Tadinya saya berpikir high sulfur ini karena banyaknya vulkanisme di Indonesia. Saya sendiri belum pernah membandingkan kualitas crude dan hubungannya dengan kilang serta kualiatas BBM. yopik lain.
Low API bisa karena biodegradasi, bisa juga minyak low maturity. "High waxy oil" (banyak lilin) biasanya minyak dari lacustrine source rock. Tapi pertanyaan saya apa sih kontrol geologi penyebab high sulfur ? RDP ------- http://finance.detik.com/read/2015/01/26/083256/2813486/1034/ini-penyebab-kilang-pertamina-hanya-bisa-olah-kilang-mahal *Bogor* -Indonesia memiliki 6 kilang minyak yang dikelola PT Pertamina (Persero). Namun sayangnya, kilang ini hanya mampu mengolah minyak yang harganya mahal jenis *sweet crude*. Sementara di pasar minyak, stok paling banyak tersedia adalah jenis *sour crude*. Vice President Strategic Planning, Business Development, and Operation Risk Direktorat Pengolahan Pertamina Achmad Fathoni Mahmud mengakui, kilang-kilang Indonesia saat ini hanya mampu mengolah jenis minyak *sweet crude*. "Pasalnya, desain awal kilang minyak Indonesia atau Pertamina dibangun berdasarkan jenis minyak yang ada di perut bumi Indonesia," kata Fathoni di acara Workshop Direktorat Pengolahan Pertamina di Sentul, Bogor, akhir pekan lalu. Fathoni mengatakan, kilang minyak Indonesia ada yang dibangun pada masa kolonial Belanda yaitu pada 1992 atau 1935. Saat itu, Indonesia banyak memproduksi minyak dengan jenis *sweet crude* dengan kadar sulfur (belerang) di bawah 1%. "Dulu kita bahkan bisa ekspor karena produksi kita banyak sekali. Sayangnya seiring perjalanan waktu produksi minyak kita terus turun, bahkan produksi kita tinggal mengais-ngais di bebatuan. Minyak yang didapat sulfurnya juga cukup tinggi," ungkapnya. Tidak hanya di Indonesia, jenis minyak *sweet crude* ini di pasar minyak Internasional makin hari makin sedikit. Tentunya membuat harganya menjadi mahal. "Yang banyak sekarang justru jenis minyak *sour crude*. Jenis minyak ini asam, sulfirnya tinggi lebih dari 1-3%. Kilang kita belum dapat mengolah jenis minyak ini. Kilang yang bisa olah minyak ini kilang modern seperti di Singapura dan Amerika," jelas Fathoni. Desain kilang milik Pertamina, lanjut Fathoni, hampir seluruhnya menggunakan bahan dasar besi. Bukan alumunium seperti di Singapura. "Bila kilang kita dipaksakan mengolah minyak *sour* akan bahaya, berkarat semua. Bisa bocor di mana-mana, bahkan bisa meledak," ungkapnya. Agar kilang minyak makin fleksibel dan bisa memproduksi minyak yang sulfurnya tinggi, saat ini Pertamina sedang mengerjakan program *Refinery Development Masterplan Program* (RDMP). RDMP diproyeksikan akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820.000 barel/hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat. Fleksibilitas kilang juga meningkat, yang di antaranya ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengolah minyak mentah dengan tingkat kandungan sulfur setara 2%. Saat ini, kandungan sulfur pada minyak mentah yang dapat ditoleransi hanya 0,2%. Dengan kompleksitas tinggi, produksi bahan bakar yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620.000 bph saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline dan diesel. Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi yang memenuhi standar Euro IV. -- "Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip". 2015-02-01 13:24 GMT+07:00 Yanto R. Sumantri < SRS0-uKLP=CT=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id>: > Yang dikatakan pak koesoema benar , justru crude indonesia dominan low > sulphur > Tentu saja jenis crude ada hubungannya dengan jenis.batuan induk..ada > ilmunya yaitu geokimia lbh spesifiknya tanya jagonya . Si Abah > > Sent from Yahoo Mail on Android > <https://overview.mail.yahoo.com/mobile/?.src=Android> > > ---------------------------------------------------- > > ---------------------------------------------------- > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact > ---------------------------------------------------- > Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > ---------------------------------------------------- > Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id > Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id > ---------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. > In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not > limited > to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, > resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of > any information posted on IAGI mailing list. > ---------------------------------------------------- > > ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ----------------------------------------------------