
sumberdaya 
si 
BRV 
harus 
dipotong 
oleh 
N/G 
(net 
to 
> 
gross),
dipotong 
lagi 
oleh 
porositas, 
dipotong 
lagi 
oleh 
Sw 
(saturasi 
>
air) 
atau 
Shc 
(saturasi 
HC), 
lalu 
dibagi 
oleh 
FVF 
(formation 
volume 
> 
factor). 
Kalau 
mau 
menghitung 
terkurasnya 
berapa 
harus 
banyak
dipotong 
> 
lagi 
oleh 
RF 
(recovery 
factor). 
Kalau 
hanya 
menghitung
sumberdaya 
dengan 
> 
mengalikan 
BRV 
dengan 
porositas, 
maka 
yang
dihitung 
hanyalah 
ruang 
pori, 
> 
bukan 
hidrokarbon. 
> 
> 
Mengapa 
mesti 
minyak 
? 
Sibolga 
Basin 
dan 
semua 
cekungan 
muka 
busur
di 
> 
Sumatera-Jawa 
terkenal 
punya 
termal 
yang 
dingin 
(HFU
<1.5; 
GG 
< 
2 
C/100 
> 
feet), 
kecuali 
Bengkulu 
Basin 
yang
sedikit 
lebih 
panas; 
maka 
wajar 
saja 
> 
kalau 
Union 
Oil 
dan 
Caltex
menemukan 
gas 
biogenik 
saja 
di 
terumbu 
besar 
> 
Singkel, 
Suma, 
Ibu
Suma 
yang 
dibornya, 
padahal 
terumbu 
ini 
umurnya 
> 
Miosen 
Awal.
Minyak 
butuh 
termal 
yang 
lumayan 
panas. 
> 
> 
Tak 
cocok
menganalogikan 
terumbu2 
temuan 
BPPT-BGR 
ini 
ke 
lapangan2 
> 
migas
di 
Arakan 
atau 
Mergui 
Terrace 
offshore 
Myanmar. 
Mereka 
bukan 
pada 
> 
posisi 
forearc 
basin, 
tetapi 
berlokasi 
di 
passive 
margin 
dengan
delta 
> 
Gangga 
di 
teluk 
Benggala 
dan 
Delta 
Irawadi 
dengan 
Andaman
Sea 
Floor 
> 
Spreading. 
Belum 
ada 
terbukti 
lapangan 
minyak/gas
komersil 
di 
forearc 
> 
basin. 
> 
> 
Gempa 
Aceh
Desember 
2004 
menggeser 
source 
rocks 
sehingga 
mengeluarkan 
>
panas 
dan 
mematangkan 
minyak 
adalah 
pernyataan 
yang 
menggelikan. 
Apakah

> 
kita 
tahu 
pasti 
lapisan 
source 
rocks 
di 
situ 
apa, 
apakah 
ia
tergeser 
> 
gempa 
? 
Source 
rocks 
tak 
mengeluarkan 
panas, 
yang
mengeluarkan 
panas 
> 
adalah 
heat 
flow 
dari 
mantel 
dan 
panas
konduktif 
dari 
tumpukan 
sedimen. 
> 
Taruhlah 
gempa 
membuat 
sesar
yang 
menghubungkan 
mantel 
dengan 
source 
> 
rocks; 
tetapi 
harus
diingat 
bahwa 
heat 
flow 
di 
sini 
minimal 
karena 
di 
> 
wilayah 
barat
Sumatera 
terjadi 
sel 
konveksi 
mantle 
downwelling 
yang 
> 
membawa
subduksi 
kerak 
samudera 
Hindia, 
jadi 
terhubung 
ke 
mantel 
yang 
>
dingin 
percuma 
saja. 
> 
> 
Membandingkannya 
dengan
sumberdaya 
lapangan2 
di 
Arab 
sungguh 
tak 
> 
sepadan,
membandingkannya 
bukan 
"apple 
to 
apple" 
sebab 
lapangan2 
raksasa

> 
di 
Arab 
memang 
sudah 
dihitung 
menurut 
kaidah 
perhitungan 
> 
sumberdaya/cadangan 
dalam 
perminyakan, 
bahkan 
membandingkannya
dengan 
> 
lapangan 
Bayu 
Urip 
pun 
tak 
sepadan. 
> 
> 
Tetapi, 
tak 
salah 
kalau 
BPPT/BGR 
mau 
menindaklanjuti 
temuan 
ini.

> 
Tetapi, 
pikirkanlah 
aspek2 
negatifnya 
juga; 
dan 
sebaiknya 
> 
berhati-hatilah 
mengeluarkan 
pendapat 
yang 
bombastis 
ini 
ke 
publik,

> 
dasar 
ilmiahnya 
masih 
sangat 
kurang, 
dan 
status 
evaluasinya
masih 
> 
teramat 
dini. 
Kalau 
sudah 
terlanjur 
terlempar 
ke 
publik,
lalu 
bagaimana 
> 
? 
> 
> 
Mimpi 
boleh, 
tetapi 
tak
perlu 
ribut-ribut 
dulu 
ke 
mana2. 
> 
> 
Salam, 
>
awang 
> 
> 
Guruh 
Didi 
<[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
Selasa, 
12 
Feb 
2008, 
> 
Ditemukan, 
Lapangan 
Migas 
Raksasa 
di 
Aceh

> 
> 
BPPT: 
Lebih 
Besar 
dari 
Milik 
Arab 
Saudi 
>
JAKARTA 
- 
Bencana 
dahsyat 
tsunami 
di 
Aceh 
26 
Desember 
2004 
memunculkan 
> 
berkah 
tak 
terduga 
empat 
tahun 
kemudian. 
Berawal 
dari 
studi
pascagempa 
> 
tsunami 
di 
perairan 
barat 
Sumatera, 
Badan 
Pengkajian
dan 
Penerapan 
> 
Teknologi 
> 
(BPPT) 
kemarin 
(11/2)
memublikasikan 
temuan 
blok 
dengan 
potensi 
> 
kandungan 
>
migas 
raksasa. 
> 
> 
Direktur 
Pusat 
Teknologi
Inventarisasi 
Sumber 
Daya 
Alam 
BPPT 
Yusuf 
> 
Surahman 
>
mengatakan, 
Survei 
BPPT 
bersama 
Bundesanspalp 
fur 
Geowissnschaften 
und 
> 
Rohftoffe 
(BGR 
Jerman) 
itu 
menemukan 
kawasan 
perairan 
yang 
di 
dalam

> 
buminya 
> 
diperkirakan 
terkandung 
migas 
107,5 
hingga
320,79 
miliar 
barel. 
Lapangan 
> 
migas 
tersebut 
terletak 
di 
daerah
cekungan 
busur 
muka 
atau 
fore 
arc 
> 
basin 
> 
perairan
timur 
laut 
Pulau 
Simeuleu, 
Nanggroe 
Aceh 
Darussalam 
(NAD). 
>
"Kandungan 
migas 
itu 
luar 
biasa 
besar," 
ujar 
Yusuf 
di 
Kantor
BPPT 
> 
Jakarta 
> 
kemarin 
(11/2). 
> 
>
Sebagai 
perbandingan 
untuk 
menunjukkan 
besarnya 
kandungan 
migas 
di 
Aceh

> 
tersebut, 
Yusuf 
menyebutkan, 
saat 
ini 
cadangan 
terbukti 
di 
Arab
Saudi 
> 
mencapai 
264,21 
miliar 
barel 
atau 
hanya 
80 
persen 
dari
kandungan 
migas 
> 
di 
> 
Aceh. 
Sementara 
itu, 
cadangan
Lapangan 
Banyu 
Urip 
di 
Cepu 
diperkirakan 
> 
hanya 
> 
450
juta 
barel. 
Lapangan 
migas 
dapat 
dikategorikan 
raksasa 
atau 
giant 
> 
field 
> 
jika 
cadangan 
terhitungnya 
lebih 
dari 
500 
juta
barel. 
> 
> 
Menurut 
Yusuf, 
angka 
potensi 
tersebut 
didapat
dari 
hitungan 
porositas 
30 
> 
persen. 
Artinya, 
diasumsikan 
hanya
30 
persen 
dari 
volume 
cekungan 
batuan 
> 
itu 
> 
yang
mengandung 
migas. 
Meski 
demikian, 
lanjut 
dia, 
belum 
tentu 
seluruh 
> 
cekungan 
tersebut 
diisi 
hidrokarbon 
yang 
merupakan 
unsur 
pembentuk

> 
minyak. 
> 
"Karena 
itu, 
penemuan 
ini 
perlu 
kajian
lebih 
lanjut," 
katanya. 
> 
> 
Dia 
menyatakan, 
meski
belum 
diketahui 
secara 
pasti, 
salah 
satu 
indikasi 
> 
awal 
> 
keberadaan 
migas 
di 
cekungan 
tersebut 
dapat 
dilihat 
dari 
adanya 
> 
carbonate 
> 
build 
ups 
sebagai 
reservoir 
atau 
penampung
minyak 
serta 
bright 
spot 
yang 
> 
merupakan 
indikasi 
adanya 
gas.

> 
> 
Sejauh 
ini, 
lanjut 
Yusuf, 
Tim 
BPPT 
optimistis
perairan 
timur 
laut 
Pulau 
> 
Simeuleu 
mengandung 
migas 
skala
raksasa. 
Sebab, 
beberapa 
daerah 
yang 
> 
memiliki 
karakteristik
sama 
sudah 
terbukti 
mengandung 
migas. 
Di 
> 
antaranya, 
>
di 
wilayah 
Myanmar, 
Andaman, 
serta 
California, 
AS. 
> 
>
Meski 
demikian, 
BPPT 
akan 
tetap 
membuat 
perhitungan 
realistis. 
Menurut 
> 
Yusuf, 
jika 
porositas 
diperkecil 
menjadi 
15 
persen, 
artinya
diasumsikan 
> 
hanya 
15 
persen 
dari 
volume 
cekungan 
yang
mengandung 
migas, 
angka 
> 
minimal 
> 
cadangannya 
masih
53,7 
miliar 
barel. 
"Tetap 
saja 
angka 
itu 
masih 
sangat 
>
besar," 
terangnya. 
> 
> 
Penemuan 
BPPT 
tersebut
mendapat 
tanggapan 
positif 
dari 
ahli 
geologi 
> 
perminyakan 
Andang
Bachtiar 
yang 
kemarin 
juga 
hadir 
di 
Kantor 
BPPT. 
> 
Chairman 
> 
PT 
Exploration 
Think 
Tank 
Indonesia 
(ETTI) 
itu 
mengatakan, 
wilayah

> 
perairan 
> 
Indonesia 
memang 
memiliki 
banyak 
cekungan
atau 
basin 
yang 
berpotensi 
> 
mengandung 
migas. 
"Banyak 
di
antaranya 
yang 
belum 
teridentifikasi, 
" 
> 
ujarnya. 
> 
> 
Hingga 
saat 
ini, 
kata 
dia, 
sudah 
ada 
66 
cekungan 
plus 
6
cekungan 
fore 
> 
arc 
> 
basin 
yang 
teridentifikasi 
berisi
minyak. 
Pada 
2003, 
lanjut 
dia, 
Ikatan 
> 
Ahli 
> 
Geologi
Indonesia 
(IAGI) 
berhasil 
mengidentifikasi 
hipotesis 
cadangan 
>
gas 
> 
sebesar 
26,7 
triliun 
kaki 
kubik 
(TCF) 
yang 
tersebar 
di
beberapa 
wilayah. 
> 
"Kebanyakan 
memang 
berada 
di 
sebelah
barat 
Sumatera," 
terangnya. 
> 
> 
Terkait 
dengan
penemuan 
BPPT 
itu, 
Andang 
menyatakan 
masih 
perlu 
kajian 
> 
lebih

> 
lanjut 
untuk 
bisa 
mendekati 
hitungan 
berapa 
besar 
cadangan
terbuktinya. 
> 
Menurut 
dia, 
lokasi 
studi 
seismik 
2D 
yang
dilakukan 
BPPT 
dengan 
interval 
> 
jarak 
60 
km 
masih 
terlalu
longgar. 
"Harus 
lebih 
rapat 
lagi, 
paling 
tidak 
> 
intervalnya
20 
km," 
katanya. 
> 
> 
Karena 
itu, 
lanjut 
dia, 
BPPT
harus 
segera 
berkoordinasi 
dengan 
> 
pemerintah 
> 
untuk
segera 
menindaklanjuti 
temuan 
tersebut. 
Sebab, 
untuk 
mengkaji 
>
lebih 
> 
teliti, 
dibutuhkan 
dana 
cukup 
besar.Dia 
menyebut, 
untuk
proses 
studi 
> 
seismik 
2D 
yang 
lebih 
rapat, 
dibutuhkan 
>
dana 
sekitar 
USD 
7 
juta.. 
> 
> 
Kemudian, 
untuk 
mengetahui
angka 
cadangan 
migas, 
> 
perlu 
dilakukan 
minimal 
14 
pengeboran
sumur 
di 
14 
titik 
cekungan. 
Biaya 
> 
pengeboran 
satu 
sumur, 
lanjut
alumnus 
Colorado 
School 
of 
Mines, 
AS, 
itu, 
> 
sekitar 
USD 
30 
juta.
Dengan 
demikian, 
minimal 
dibutuhkan 
dana 
USD 
427 
> 
juta. 
> 
"Itu 
baru 
untuk 
studi 
eksplorasi. 
Untuk 
pengembangan 
lapangan,
jumlahnya 
> 
jauh 
lebih 
besar," 
jelasnya. 
> 
> 
Andang 
menambahkan, 
yang 
saat 
ini 
harus 
segera 
dilakukan 
BPPT 
dan

> 
pemerintah 
> 
adalah 
koordinasi. 
Menurut 
dia, 
meskipun
lapangan 
migas 
tersebut 
paling 
> 
cepat 
baru 
dapat 
dikembangkan
dalam 
waktu 
tujuh 
tahun 
ke 
depan, 
> 
pemerintah 
> 
harus
bergerak 
cepat. 
"Jangan 
sampai 
potensi 
ini 
salah 
urus,"
tegasnya. 
> 
> 
Dia 
mengatakan, 
karakter 
lapangan 
yang
berada 
di 
laut 
dalam 
(kedalaman 
> 
lebih 
> 
dari 
200
meter) 
jelas 
membutuhkan 
dana 
besar 
dan 
teknologi 
tinggi 
yang 
>
belum 
> 
tentu 
dimiliki 
Pertamina 
selaku 
perusahaan 
nasional.
Meski 
demikian, 
> 
lanjut 
> 
dia, 
jangan 
sampai
tersebarnya 
informasi 
potensi 
tersebut 
justru 
> 
dimanfaatkan
pihak-pihak 
yang 
punya 
modal 
besar 
dan 
teknologi, 
yakni 
>
perusahaan 
asing. 
"Intinya, 
pemerintah 
harus 
berusaha 
agar 
potensi
ini 
> 
bisa 
> 
dimanfaatkan 
secara 
maksimal 
untuk
kepentingan 
bangsa," 
jelasnya. 
> 
> 
Terkait 
dengan
hal 
itu, 
Kepala 
BPPT 
Said 
Jenie 
menyatakan 
sudah 
> 
melaporkan 
> 
penemuan 
tersebut 
ke 
Departemen 
ESDM. 
Selain 
itu, 
pihaknya 
sudah

> 
memberikan 
> 
tembusan 
yang 
ditindaklanjuti 
Pertamina
dengan 
mengirimkan 
letter 
of 
> 
intent 
> 
kerja 
sama 
untuk
menindaklanjuti 
temuan 
tersebut. 
"Kami 
harap 
semua 
> 
pihak

> 
terkait 
bisa 
cepat 
merespons 
temuan 
ini. 
Sehingga 
bisa 
segera

> 
ditindaklanjuti, 
" 
ujarnya. 
> 
> 
BPPT
juga 
telah 
menyiapkan 
satu 
kapal 
riset 
yang 
dilengkapi 
alat 
khusus 
> 
seismik 
untuk 
meneliti 
lebih 
lanjut 
dan 
telah 
meminta 
kepada
pemerintah 
> 
untuk 
mengamankan 
daerah 
perairan 
barat 
Aceh
tersebut. 
(owi/kim) 
> 
>
__________________________________________________________ 
> 
Be 
a
better 
friend, 
newshound, 
and 
> 
know-it-all 
with 
Yahoo! 
Mobile.
Try 
it 
now. 
>
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 
> 
> 
[Non-text 
portions 
of 
this 
message 
have 
been 
removed] 
>

> 
> 
> 
__._,_.___ 
Messages 
in 
this 
topic 
(1)
Reply 
(via 
web 
post) 
| 
Start 
a 
> 
new 
topic 
> 
Messages 
|
Files 
| 
Photos 
| 
Links 
| 
Database 
| 
Polls 
| 
Members 
| 
> 
Calendar

> 
Moderators: 
> 
Budhi 
Setiawan 
'91
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
Edi 
Suwandi 
Utoro 
'92
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
Sandiaji 
'94
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
Wanasherpa 
'97
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
Satya 
'2000
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
Andri'2004
<[EMAIL PROTECTED]> 
> 
> 
Change 
settings 
via
the 
Web 
(Yahoo! 
ID 
required) 
> 
Change 
settings 
via 
email: 
Switch
delivery 
to 
Daily 
Digest 
| 
Switch 
> 
format 
to 
Traditional 
> 
Visit 
Your 
Group 
| 
Yahoo! 
Groups 
Terms 
of 
Use 
| 
Unsubscribe 
> 
> 
Recent 
Activity 
> 
> 
2 
> 
New
Members 
> 
> 
Visit 
Your 
Group 
> 
Yahoo! 
Kickstart

> 
Sign 
up 
today! 
> 
Find 
great 
recruits 
> 
for
your 
company. 
> 
> 
Y! 
Messenger 
> 
Group
get-together 
> 
Host 
a 
free 
online 
> 
conference 
on 
IM.

> 
> 
Y! 
Groups 
blog 
> 
the 
best 
source 
>
for 
the 
latest 
> 
scoop 
on 
Groups. 
> 
> 
> 
> 
. 
> 
> 
> 
__,_._,___ 
>

> 
> 
--------------------------------- 
> 
Never
miss 
a 
thing. 
Make 
Yahoo 
your 
homepage. 
> 
> 
>

>
________________________________________________________________________

> 
____________ 
> 
Never 
miss 
a 
thing. 
Make 
Yahoo 
your
home 
page. 
> 
http://www.yahoo.com/r/hs 
> 
> 
> 
>
----------------------------------------------------------------------------

> 
To 
unsubscribe, 
send 
email 
to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id 
> 
To 
subscribe, 
send 
email 
to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id 
> 
Visit 
IAGI 
Website:
http://iagi.or.id 
> 
Pembayaran 
iuran 
anggota 
ditujukan 
ke: 
> 
Bank 
Mandiri 
Cab. 
Wisma 
Alia 
Jakarta 
> 
No. 
Rek: 
123
0085005314 
> 
Atas 
nama: 
Ikatan 
Ahli 
Geologi 
Indonesia 
(IAGI) 
> 
Bank 
BCA 
KCP. 
Manara 
Mulia 
> 
No. 
Rekening: 
255-1088580 
> 
A/n: 
Shinta 
Damayanti 
> 
IAGI-net 
Archive 
1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ 
> 
IAGI-net
Archive 
2: 
http://groups.yahoo.com/group/iagi 
>
--------------------------------------------------------------------- 
> 
> 
DISCLAIMER: 
IAGI 
disclaims 
all 
warranties 
with 
regard 
to
information 
> 
posted 
on 
its 
mailing 
lists, 
whether 
posted 
by 
IAGI
or 
others. 
In 
no 
event 
> 
shall 
IAGI 
and 
its 
members 
be 
liable 
for
any, 
including 
but 
not 
limited 
to 
> 
direct 
or 
indirect 
damages,
or 
damages 
of 
any 
kind 
whatsoever, 
resulting 
> 
from 
loss 
of 
use,
data 
or 
profits, 
arising 
out 
of 
or 
in 
connection 
with 
> 
the 
use
of 
any 
information 
posted 
on 
IAGI 
mailing 
list. 
> 
>
--------------------------------------------------------------------- 
> 
> 







      Search, browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel 
http://sg.travel.yahoo.com

Kirim email ke