Menarik mendiskusikan burial metemorphism seperti yang diurai pak Ade. Pak Ade, apakah bisa membedakan secara fisik batuan yang kaya akan mineral zeolit tersebut bahwa itu sebagai produk metamorfisme burial atau alterasi hidrotermal??. Karena memang hidrotermal mempunyai peran yang sangat penting dalam genesa berbagai tipe metamorfisme. Sehingga muncul tipe khusus yaitu hydrotermal metamorphism. Saya kira memang demikian, bahwa beberapa metasedimen yang dijumpai pada beberapa core (biasanya berselang-seling) dengan sedimen lainnya yang belum dianggap "meta" tetap bagian dari sistem sedimen dalam konteks sedimentary basin, jauh di atas yang dianggap sebagai basement. Ini pun perlu hati-hati, jika cekungan tersebut berasosiasi dengan basement high. Sedikit yang pernah saya lihat adalaha core dari beberapa sumur di cekungan sumatera tengah, juga dijumpai kelompok meta-sedimen. Pada saat itu, saya hanya bicara masalah provenan dan diagenesis (dari pendekatan petrografi) saja untuk memberikan second opinion dari studi yang pernah dilakukan oleh perusahaan tsb dengan pihak lain.
Diluar itu, pak Ade berkenankah? memberikan kuliah kelilingnya (melalui mekanisme Kuliah Keliling IAGI saja...) dengan topik metamorfisme di kampus ugm jogja, nanti bersambung ke kampus lainnya (upn, sttnas, akprind), dengan sppd dari Inco. Sehingga pak Ade bisa road-show ke geologi ugm, upn, sttnas, akprind atas naman IAGI. Kalau keluarnya pak Ade susah dari Inco, saya akan berkirim surat ke Inco sebagai Sekretaris Jurusan TGL.UGM, ntar itu juga bagian dari kegiatan IAGI. Jika PP-IAGI memboyong pak Ade kesulitan, karena policy Inco nunggu jatah cuti, misalnya. Terus terang, saya pernah ingin memboyong mas Haryadi Permana (geotek lipi) yang juga sangat kompeten untuk bicara metamorfisme, tapi tidak jadi, ada masalah non-teknis terkait perjalanan beliau ke Jogja. Nah, kalau Inco men-support pada pak Ade Kadarusman ke Jogja lebih dari 2 hari.., kan sangat mungkin to? Selama ini banyak topik-topik kuliah tamu / ceramah ilmiah pada materi Applied Geology (khususnya petroleum geology), lalu mhs (ini amatan kami di ugm) cenderung mengabaikan basic geology. Mengapa basic geology menjadi urgent? Seorang Alit Askaria (curhat ke saya beberapa waktu lalu di Jogja) saat mewawancarai fresh graduate untuk grup eksplorasinya, dibikin pusing oleh fresh graduate dari berbagai univeritas, yang "sedikit bebal" dan melupakan konsep-2 dasar : petrologi, struktur geologi, stratigrafi. Tapi kalau ditanya petrel, geografix, menghitung cadangan, jago-jago semua, apalagi kalau sudah banyak terlibat project2 joint study / joint evaluasi blok migas. Saya pun kaget!!!. Komentar dan evaluasi ini justru keluar dari seorang praktisi di industri migas. Kalau Alit Askaria seorang akademisi, saya pun maklum. Mas Bambang Priadi di Geologi ITB, pernah mendiskusikan hal ini dengan saya saat sama-sama di lapangan (di Pacitan kayaknya). Komentarnya sama. Kembali ke kuliah keliling, saya kira positip sekali, jika pak Ade dapat memberikan materi petrologi batuan metamorf (atau geologi metamorfisme dan metasomatism) (saya no.1 yang mendukung jika pak Ade berkenan...), apalagi kalau kemudian dikaitkan dengan tektonik dan dinamika cekungan, toch muaranya pada temuan-temuan / pematangan hidrokarbon atau eksplorasi bijih. Akhir februari nanti, geologi ugm mendapat kursus gratis dari geosaintis-2 Total Indonesie (Perancis) tentang Petroleum Geology, yang mau ikut berduyun-duyun. Akan saya coba ada kursus gratis : Metamorfism dari Inco (misalnya....), berduyun-duyun ndak? Salam, Agus Hendratno salah satu pengajar petrologi batuan metamorf. ________________________________ From: Ade Kadarusman <a_kada...@yahoo.com> To: iagi-net@iagi.or.id Cc: ade.kadarus...@valeinco.com Sent: Sunday, February 1, 2009 10:24:18 AM Subject: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?) Menambahkan apa yang dijelaskan oleh Pak Awang, tetapi saya akan melihat dari sisi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan “metasediment” dalam conteks sedimentary basin (burial metamorphism) dan perbedaannya dengan batuan “metasediment” akibat convergent plate boundary (regional metamorphism). Kalau sudah bisa memahami perbedaan antara dua jenis metasediment tsb, kita bisa menyebutkan “metasediment” yg merupakan bagian dari formasi batuan sediment itu sendiri atau “metasediment” yg merupakan bagian dari basement rock. Dalam pemahaman saya yg dimaksud dengan basement rock dalam conteks sedimentary basin, adalah bagian yg terpisah dari system sediment tsb, jadi umumnya basement rock harus ada unconformity dgn batuan sediment diatasnya. Jadi jika ada batuan metasediment yang hadir dibagian bawah suatu basin dan diduga masih merupakan bagian dari formasi sediment tsb (tdk ada unconformity), bisa jadi metasedimen tsb merupakan dari system sedimentary basin tsb, bukan sebagai basement rock. Perubahan batuan sediment tsb menjadi metasediment diakibatkan burial metamorphism (metamorfis beban), jadi kita harus hati-hati menyebutkan suatu batuan metamorf terutama yg low grade sebagai basement rock. Batuan metasediment adalah penamaan batuan sedimen yang sdh mengalami proses metamorphism pada kondisi very low to low grade metamorphism, jadi umumnya masih menunjukkan struktur dan bentuk batuan sediment asalnya, dalam penamaannya utk protolith limestone namanya menjadi metalimestone, untuk sandstone menjadi metasandstone, metagreywacke dst. Kalau sdh menunjukkan bidang foliasi bisa langsung disebutkan sebagai batu sabak (slate), filit dan sekis (schist). Cara membedakan metasediment yang merupakan burial metamorphism atau metasediment sebagai basement rock (regional met.), selain mengenali protolithnya (batuan asal), juga melihat mikrostukturnya, jika metasediment tersebut sudah memperlihatkan kompleks mikrostuktur/foliasi, seperti sdh berkembangnya foliasi S0, S1, S2 dst, bisa disimpulkan metasediment tsb adalah basement rock akibat regional metamorphism. Sedangkan metasediment akibat burial metamorphism, biasanya S0 (struktur sediment asal) memiliki arah dan bidang yg sama dgn S1-nya. (foliasi akibat burial met.). Ini memang paling ideal dilihat dari core samples, bukan dari cutting. Yang disebut kristalin basement umumnya batuan metamorf yang memiliki grade dari medium to high grade, seperti kuarsit, marble, sekis mika, sekis hijau, gneiss, granitic gneiss etc Dalam konsep basement tectonic, basement rock dapat dikategorikan sebagai : - Continental basement (umumnya granite and low/med to high grade metamorphic rock), umumnya stabil dan old continent, biasanya menjadi target di dalam eksplorasi migas, karena umumya sedimentary basin yg potensial berada di back arc basin atau continental shelf basin. - Oceanic crust basement, sekuen chert, basalt, gabbro dan peridotite di ocean floor, jika sekuen oceanic crust tsb tersingkap di continental margin atau island arc dinamakan sebagai ophiolite basement - Island Arc basement, biasanya percampuran produk island arc magmatism/volkanism dgn batuan produk komplek akresi (mélange etc), hadir di dalam convergent plate boundary. Proses diagenesis dalam batuan sediment bukan merupakan proses metamorphism, walaupun proses diagenesis dan proses low grade metamorphism adalah daerah yang abu-abu (overlap). Thermal history dari batuan sediment bisa overlap dgn P-T history dari suatu batuan metamorf. Istilah dalam eksplorasi migas: - Diagenesis (up to 180ºC) - Oil window (70-180 ºC) - Gas Window (170-230 ºC) - Oil destroyed and gas lost (from 230 ºC) Klasifikasi thermal history tsb sangat tergantung berapa lama batuan sediment tsb mengendap atau terbebankan (burial history). Klasifikasi grade dari Burial metamorphism yang berkaitan dengan sedimentary basin (normal gradient geothermal 20 ºC/km), untuk protolith dari mafic rocks (Fe-Mg rich rock) Very low grade metamorphism (150-230 ºC), zeolite facies, prehnite-pumpelite Low grade metamorphism (200-400 ºC ), greenschist facies Medium grade metamorphism (400-600 ºC), amphibolite High grade metamorhism (>600 ºC), granulite Beberapa tahun yang lalu saya mendapat kesempatan melihat sayatan tipis dari core dan cutting utk Fm Jatibarang (thanks Pak Edy Sunardi) sampai ke ke batuan yg dikategorikan basement, ada kesalahan mendasar dalam mendeskripsikan suatu metamorphic basement, mungkin ketidaktahuan dalam mendefinisikan suatu basement rock dan ketidaktahuan tentang jenis2 batuan metamorf. Bisa jadi pemboran berhenti di formasi yg sebenarnya bukan metamorphic basement, dan akhirnya akan miss mendapatkan informasi formasi yg dibawahnya yang mungkin potensi migasnya ada. Maaf Saya gak bisa menjelaskan lebih lanjut, harus minta ijin Pak Edy dulu..he..he..he... Kerancuan mendasar lainnya dalam pemetaan regional di Indonesia Timur, banyak batuan metamorf very low-low grade dgn protolith batuan sediment dinamakan sebagai nama batuan sedimen atau dinamakan sebagai formasi batuan sedimen, sedangkan yang batuan metamorf yg berderajat sedang keatas (medium to high grade) dinamakan sebagai komplek batuan metamorf, padahal kedua jenis batuan tersebut mengalami proses metamorphism yang sama tetapi berbeda derajat (grade) dalam suatu komplek batuan metamorf regional atau sering dinamakan sebagai prograde metamorphism ( jenis dan umur protolith batuan tsb tersebut sama). Ade Kadarusman Metamorphic Geologist, now trapped in Mining Industry --- Pada Kam, 29/1/09, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> menulis: Dari: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Topik: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?) Kepada: "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia" <fo...@hagi.or.id> Cc: "'Eksplorasi BPMIGAS'" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>, "'Geo Unpad'" <geo_un...@yahoogroups.com>, "'IAGI'" <iagi-net@iagi.or.id> Tanggal: Kamis, 29 Januari, 2009, 4:38 AM Wida, Mendefinisikan proper basement tidak semestinya hanya dari sumur. Definisi proper basement harus menggunakan berbagai data : sumur, seismik, surface geology, analisis lokal dan regional dalam ruang dan waktu. Basement adalah kompleks batuan dasar yang melandasi suatu cekungan sedimen. Dari definisi ini jelas bahwa basement punya konteks regional, maka ia tak semestinya didefinisikan hanya dari sumur. Tentang kasus yang Wida contohkan, namanya cutting sumur tentu kita tak akan tahu asal serbuk2 batuan itu dari mana, apakah dari lapukan basement yang sudah jadi basal sediments di atas basement (ini bukan proper basement lagi) atau memang dari proper basement sendiri. Saya tak yakin bahwa bila schist dan phyllitic basement terlapuk dan tererosi akan tetap sebagai schist dan filit di cutting, saya pikir ia akan jadi mineral lempung yang banyak berhubungan dengan metamorphic terrane seperti klorit. Artinya kalau sekis ditemukan di cutting, mungkin itu sudah menembus proper basement, bukan lapukan sedimennya. Juga hubungannya ke reflector seismik, pada umumnya ia tak akan menunjukkan reflector seismik dengan well-defined horizons seperti pada sedimentary layers, maka saya pikir akan jarang terjadi hal seperti itu. Pada umumnya dari sumur2 yang menembus basement, sumur itu berposisi di tinggian basement, bukan di rendahan basement yang di atasya ada endapan syn-rift; sehingga cutting itu bukan synrift sediments tetapi justru shoulder dari rift atau sebagian horst-nya, sehingga besar kemungkinan produk lapukan - tetapi seperti keterangan di atas, sekis tak akan menghasilkan lapukan sekis, tetapi mineral lempung kloritik. Salam, awang Pak Awang & rekan2 milis, Sehubungan dengan definisi proper basement, saya ingin bertanya dari sudut pandang karakter seismic pada basement. Terkadang pada daerah yang belum pernah dilakukan pemboran sampai basement, kita tidak bisa mengikatkan antara data sumur dan data seismic, sehingga pada akhirnya kita hanya mengandalkan reflector seismic saja. Pertanyaannya, apakah basement bisa didefinisikan sebagai karakter amplitude terkuat, dan terletak sebagai reflektor terakhir yang bisa dikenali sebelum semuanya menjadi chaotic & blur? Jika ya, apakah ini bisa menjadi definisi “proper basement” despite of the lithology? Salam, -Dimas- Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com