Lagi-lagi wartawan terlihat lebih agresif mencari informasi(kejar tayang)....
Temuan Pertama di Zona Penunjaman KALAU temuan BPPT bersama BGR Jerman kelak terbukti bahwa di perairan Simeulue memang terdapat potensi minyak dan gas sekitar 107 320 miliar barel, berarti sejarah baru di bidang hidrokarbon mulai terukir. Dunia akan mencatat bahwa inilah untuk pertama kalinya potensi cadangan minyak dan gas berskala raksasa (giant field) ditemukan di cekungan busur muka (fore arc basin). Secara geologis, ini merupakan kawasan muka pada lokasi penunjaman (penghunjaman) lempeng Indo Australia ke lempeng Eurasia yang langka akan kandungan migas. Biasanya, potensi migas Indonesia ditemukan di kawasan cekungan busur belakang (back arc basin), meliputi kawasan timur Sumatera atau utara Jawa, bukan justru di kawasan penunjaman lempeng di palung Sumatera atau palung Jawa, kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, Dr Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Senin. Menurut Yusuf, source rock (batuan pembentuk sumber daya hidrokarbon) yang selama puluhan juta tahun menyimpan hidrokarbon di cekungan busur belakang (back arc) berada pada suhu panas yang sangat tinggi, sehingga potensi migasnya lebih mungkin ditemukan ketimbang di cekungan busur muka. Dengan kata lain, source rock yang berada di cekungan busur muka berada pada kondisi suhu yang dingin, sehingga sulit tersingkap. Itu teorinya. Tapi keajaiban mungkin sedang terjadi di perairan Simeulue. Pergeseran lempeng bumi di sekitar pulau itu akibat gempa 8,9 skala Richter yang memicu tsunami pada 26 Desember 2004, diyakini telah mencuatkan potensi hidrokarbon berskala jumbo yang terkandung di bawah laut Pulau Simeulue, sehingga menjadi lebih dekat ke permukaan. Nah, ketika tim BPPT bersama BRG Jerman melalukan survei kelautan di sana, potensi besar itu pun terdeteksi. Eureka! Ada hal yang perlu dicatat bahwa gempa pada akhir Desember 2004 itu, menurut riset tim LIPI, telah menyebabkan terkoyaknya lempeng bumi di kawasan antara Meulaboh-Simeulue, sepanjang 1.000 km dan lebarnya 150 km, sehingga membentuk cekungan. Itu yang menyebabkan, sebagian besar perairan Aceh mengalami fenomena laut surut pada hari nahas itu, karena air tersedot ke lobang raksasa tersebut. Setelah lobang yang menganga itu penuh dengan air laut, timbullah efek tepukan dari segala penjuru, lalu laut bergejolak dan mengirim tsunami ke daratan. Dalam kejadian yang langka itu, bukan tak mungkin hidrokarbon di dasar laut Simeulue ikut terangkat lebih ke permukaan. Seperti dikatakan Marzuki Daham BSc, putra Aceh yang konsultan perminyakan, siapa tahu itu adalah keajaiban bumi pascagempa dan tsunami, sehingga perlu dilakukan eksplorasi segera. Jika memang benar itu adalah cadangan besar minyak dan gas, maka kita harus bersyukur karena itulah rahmat tersembunyi di balik bencana tsunami, tukasnya. General Affairs Manager Pacific Oil & Gas, Alfred P Menayang yang ditanyai Serambi di Banda Aceh, Senin (11/2) menyatakan cekungan yang saat ini sudah terdeteksi di Indonesia mengandung potensi migas ada sekitar 40 buah. Dan, dalam jumlah tersebut tidak termasuk perairan Simeulue yang merupakan bagian cekungan busur belakang Indo-Australia. Jadi, kalau memang temuan BPPT bersama BRG Jerman itu nantinya tidak terbantah, itu artinya cekungan yang kaya hidrokarbon di perairan Simeulue itu benar-benar temuan baru pascatsunami. Ini bisa digolongkan sebagai berkah atau hikmah di balik bencana. Dengan demikian, daerah cekungan busur muka di dunia yang kelak tercatat mengandung migas bukan hanya Myanmar, Andaman, dan California AS, tapi juga Simeulue. Ini kabar gembira bagi Aceh, khususnya bagi rakyat Simeulue yang selama ini hidupnya bagai terisolasi, nun jauh di pulau. Tapi jangan cepat bergirang hati, sebab menurut Yusuf Surahman, tantangan eksplorasi cadangan minyak di kawasan busur muka adalah gangguan tektoniknya, sehingga dibutuhkan konstruksi kilang migas yang mampu mengatasi potensi seismik yang ada. Selain itu, seperti dikatakan Dr Andang Bachtiar, pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI), sejak mulai ditemukan potensi hingga bisa diproduksi butuh waktu minimal tujuh tahun, sementara pengeboran migas butuh dana 20 25 juta dolar AS per sumur. Andang Bachtiar menambahkan bahwa sebenarnya sudah 33 sumur yang pernah dibor berada pada cekungan busur muka sejak 1970 hingga kini dan terindikasi memiliki potensi migas. Tetapi banyak cekungan busur muka tak ada apa apanya, berbeda dengan yang ada di back arc seperti Natuna yang dimatangkan oleh panas, katanya. Siapa tahu, hoki Simeulue bakal sama dengan Natuna. Maka, julukan Simeulue pun nantinya bertambah, bukan saja sebagai pulau penghasil cengkeh, tapi juga migas. (yarmen dinamika/ant) (Serambi Indonesia, 14 Feb 2008) www.serambinews.com ----- Mesej Asal ---- Daripada: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]> Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dihantar: Rabu, 13 Februari, 2008 7:19:59 Subjek: RE: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) Witan Seperti sudah saya sampaikan dalam komentar saya ,memang bisa demikian , akan tetapi istilah resources , reserves dan macam macam reserves sudah enjadi defenisi yang sudah kita kenal. Bisa saja memang akan terjadi , WHO LKNOWS. Akan tetapi saya sangat menganjurkan BPPT untuk memberikan tanggapan yang jujur , APABILA memang pendapat atau temuan mereka seperti tertulisdi media Atau bahkan memberikan koreksi kalau memang merasa perlu dikoreksi. Pak Sekjen IAGI kan berkiprah di BPPT , daripada menjadi polemik yang lebih melebar sampai tidak tahu ujung-nya atau bahkan membuat Pemerintah melakukan kebijakan yang salah kaprah. Tidak - lah sesuatu hal yang merendahkan suatu institusi untuk memberikan klarifikasi ataupun koreksi. Salah satu ciri dari ilmuwan adalah jujur kepada diri sediri sebelum jujur kepada orang lain. Si Abah _____________________________________________________________________ Teman2 > Please calm down.... > Kalau anda sendiri menghadiri pemaparannya pasti reaksinya tidak sekeras > ini. Pengertian tentang reserves dan resources sudah disampaikan oleh > para panelis tapi mungkin ditangkap lain oleh wartawan. > > Menurut saya ini kan masih play concept jadi memang masih bisa > diperdebatkan dengan kepala dingin. > > Mungkin di Indonesia fore-arc basin belum terbukti ada hidrokarbonnya, > tapi setahu saya di Talara Basin (Peru) dan Progresso Basin (Ecuador) > ada lapangan minyak dan gas. > > Nah ini ada beberapa kalimat bijak yg saya kutip dari website aapg: > "Everything in geology is more complicated than what you see in a > luncheon talk" (Jim Letourneau, CSPG, EPRD Presentatiion, May 11 2004) > "Prospecting for oil is a dynamic art... The greatest single element in > all prospecting, past, present and future, is the man willing to take a > chance" Everett DeGolyer > > > -----Original Message----- > From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, February 13, 2008 7:41 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > wah baru sekali ini lho saya membaca pak Awang menulis dengan bahasa > yang agak "keras"....:-) > > Tapi saya setuju sekali, ini adalah suatu hal yang masih sangat awal > untuk bisa dibilang sebagai suatu "discovery" dan bisa membingungkan > banyak orang (atau bahkan orang dibuat bingung oleh para politisi > nantinya). > Seperti pak Awang tuliskan, lha wong untuk disebut sebagai prospect aja > masih susah kok sudah dikatakan sebagai penemuan. Kalau ini seperti > kasus di Cibinong atau tempat lainnya, yang menyebtukan adalah aparat > pemda jadi ya kita maklum adanya lah. Tapi kalau hal ini keluar dari > lembaga yang bergengsi seperti BPPT, wah kok jadi ngeri ya..... > > > salam, > > > ----- Original Message ---- > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi > BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI <iagi-net@iagi.or.id> > Sent: Tuesday, February 12, 2008 4:50:52 PM > Subject: [iagi-net-l] Kritisi atas Berita Penemuan "Lapangan2 > Super-Raksasa" di Aceh West Offshore (BPPT-BGR) > > Harus hati-hati dan kritis menyikapi berita ini. > > BPMIGAS tak punya urusan dengan berita ini. Wilayah ini kosong dari > blok perminyakan yang menjadi pengawasan BPMIGAS. > > Beberapa hal dari berita itu yang perlu dikritisi. > > Yang baru teridentifikasi hanya terumbu2 yang belum diketahui umurnya, > katakanlah terumbu ini berumur Miosen Awal-Miosen Tengah mengacu kepada > terumbu yang menjadi objektif di Cekungan Sibolga sebelah selatan, di > dekat wilayah survey BPPT-BGR ini. Terumbu2 ini pernah dieksplorasi > Union Oil dan Caltex pada tahun 1970-an dan akhir 1980/awal 1990 dan > telah dibor (Suma, Singkel, Ibu Suma) menghasilkan gas biogenik > non-komersil. > > Terumbu2 ini hanya didapat dari survey geomarin yang punya jarak > lintasan 60 km. Prospek/lead apa yang bisa diidentifikasi dengan space > seismik 60 km ? Yang namanya prospek ia harus diidentifikasi oleh jarak > lintasan seismik <5 km. > > Mengapa menganggap terumbu2 ini sebagai lapangan minyak ? Keberadaan > terumbu tak mengindikasi keberadaan lapangan minyak. Keberadaan bright > spot pun tak otomatis mengindikasi keberadaan gas column. Banyak > brightspot sebagai akibat kontras impedansi litologi saja, dan telah > banyak perusahaan tertipu oleh hal ini. Sumur terdalam dan terjauh di > Makassar Strait dibor mengejar brightspot semacam ini, ternyata hanya > kontras impedansi litologi akibat lapisan tuf di tengah lempung. > > Cara perhitungan sumberdaya/cadangan sangat kasar, hanya mengalikan > BRV (bulk rock volume) dengan porositas; padahal kita tahu bahwa untuk > sampai ke angka sumberdaya si BRV harus dipotong oleh N/G (net to > gross), dipotong lagi oleh porositas, dipotong lagi oleh Sw (saturasi > air) atau Shc (saturasi HC), lalu dibagi oleh FVF (formation volume > factor). Kalau mau menghitung terkurasnya berapa harus banyak dipotong > lagi oleh RF (recovery factor). Kalau hanya menghitung sumberdaya dengan > mengalikan BRV dengan porositas, maka yang dihitung hanyalah ruang pori, > bukan hidrokarbon. > > Mengapa mesti minyak ? Sibolga Basin dan semua cekungan muka busur di > Sumatera-Jawa terkenal punya termal yang dingin (HFU <1.5; GG < 2 C/100 > feet), kecuali Bengkulu Basin yang sedikit lebih panas; maka wajar saja > kalau Union Oil dan Caltex menemukan gas biogenik saja di terumbu besar > Singkel, Suma, Ibu Suma yang dibornya, padahal terumbu ini umurnya > Miosen Awal. Minyak butuh termal yang lumayan panas. > > Tak cocok menganalogikan terumbu2 temuan BPPT-BGR ini ke lapangan2 > migas di Arakan atau Mergui Terrace offshore Myanmar. Mereka bukan pada > posisi forearc basin, tetapi berlokasi di passive margin dengan delta > Gangga di teluk Benggala dan Delta Irawadi dengan Andaman Sea Floor > Spreading. Belum ada terbukti lapangan minyak/gas komersil di forearc > basin. > > Gempa Aceh Desember 2004 menggeser source rocks sehingga mengeluarkan > panas dan mematangkan minyak adalah pernyataan yang menggelikan. Apakah > kita tahu pasti lapisan source rocks di situ apa, apakah ia tergeser > gempa ? Source rocks tak mengeluarkan panas, yang mengeluarkan panas > adalah heat flow dari mantel dan panas konduktif dari tumpukan sedimen. > Taruhlah gempa membuat sesar yang menghubungkan mantel dengan source > rocks; tetapi harus diingat bahwa heat flow di sini minimal karena di > wilayah barat Sumatera terjadi sel konveksi mantle downwelling yang > membawa subduksi kerak samudera Hindia, jadi terhubung ke mantel yang > dingin percuma saja. > > Membandingkannya dengan sumberdaya lapangan2 di Arab sungguh tak > sepadan, membandingkannya bukan "apple to apple" sebab lapangan2 raksasa > di Arab memang sudah dihitung menurut kaidah perhitungan > sumberdaya/cadangan dalam perminyakan, bahkan membandingkannya dengan > lapangan Bayu Urip pun tak sepadan. > > Tetapi, tak salah kalau BPPT/BGR mau menindaklanjuti temuan ini. > Tetapi, pikirkanlah aspek2 negatifnya juga; dan sebaiknya > berhati-hatilah mengeluarkan pendapat yang bombastis ini ke publik, > dasar ilmiahnya masih sangat kurang, dan status evaluasinya masih > teramat dini. Kalau sudah terlanjur terlempar ke publik, lalu bagaimana > ? > > Mimpi boleh, tetapi tak perlu ribut-ribut dulu ke mana2. > > Salam, > awang > > Guruh Didi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selasa, 12 Feb 2008, > Ditemukan, Lapangan Migas Raksasa di Aceh > > BPPT: Lebih Besar dari Milik Arab Saudi > JAKARTA - Bencana dahsyat tsunami di Aceh 26 Desember 2004 memunculkan > berkah tak terduga empat tahun kemudian. Berawal dari studi pascagempa > tsunami di perairan barat Sumatera, Badan Pengkajian dan Penerapan > Teknologi > (BPPT) kemarin (11/2) memublikasikan temuan blok dengan potensi > kandungan > migas raksasa. > > Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf > Surahman > mengatakan, Survei BPPT bersama Bundesanspalp fur Geowissnschaften und > Rohftoffe (BGR Jerman) itu menemukan kawasan perairan yang di dalam > buminya > diperkirakan terkandung migas 107,5 hingga 320,79 miliar barel. Lapangan > migas tersebut terletak di daerah cekungan busur muka atau fore arc > basin > perairan timur laut Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). > "Kandungan migas itu luar biasa besar," ujar Yusuf di Kantor BPPT > Jakarta > kemarin (11/2). > > Sebagai perbandingan untuk menunjukkan besarnya kandungan migas di Aceh > tersebut, Yusuf menyebutkan, saat ini cadangan terbukti di Arab Saudi > mencapai 264,21 miliar barel atau hanya 80 persen dari kandungan migas > di > Aceh. Sementara itu, cadangan Lapangan Banyu Urip di Cepu diperkirakan > hanya > 450 juta barel. Lapangan migas dapat dikategorikan raksasa atau giant > field > jika cadangan terhitungnya lebih dari 500 juta barel. > > Menurut Yusuf, angka potensi tersebut didapat dari hitungan porositas 30 > persen. Artinya, diasumsikan hanya 30 persen dari volume cekungan batuan > itu > yang mengandung migas. Meski demikian, lanjut dia, belum tentu seluruh > cekungan tersebut diisi hidrokarbon yang merupakan unsur pembentuk > minyak. > "Karena itu, penemuan ini perlu kajian lebih lanjut," katanya. > > Dia menyatakan, meski belum diketahui secara pasti, salah satu indikasi > awal > keberadaan migas di cekungan tersebut dapat dilihat dari adanya > carbonate > build ups sebagai reservoir atau penampung minyak serta bright spot yang > merupakan indikasi adanya gas. > > Sejauh ini, lanjut Yusuf, Tim BPPT optimistis perairan timur laut Pulau > Simeuleu mengandung migas skala raksasa. Sebab, beberapa daerah yang > memiliki karakteristik sama sudah terbukti mengandung migas. Di > antaranya, > di wilayah Myanmar, Andaman, serta California, AS. > > Meski demikian, BPPT akan tetap membuat perhitungan realistis. Menurut > Yusuf, jika porositas diperkecil menjadi 15 persen, artinya diasumsikan > hanya 15 persen dari volume cekungan yang mengandung migas, angka > minimal > cadangannya masih 53,7 miliar barel. "Tetap saja angka itu masih sangat > besar," terangnya. > > Penemuan BPPT tersebut mendapat tanggapan positif dari ahli geologi > perminyakan Andang Bachtiar yang kemarin juga hadir di Kantor BPPT. > Chairman > PT Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) itu mengatakan, wilayah > perairan > Indonesia memang memiliki banyak cekungan atau basin yang berpotensi > mengandung migas. "Banyak di antaranya yang belum teridentifikasi, " > ujarnya. > > Hingga saat ini, kata dia, sudah ada 66 cekungan plus 6 cekungan fore > arc > basin yang teridentifikasi berisi minyak. Pada 2003, lanjut dia, Ikatan > Ahli > Geologi Indonesia (IAGI) berhasil mengidentifikasi hipotesis cadangan > gas > sebesar 26,7 triliun kaki kubik (TCF) yang tersebar di beberapa wilayah. > "Kebanyakan memang berada di sebelah barat Sumatera," terangnya. > > Terkait dengan penemuan BPPT itu, Andang menyatakan masih perlu kajian > lebih > lanjut untuk bisa mendekati hitungan berapa besar cadangan terbuktinya. > Menurut dia, lokasi studi seismik 2D yang dilakukan BPPT dengan interval > jarak 60 km masih terlalu longgar. "Harus lebih rapat lagi, paling tidak > intervalnya 20 km," katanya. > > Karena itu, lanjut dia, BPPT harus segera berkoordinasi dengan > pemerintah > untuk segera menindaklanjuti temuan tersebut. Sebab, untuk mengkaji > lebih > teliti, dibutuhkan dana cukup besar.Dia menyebut, untuk proses studi > seismik 2D yang lebih rapat, dibutuhkan > dana sekitar USD 7 juta.. > > Kemudian, untuk mengetahui angka cadangan migas, > perlu dilakukan minimal 14 pengeboran sumur di 14 titik cekungan. Biaya > pengeboran satu sumur, lanjut alumnus Colorado School of Mines, AS, itu, > sekitar USD 30 juta. Dengan demikian, minimal dibutuhkan dana USD 427 > juta. > "Itu baru untuk studi eksplorasi. Untuk pengembangan lapangan, jumlahnya > jauh lebih besar," jelasnya. > > Andang menambahkan, yang saat ini harus segera dilakukan BPPT dan > pemerintah > adalah koordinasi. Menurut dia, meskipun lapangan migas tersebut paling > cepat baru dapat dikembangkan dalam waktu tujuh tahun ke depan, > pemerintah > harus bergerak cepat. "Jangan sampai potensi ini salah urus," tegasnya. > > Dia mengatakan, karakter lapangan yang berada di laut dalam (kedalaman > lebih > dari 200 meter) jelas membutuhkan dana besar dan teknologi tinggi yang > belum > tentu dimiliki Pertamina selaku perusahaan nasional. Meski demikian, > lanjut > dia, jangan sampai tersebarnya informasi potensi tersebut justru > dimanfaatkan pihak-pihak yang punya modal besar dan teknologi, yakni > perusahaan asing. "Intinya, pemerintah harus berusaha agar potensi ini > bisa > dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan bangsa," jelasnya. > > Terkait dengan hal itu, Kepala BPPT Said Jenie menyatakan sudah > melaporkan > penemuan tersebut ke Departemen ESDM. Selain itu, pihaknya sudah > memberikan > tembusan yang ditindaklanjuti Pertamina dengan mengirimkan letter of > intent > kerja sama untuk menindaklanjuti temuan tersebut. "Kami harap semua > pihak > terkait bisa cepat merespons temuan ini. Sehingga bisa segera > ditindaklanjuti, " ujarnya. > > BPPT juga telah menyiapkan satu kapal riset yang dilengkapi alat khusus > seismik untuk meneliti lebih lanjut dan telah meminta kepada pemerintah > untuk mengamankan daerah perairan barat Aceh tersebut. (owi/kim) > > __________________________________________________________ > Be a better friend, newshound, and > know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. > http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > __._,_.___ Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a > new topic > Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | > Calendar > Moderators: > Budhi Setiawan '91 <[EMAIL PROTECTED]> > Edi Suwandi Utoro '92 <[EMAIL PROTECTED]> > Sandiaji '94 <[EMAIL PROTECTED]> > Wanasherpa '97 <[EMAIL PROTECTED]> > Satya '2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Andri'2004 <[EMAIL PROTECTED]> > > Change settings via the Web (Yahoo! ID required) > Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch > format to Traditional > Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe > > Recent Activity > > 2 > New Members > > Visit Your Group > Yahoo! Kickstart > Sign up today! > Find great recruits > for your company. > > Y! Messenger > Group get-together > Host a free online > conference on IM. > > Y! Groups blog > the best source > for the latest > scoop on Groups. > > > > . > > > __,_._,___ > > > --------------------------------- > Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. > > > > ________________________________________________________________________ > ____________ > Never miss a thing. Make Yahoo your home page. > http://www.yahoo.com/r/hs > > > > ---------------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of any information posted on IAGI mailing list. > > --------------------------------------------------------------------- > > Search, browse and book your hotels and flights through Yahoo! Travel http://sg.travel.yahoo.com