Rekan Danny yang bijak,

Maju terus Kang, Geologi Kwarter akan makin penting di depan, anda bias
kerjasama dengan rekan lain di Perguruan Tinggi (misalnya Pak Zaim), nanti
akan membuahkan hasil. Saya berjuang 20 th lebih (sejak 1987) untuk
memasyarakatkan surface mapping di volcanic terrain alhamdullilah, sekarang
sudah banyak mhs yang ambil tugas akhir volkanik. Kuliah elektif saya
(Petrogenesis) peminatnya tiap semester antara 20-35 mhs, lumayan buat
bidang petrologi yang termasuk kategori kering juga. Semua perlu komitmen
dan perjuangan.

Salam,

YSY

 

From: Danny Hilman Natawidjaja [mailto:danny.hil...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:07 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian 'geologi-gua' ini adalah
"frontier research" yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut,
karang digua ini adalah "multi-proxy recorder" yang luarbiasa untuk
reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya
lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan
sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th
radiometric dating.  Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi
untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja
span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk
merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang.
Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi
rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang
selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment.
Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela
menjadi 'manusia gua' di jaman modern sekarang ini J

 

Wass

DHN

 

From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan
Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d
100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi
disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja
para penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua
di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan
dengan "defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai
kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan,
demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan
panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium,
sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana
perubahan iklim berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur
arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan
juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang
hidup di kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan
muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman
kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis
dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya
mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg
tebal yah? He...he.. :))

Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding
/ MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal.
Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil
dating peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat,
"hanya" berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini
selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih
2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari
unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil
erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya
berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil
dari Bahama.
Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise,
biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr
40-50 thn, kemudian ditutup oleh "banjir".

Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik
daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari
thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja?


Salam,
Argo - 3711
- Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon
maaf jk salah2 tulis -

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com> 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
"ketidakselaran" budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  "Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari "lack of knowledge" kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Fyi,

---------- Forwarded message ----------
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar bacaan Akhir Pekan.
Wslm,
Zaim


-- 
"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"

Kirim email ke