Terima kasih banyak pak  Anggoro Drajat (apa kabar ?).
Selain di Seram, di mana lagi ya lapangan yg carbonate fracture ? 


Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Anggoro Dradjat <adradjat....@gmail.com>
Date: Thu, 20 Oct 2011 14:45:49 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Lapangan Carbonate Fracture Reservoir
*Dear All,*

*Bersama ini saya kirimkan konsep pemikiran dan aplikasi yang kami lakukan
didalam mengevaluasi dan mengembangkan lapangan carbonate fracture
dilapangan minyak tempat kami bekerja, sepertinya sih konsep ini bisa juga
diapplikasikan pada lapangan-lapang Carbonate dan fracture basement yang
lain. Kalau-kalau ada yang lagi menangani lapangan basement fracture boleh
juga kita sharing untuk nambah skill dan pengetahuan yang satu ini. *



   1. *Tektonik**, perlu mempelajari stress, fase-fase dari tektonik kapan
   tarikan kapan tekanan ini penting karena secara umum bisa dikatakan
   carbonate fracture berkaitan dengan tarikan dan bentuknya structure
   berkaitan tekanan. Mungkin ini analogi dengan jembatan beton, beton kuat
   kalau ditekan akan tetapi lemah kalau ditarik oleh sebab itu jembatan harus
   diperkuat dengan tulangan besi untuk menahan tarikan. Kata kuncinya adalah
   gaya tarikan adalah mekanisme utama didalam pembentukan fracture. Fracture
   basement dapat terbentuk pada struktur landai yang yang disebabkan oleh
   adanya sesar geser karena setiap gaya geser akan dapat dipisahkan atas
   komponen tarikan dan tekanan dimana komponen tarikannyalah penyebab utama
   terbentuknya fracture. Pada lapangan carbonate fracture tempat kami bekerja
   gaya tarikan menghasilkan rekahan diikuti dengan kemunculan dipermukaan dan
   terbentuknya dissolusi, dolomitisasi, karsting kemudian gaya kompresi
   mereaktifisasi fraktur lama dan sekaligus pembentukan struktur. *

* *

   1. *Lithology dan rock strength**, didalam batuan carbonate sering
   terdapat berbagai batuan ubahannya misalnya:, dissolution dan dan dolomite.
   Untuk bisa mendapatkan hubungan ini bisa dilakukan secara kawlitatif dan
   kwantitatif. Hubungan kwalitatif bisa dilakukan dengan membuat display yang
   menghubungkan antar litologi, gamma ray, sonic log dan ROP. Sonic log secara
   kwantitatif dapat dihubungkan dengan rock strength dengan menggunakan
   persamaan dan dapat dikalibrasi dengan triaxial test dari core. Pada
   pengembangan lapangan sering kali tidak dilakukan well loging oleh sebab itu
   sangatlah terbantu dengan adanya data ROP pemboran karena didapatkan secara
   langsung antara hubungan rock streng dengan ROP dimana ROP yang tinggi
   berhubungan dengan zona fracture. *


   1. *Log FMI dan log-log lain yang merupakan derivasi dari pengukuran
   gelombang Shear** pada lubang sumur misalnya stoneley wave yang merupakan
   gelombang S yang menjalar pada lubang bor akan didefraksikan oleh fracture2
   didalam batuan, selain itu intensitas farcture juga bisa diprediksi melalui
   perbandingan shear wave splitting yaitu rasio VS fast dan VS slow. FMI log
   yang diprocess dapat memberikan arah dominant dari fracture, sebab arah dari
   dominant fracture ini dapat dikaitkan dengan respons fracture terhadap
   amplitude penjalan gelombang seismic primer yang yang dipantulkan sejajar
   dengan bidang fracture.*

* *

   1. *Identifikasi apakah ada response AVO terhadap fracture.** Secara
   sederhana dapat dikatakan Respon AVO (amplitude versus offset) sering kali
   mudah teramati pada batuan sandstone karena koeffisien refleksi zero offset
   bernilai negatif karena perubahan dari shale ke sandstone dan juga effek non
   zero offset menguat secara negative. Pada batuan Carbonate dan batuan
   basement zero offset refleksi berharga positif karena perubahan dari shale
   ke Carbonate. Effect AVO pada batuan ini tidak jelas dan selama kita dapat
   mengamati adanya perubahan amplitude pada CMP gather data seismic, semisal
   perobahan polaritas gelombang sepanjang NMO gather data maka dapat dikatakan
   adanya response fracture terhadap data seismic.*

* *

   1. *Pola fracture pada Carbonate dan shale. **Yang membedakan antara
   batuan shale penutup reservoir dan carbonate adalah pada batuan shale lebih
   bersifat ductile dan homogen sementara itu batuan carbonat bersifat brittle,
   fracture pada batuan shale bersifat random dan saling menutup sehingga
   membentuk lapisan impermeable sementara pada batuan karbonat fracture yang
   terbentuk lebih bersifat teratur memilki arah dan distribusi tertentu sesuai
   dengan perkembangan tektonik. Arah keteraturan dari fracture inilah yang
   kita turunkan dengan menggunakan data seismic untuk dapat mengetahui
   intensitas dari rekahan.*

* *

* *

   1. *Synthetic seismogram, AVO dan AVAZ, **Synthetic seismogram merupakan
   zero offset response dari penjalaran gelombang seismic pada lubang bor, pada
   penjalaran pada lubang bor yang vertical ini akan menghasilkan gelombang
   pantul yang juga vertical. Pada penjalaran gelombang yang menyudut selain
   dipantulkan gelombang P maka juga dipantulkan gelombang S, adanya gelombang
   S dari data seismic inilah yang akan menghasilkan effect AVO oleh sebab itu
   perusahhan minyak perlu merekam gelombang S pada lubang bor untuk dapat
   mengkaitkan antara sifat elastic dari data sumur dan sifat elastic yang
   diturunkan dari data seismic guna menentukan lokasi pemboran. Ketika
   gelombang seismic dipantulkan sejajar fracture maka yang terjadi adalah
   selain pemantulan gelombang P maka juga terjadi pemantualan dua macam
   gelombang S (Shear wave Spliting) Adanya shear wave splitting inilah yang
   akan digunakan untuk menghitung intensitas fracture.*





   1. Penggunaan AVAZ untuk membuat fracture intensity dengan menggunakan
   data 3D seismic dan data sumur. Setelah didapatkan arah azimuth
dari  fracture
   utama dari FMI dari data sumur maka yang kita lakukan adalah kembali ke 3D
   seismic data dengan membagi seismic CMP gather data kedalam zona-zona
   azimuth dan melakukan prosess stacking data seismic berdasarkan  azimuth
   yang telah kita tentukan. Jika terdapat fracture maka data azimuthal stack
   yang searah dengan fracture akan menunjukan adanya amplitude seismic yang
   lebih kuat dibandingkan dengan data seismic yang berarah tegak lurus bidang
   fracture. Data azimuthal stack ini secara bersama akan digunakan untuk
   merekonstruksi besaran amplitude secara cuircular, jika seluruh azimuthal
   data menghasilkan amplitude yang sama kuatnya pada semua arah maka dikatakan
   bahwa pada titik CMP gather pada titik tersebut adalah isotropic  semua
   arah, data yang isotropic pada semua arah azimuth ini dikatakan titik tidak
   terfracturkan. Jika data azimuthal amplitude menunjukan adanya penguatan
   maximum amplitude pada arah tertentu maka arah azimutnya merupakan arah
   fracture utama dan maximum amplitude merupakan daerah dengan maximum
   fracture intensity.



   1. Kriteria Penentuan Lokasi Sumur, penentuan lokasi sumur adalah atas
   dasar fracture intensity dan adanya zona sealing dari reservoir dari
   aquiver, criteria lain adalah adanya zona pemisahan secara  horizontal
   untuk menghindari interfrensi antara sumur yg satu dengan yang lain;
   criteria RE adalah berdasarkan simulasi dengan menggunakan masukan fracture
   intensity didalam membuat geological modeling. Untuk daerah dengan banyak
   dissolusi dengan banyak fracture berukuran besar maka design sumur vertikal
   , sedangkan pada carbonate dengan fracture yang ukurannya lebih kecil kami
   menggunakan sumur deviasi.











Anggoro S. Dradjat

Kirim email ke