Natan,
 
Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, 
masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini 
saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. 
Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, 
seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, "kalau keinginan kami tidak 
dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa". Hati-hati, siapa nih 
yang jadinya mempolitisasi kasus ini ?
 
Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. 
Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah 
lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa 
lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. 
Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau 
mengancam bila pendapatnya tidak diterima.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa <nataniel.mang...@gmail.com> menulis:


Dari: Nataniel Mangiwa <nataniel.mang...@gmail.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, 
"Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM


Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa
Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang
tidak akan "panas" Pak Awang.

Apa alasannya untuk "panas" kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR,
Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb??

2010/3/3 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>

> Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu
> komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27
> Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru
> berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua
> gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma
> kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek
> katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).
>
> Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil
> erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya
> padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan
> respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya
> enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih
> detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced
> by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi
> - Geophysical Research Letters 34, L05304.
>
> Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics
> yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang
> disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah
> masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat
> statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti
> mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap
> episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan.
>
> Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau
> Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan
> jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan
> sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard
> Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu
> Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa
> Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan
> itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara
> individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu.
>
> Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes
> and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112,
> B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk
> merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting
> korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang
> tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness
> of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude
> thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed
> triggering.
>
> Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa
> memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa
> adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan
> Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa -
> itu dipertanyakan.
>
> Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa
> menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab
> (artinya gempa dalam) lebih akan merambat ke bagian updip slab tersebut
> menuju overriding plate-nya sebab gempa di slab ada di lingkungan astenosfer
> dan rheology upper mantle tersebut tentu lebih rendah dibandingkan slabnya
> sendiri, maka propagasi gaya gempa akan merambat ke bagian updip slab. Dapur
> magma umumnya masih di lower crust (kontinen/kerak akresi), jauh di atas
> slab; maka gempa di slab tak akan merektivasi dapur magma itu sehingga
> volkanisme tak akan terpengaruh oleh slab earthquake. Kasus gempa Yogya
> adalah gempa di overriding plate, jadi tak ada hubungan sama sekali dengan
> slab-nya yang tenggelam di bawah Jawa Tengah. Gempa di overriding plate akan
> mempropagasikan gayanya secara lateral, tetapi akan lebih mengarah ke satu
> azimuth bergantung pola rupture-nya. Dalam kasus gempa Yogya, propagasi gaya
>  itu lebih ke arah timur dan timurlaut (silakan cek aftershocks-nya)  dan
> mengganggu keseimbangan semua fluida plumbing system atau venting system
> yang berada di wilayah sapuan gaya gempa itu. Venting system adalah
> struktur2 bawah permukaan atau di permukaan yang setting geologinya siap
> mengalirkan fluida ke permukaan.
>
> Itulah juga yang menjadi alasan mengapa mud volcano Bledug Kuwu tak
> terbangunkan saat gempa Yogya terjadi, tetapi Lusi yang saat itu dalam
> keadaan critical (lihat data seismiknya) bisa saja terpicu. Bledug Kuwu
> adalah mud volcano tua (paling tidak ia sudah ada pada zaman Ratu Sima
> memerintah wilayah utara Jawa Tengah sekarang sekitar 600-700 AD sebab
> cerita rakyat tentang Bledug Kuwu sudah berkembang saat itu). Mud volcano
> yang tua akan punya masa dormant seperti gunungapi juga. Membangkitkan mud
> volcano yang dormant akan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan
> mud volcano yang siap meletus atau dalam keadaan critical.
>
> Sebuah pertanyaan : bagaimana menerangkan turunnya muka air secara mendadak
> di sumur-sumur penduduk di Kalang Anyar, Pulungan dan Gunung Anyar setelah
> gempa Yogya terjadi dan bersamaan (simultan) dengan awal semburan-semburan
> lumpur di sekitar sumur Banjar Panji-1 ?  Lokasi kampung-kampung yang saya
> sebutkan itu 40 km di sebelah timurlaut Lusi. Apakah itu juga karena UGBO
> (underground blow out) Banjar Panji-1 ? Tentu tidak.
>
> Saya mudah menjawabnya. Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar adalah
> gunung2lumpur tua (lihat publikasi saya tentang gununglumpur tua zaman
> Jenggala dan Majapahit di Proceedings IAGI 2007 dan IPA 2008). Lokasi
> gunung2 ini tak sembarangan, sampai ke Bangkalan Madura dari Gunung
> Penanggungan ia dihubungkan sesar mendatar Watukosek. Di Bangkalan Madura di
> ujung sesar ini ada gunung lumpur Socah, Sening dan Bugag.  Lusi berlokasi
> di atas sesar ini. Pada hari sesar Watukosek dibangkitkan kembali, crital
> venting system di Lusi meletus, dan venting system sumur2 penduduk di
> Pulungan, Kalang Anyar dan Gunung Anyar meletus.
>
> Lusi punya causes dan trigger. Causes-nya sudah jelas ada dan memenuhi
> hukum geologi bernama "perturbation of elisional venting system"; triggernya
> reaktivasi Sesar Watukosek. Apakah UGBO Banjar Panji-1 (bila ada) bisa
> mereaktivasi Sesar Watukosek sampai 40 km jauhnya ?
>
> Tanpa causes, UGBO Banjar Panji-1 (bila ada) sehebat apa pun tak akan
> menyebabkan bencana seperti yang kita lihat sekarang. Coba pindahkan lokasi
> sumur Banjar Panji-1 di Pegunungan Selatan, lalu ia mengalami UGBO, semburan
> lumpur yang terjadi tak akan sehebat sekarang. Mengapa ? Pegunungan Selatan
> tak memenuhi hukum "perturbation of elisional venting system".
>
> Trigger utama nya (causa prima) yang sekarang harus kita permasalahkan,
> yaitu apa yang menggerakkan Sesar Watukosek. Apakah problem mekanik sumur
> Banjar Panji-1 ? Apakah gempa Yogya 27 Mei 2006 ? Di Yogya pada hari yang
> sama, Sesar Opak dari Parangtritis sampai Klaten dikoyak kembali gempa
> tersebut dan menebar bencana. Energi gempa itu lari ke timur mengaktifkan
> Semeru 2-3 hari kemudian dan lari ke timurlaut melewati perairan Ujung
> Pangkah, terukur interupsi energinya mengganggu rekaman seismik yang pagi
> itu baru dimulai oleh sebuah company. Sesar Watukosek ada di jalan sapuan
> propagasi gaya itu, kalau ia teraktifkan saat itu sangatlah mungkin Semua
> venting system yang critical yang berlokasi di sesar ini telah terganggu,
> termasuk subsurface Banjar Panji-1, termasuk sumur-sumur penduduk di
> gunung2lumpur Pulungan, Kalang Anyar, Gunung Anyar.
>
> Dalam kasus Lusi, sebagai geologist, lihatlah dengan mata terbuka ke segala
> arah, ke ruang dan waktu masa lalu maupun ke masa sekarang; jangan
> hanya menukikkan pandangan ke Banjar Panji-1.
>
> Pendapat saya di atas tidak dipengaruhi oleh politik, jajak pendapat di
> Afrika Selatan, keputusan DPR, Lapindo, BPMIGAS, dan rekan-rekan milis yang
> selalu "panas" ketika berdiskusi apa penyebab Lusi. Semuanya didasarkan atas
> data, analisis dan sintesis; serta diskusi dengan teman2 yang sependapat
> maupun yang kontra.
>
> salam,
> Awang
>
>
> --- Pada Rab, 3/3/10, MINARWAN <minarw...@gmail.com> menulis:
>
>
> Dari: MINARWAN <minarw...@gmail.com>
> Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 3:45 AM
>
>
> Pak Bambang,
>
> Kebetulan saya bisa mengakses paper Harris dan Ripepe (2007) dan
> membacanya sekilas. Ada beberapa hal yang saya amati:
>
> 1. Ketidaksamaan waktu antara gempa sebagai perntrigger dan hasil
> berupa peningkatan aktivitas gunung berapi di beberapa tempat lain.
> Misalnya untuk Merapi dan Semeru katanya sekitar 72 jam (jarak
> episenter gempa ke Merapi hanya 50 km tetapi jarak dari episenter
> gempa ke Semeru adalah 300 km). Selain itu, gempa yang konon
> mentrigger letusan Pinatubo lag timenya sampai 11 bulan, padahal jarak
> episenter dengan gunung itu adalah 100 km.
>
> 2. Ada pula sebuah gempa kecil di Mount Wrangell yang konon
> berlangsung sekitar 1 jam dari gempa Aceh (Simeulue) Desember 2004
> padahal jaraknya adalah 11.000 km.
>
> Sebenarnya, mungkin, kalau hendak dikaitkan dengan gempa, maka
> intensitas gempa secara logika akan mempengaruhi cepat rambat getaran
> untuk sampai ke dapur magma dan ini sulit kita bandingkan antara gempa
> yang satu dengan gempa yang lain. Namun agak aneh jika getaran dari
> sebuah gempa yang sama kok bisa sampai ke dua tempat yang berbeda,
> yang satu berjarak 50 km dan satunya 300 km.
>
> Di sini saya hendak memberikan sebuah skenario lain yang menyebabkan
> aktivitas kedua gunung tersebut. Jika kita amati lagi dengan
> menggunakan skala yang lebih luas/besar, sebuah gempa di Pulau Jawa
> dapat terjadi karena pelepasan energi yang tertahan di zona subduksi
> di selatan Jawa sana. Saat terlepas, seharusnya slab lempeng yang
> subduksi akan lebih aktif  dan membuat aktifitas dapur magma meningkat
> sehingga gunung api yang ada diatasnya juga lebih aktif.
>
> Sayang sekali, tidak ada usaha dari Harris dan Ripepe (2007) untuk
> melihat kemungkinan lain atau menghilangkan peluang dari skenario lain
> dalam memberikan alasan mengapa Merapi dan Semeru tiba-tiba aktif
> selama 9 hari dari tanggal 30 Mei 2006. Yang mereka lakukan hanyalah
> menyambungkan dua fakta dan saya pikir ini berkaitan dengan apa yang
> mereka teliti dan yakini.
>
> Sekedar sumbang pendapat.
>
> Salam
> mnw
>
>
>
> 2010/3/2 Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com>:
> > Pak Bosman yang baik,
> >
> > Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami
> > amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan
> > rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan
> > dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami
> > loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation
> > siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel
> > laporannya mengatakan "magnitude offscale" entah artinya seberapa
> > kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya
> > keterkaitan? Wallahu Alam,...
> >
> > Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH
> > LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan
> > peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh
> > dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan
> > aktifitas gunung-gunung ini dengan gempa Jogya.
> >
> > BTW, good luck dengan program S2nya pak.
> >
> > Wass.
> > Bambang
> >
>
>
>
> --
> - when one teaches, two learn -
> http://www.geotutor.tk
> http://www.linkedin.com/in/minarwan
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
> 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net 
> <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
>       Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk
> Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka
> browser. Dapatkan IE8 di sini!
> http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer



      __________________________________________________________
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, 
panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/

Kirim email ke