Menyimak cerita dan melihat foto-foto Pak Awang sangat asyik.

Bisa dibayangkan bagaimana asyiknya berdiri di atas Table Mountain dan
melihat bertemunya dua samudra besar dan juga melihat batuan-batuan
PraKambrium yang tersingkap.

Seperti halnya berdiri di Table Mountain di Golden dan melihat ke barat
dimana patahan Golden dapat mengangkat batuan PraKambrium dan membuat
Formasi Green Mountain, Denver, Arapahoe, Laramie, dan formasi bawahnya
miring.

Terangkatnya batuan PraKambrium ini membuat pemandangan di Negara bagian
Colorado mulai dari Colorado Spring - Golden - Boulder sampai Fort
Collins menjadi tampak lebih indah.  

Kalo di Formasi Laramie terekam jejak-jejak dinosaurus, apakah di
sekitar Cape Town juga ada formasi yang merekam jejak-jejak dinosaurus?

Terima kasih atas sharingnya Pak Awang.

 

-d-

 

-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, 14 November, 2008 10:39 PM
To: IAGI; Forum HAGI
Subject: [iagi-net-l] Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

 

Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di
tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain,
dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik
bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua
samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung
Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari
dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di
Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi
turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari
Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua
samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang
ganas,  tetapi  raja Portugal  menggantinya sebagai Tanjung Harapan
(Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk
membuka jalan ke wilayah tropika. 

  

Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg,
Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam,
lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke
Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. "Ke Afrika ? Jauh
sekali.", seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu.
Sebenarnya, pergi ke Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan
dengan kalau kita pergi ke Amerika. Terbang dari Singapura ke
Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan azimuth yang lurus
terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara Sumatra dan
Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang tsunami
dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke
Afrika dalam beberapa jam saja. 

  

Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah
sana. Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada
waktu di Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah
timur Afrika Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap
mendatangi pulau ini untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan
Afrika bagian barat. Pesawat mendarat di Johannesburg pada pagi hari.
Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, sebuah benua dengan keunikan
tersendiri. 

  

Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan
terbang dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak
terbang terlalu tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat
pemandangan di bawah : pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian
pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan yang diapit Samudra
Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah utaranya.
Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional disebut
Cape Fold Belt. 

  

Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan
antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang
sangat spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di
sini, di Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari
sebuah lengan menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown :
Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini
pula yang dijadikan AAPG sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun
ini. Dari udara, kota Capetown seperti bersimpuh dan terbuai di kaki
ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. 

  

Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur
pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt,
yang ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai
puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan
pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini
seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara
benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk
pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk
pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt
tersusun oleh kelompok batuan bernama Cape Supergroup, suatu
superkelompok batuan sedimen (konglomerat, tilit-endapan gletsyer,
batupasir, batulanau, dan batulempung) yang berumur 510-340 juta tahun
(Kambrium-Karbon bawah). Tiga pegunungan/gunung di Capetown sendiri
disusun oleh batupasir Table Mountain Group berumur 510-390 juta

 tahun (Kambrium-Devon). Pegunungan ini duduk di atas batuan granit
(Cape Granite Suite) berumur 540 juta tahun dan sekis dan filit
(Malmesbury) berumur 540-560 juta tahun. Bila batas bawah Kambrium
adalah 542 juta tahun yang lalu (Gradstein et al., 2004), maka umur
sekis ini adalah PraKambrium atau lebih tepatnya NeoProterozoikum (zaman
Ediacara). Beruntung saya mendapatkan sampel batuan filit Malmesbury
PraKambrium ini saat jalan-jalan di kaki Table Mountain, itulah koleksi
batuan saya yang paling tua dalam bentuk genggaman -hand specimen
(koleksi batuan poles yang tertua adalah yang saya beli di pelataran
Opera House di Sydney yang berasal dari Pilbara Craton dengan umur
sekitar 2500 juta tahun). 

  

Bagaimana Cape Supergroup yang menyusun Afrika Selatan tertekan sehingga
membentuk Pegunungan Cape Fold Belt ? Ini melibatkan tektonik skala
benua. Cape Supergroup adalah sekelompok sedimen yang dibentuk di tepi
pasif sebelah barat Lempeng Afrika. Lempeng ini pada Masa Paleozoikum
dikelilingi oleh Amerika Selatan dan Antarktika. Lempeng Amerika Selatan
sedang bergerak ke timur dan Lempeng Antarktika sedang bergerak ke utara
-keduanya menuju Afrika yang relatif tidak bergerak. Maka, ketiga
lempeng ini sebenarnya saling bergerak mendekat. Gerakan lempeng-lempeng
benua ini adalah dalam rangka membentuk superbenua Pangaea. Lalu antara
280 - 235 juta tahun (Perem-Trias) terjadilah benturan antara ketiga
benua itu menutup cekungan samudra purba Adamastor. Sedimen Cape
Supergroup yang terletak di bagian depan Afrika tertekan dan membentuk
pegunungan lipatan Cape Fold Belt. 

  

Table Mountain di Capetown terlihat berlapis mendatar. Bagaimana bisa
sebuah pegunungan lipatan benturan antarbenua mempertahankan sifat asal
sedimentasinya yaitu berposisi mendatar pada lapisan-lapisannya.
Rekonstruksi oleh Compton (2006 : The Rocks and Mountains of Capetown,
Double Storey Books, Capetown) menunjukkan bahwa Table Mountain adalah
dasar sebuah sinklin yang tersisa sehingga lapisan-lapisannya mendatar. 

  

Bersatunya Amerika Selatan dan Afrika pada ujung Perem tersebut menyusun
sebagian Gondwanaland. Sebuah superbenua akan menghalangi sirkulasi
mantle plume dari bawah. Peristiwa selanjutnya adalah mantle plume
memisahkan apa yang sudah bersatu. Maka pada 180-130 juta tahun yang
lalu (Yura - Kapur Awal bagian atas) Amerika Selatan mulai memisah
kembali dari Afrika. Peristiwa perpisahan ini di Capetown ditandai oleh
dolerite dykes yang memotong sekis/filit Malmesbury, Cape Granite Suite,
dan Table Mountain Group. Dolerite dykes ini seumur dengan flood basalt
besar di Namibia , utara Afrika dan di Parana (Amerika Selatan).
Dolerite dykes dan flood lava basalt ini merupakan produk rising hot
mantle plumes yang mengawali pembukaan South Atlantic Ocean Basin. 

  

Maka, tepi barat Afrika di mana Capetown berlokasi kembali menjadi tepi
pasif lempeng benua. Kelompok sedimen yang lebih muda dari Yura
(Kapur-Resen) diendapkan di tepi pasif ini yang posisinya sekarang di
Samudra Atlantik sebelah barat Capetown. Cape Fold Belt menjadi sumber
sedimen baik ke arah barat menuju Samudra Atlantik, ke selatan menuju
Samudra Hindia, dan ke utara menuju Karoo Basin . Cape Fold Belt dan
Capetown sejak 250 juta tahun yang lalu adalah sebuah pegunungan
benturan, sedimentasi terakhir terjadi 280 juta tahun yang lalu saat
endapan glasial memenuhi Gondwana. 

  

Maka boleh disebutkan bahwa Capetown telah kehilangan catatan
sedimentasinya sejak 280 juta tahun yang lalu. Sejarah geologi Capetown
adalah sejarah tentang pertemuan benua-benua membentuk superbenua dan
mengangkat Cape Fold Belt (250 juta tahun yang lalu), dan cerita tentang
perpisahan kembali Afrika dan Amerika Selatan pada 180-130 juta tahun
yang lalu yang membentuk South Atlantic Ocean. Efek benturan dan
perpisahan antarbenua langka terjadi di satu tempat, tetapi di Capetown,
Afrika Selatan kedua hal itu terjadi. 

  

Berikut beberapa foto yang berhubungan, semoga dapat dibuka. Mohon maaf
untuk yang tak dapat membuka lampiran karena tak semua milis dapat
menerima lampiran. 

  

Salam, 

awang

 

 

      

Kirim email ke