Sebaiknya data seperti ini (apalagi yg "bombastis" seperti ini) jangan langsung 
dianggap benar. Apalagi dilanjutkan dengan tudingan2 yg enggak jelas. 


Salam,
Nuning




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Bandono Salim" <bandon...@gmail.com>
Date: Fri, 16 Mar 2012 02:59:51 
To: Iagi<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Apakah ini benar ? Kalau benar pantaskah kita dukung 
masih pemerintah ?!

Enak jadi birokrat, tinggal tunggu laporan.
Harusnya ada yang keliling, meninjau, kontrol pelaksanaan kerja semua 
perusahaan migas.
Apa perlu ditangani konttraktor lagi??
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Asep Hidayat <ahidaya...@yahoo.com>
Date: Fri, 16 Mar 2012 10:38:21 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Apakah ini benar ? Kalau benar pantaskah kita dukung 
masih pemerintah ?!


Minyak Senilai Rp 720 Milyar Hilang Setiap Hari
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Strategis Ahmad Daryoko menyatakan 
turunnya lifting akibat adanya penggelapan data sumur minyak yang ada. Dan 
nilainya itu sekitar Rp 720 milyar per hari.
“Menurunnya lifting, bukan karena sumur  minyak menipis seperti yang diklaim 
Purnomo Yusgiantoro atau pun karena birokrasinya terlalu panjang seperti yang 
dipermasalahkan Kurtubi, tetapi karena adanya pencatatan yang tidak apa 
adanya,” ungkapnya dalam konfrensi pers tolak kenaikan harga BBM dan tolak 
liberalisasi sektor migas Kamis (15/3) siang di Kantor DPP Hizbut Tahrir 
Indonesia, Crown Palace Jl Soepomo, Tebet, Jakarta.
Salah satu buktinya, lanjut dia, kasus penggelapan sumur minyak yang dikelola 
Petrokimia di Provinsi Jambi.  Jumlah sumur minyak Petrokimia di Provinsi Jambi 
berdasarkan catatan BP Migas berjumlah 30 sumur. Kemudian Pemda Jambi melakukan 
investigasi sendiri ternyata ada 91 sumur. Berarti ada 61 satu sumur yang tidak 
tercatat.
Daryoko pun menyakan temuan Pemda Jambi ini bisa dijadikan langkah awal untuk 
menemukan jawaban mengapa sejak berlakunya UU 22 tahun 2001 itu lifting minyak, 
jatuh ke kisaran 800-900 ribu barel perhari padahal sebelumnya sekitar 1.6 juta 
barel perhari.
“Itu baru satu kontraktor bagaimana dengan kontraktor lainnya seperti Chevron, 
Total, Petronas dan lainnya? tidak menutup kemungkinan kontraktor lainnya juga 
berbuat demikian. Dan itu kejadian di Jambi dan tidak menutup kemungkinan di 
daerah lainnya pun terjadi modus serupa,” prediksinya.
Berdasarkan UU yang meliberalisasikan sektor minyak dan gas tersebut, Pertamina 
di sejajarkan dengan kontraktor migas swasta dan asing. Karena sejajar, 
Pertamina tentu saja tidak memiliki kewenangan untuk mengawasi sumur yang 
dikelola para kontraktor itu. Maka dibentuklah BP Migas untuk melakukan 
pengawasan.
“Tetapi BP Migas itu pada faktanya hanya mencatat laporan dari kontraktor, 
tidak mengawasi! Berbeda dengan Pertamina yang memiliki inspektor pada setiap 
sumur minyak,” ungkapnya.
Maka, sangat dimungkinkan, fakta sebenarnya produksi minyak itu tidak menurun, 
tetapi yang dilaporkan ke BP Migas sebagiannya saja. Jadi bila produksinya 
tetap 1,6 juta barel maka ada sekitar 800 juta barel digelapkan.
“Bila satu barel harganya US$ 100 (kurs Rp 9000) maka sekitar Rp 720 milyar 
hilang setiap hari!” pungkasnya.(mediaumat.com, 16/3/2012)
 
Salam,
Asep

Kirim email ke