…Dapatkan segera…
   
   
   
   
  Buku
  MENAPAKI HARI BERSAMA ALLAH
   
  oleh: Pdt. Yohan Candawasa, S.Th.
   
  Penerbit: Pionir Jaya dan Unveilin GLORY, Bandung, 2006
   
   
   
   
   
  Deskripsi singkat dari Denny Teguh Sutandio:
  Waktu adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada manusia. Khususnya sebagai 
anak-anak Tuhan, kita bukan hanya mengerti waktu adalah anugerah Tuhan, kita 
diperintahkan untuk menebus waktu kita demi kemuliaan-Nya (terjemahan Inggris 
dari Ef. 5:16). Menebus waktu itu bisa kita lakukan dengan mempergunakan setiap 
waktu kita untuk memuliakan Tuhan setiap hari. Mempergunakan setiap waktu untuk 
memuliakan Tuhan itu bisa dilakukan dengan berjalan bersama Allah di dalam 
setiap hari yang Tuhan beri. Lalu, bagaimana kita bisa berjalan bersama Allah 
di dalam setiap hari tersebut? Di dalam bukunya Menapaki Hari Bersama Allah, 
hamba-Nya, Pdt. Yohan Candawasa memaparkan prinsip-prinsip bagaimana kita bisa 
menjalani hari demi hari bersama dan di dalam Allah untuk menggenapi 
kehendak-Nya.
   
  Buku ini dimulai dengan Bab 1 yang membentuk ulang paradigma Kristen kita 
tentang hidup. Di dalam bab ini, Pdt. Yohan Candawasa memaparkan bahwa hidup 
itu dilihat bukan dari awalnya, tetapi dari akhirnya, karena itu yang 
mencerminkan keaslian kita. Hal itu ditandai dengan obituari yang akan kita 
tuliskan kelak. Lalu, mungkin di dalam hidup yang kita jalani, kita menemukan 
banyak rintangan. Bagaimana mengatasinya? Di dalam Bab 2, dengan menguraikan 
Mazmur 73, Pdt. Yohan menguraikan alasan kita sering kali enggan menerima 
rintangan hidup, yaitu kita menyangka bahwa kita bisa barter dengan Allah. 
Kalau kita baik dan melayani Tuhan, maka Ia pasti tidak akan memberikan 
kecelakaan kepada kita. Agama timbal balik ini bukan Kekristenan, karena 
Kekristenan mengenal konsep anugerah. Anugerah ini memimpin hidup umat Tuhan 
untuk mengerti bahwa meskipun seolah-olah Allah itu tidak adil dengan 
membiarkan orang fasik itu hidup sukses, tetapi sesungguhnya kesuksesan orang 
fasik itu
 mengarah kepada kebinasaan. Sebaliknya, meskipun anak Tuhan mengalami 
penderitaan, tetapi Ia memberi kekuatan kepada kita, sehingga kita pasti 
mengalami kemenangan karena kemenangan Kristus. Kemudian, di Bab 3, beliau 
menguraikan lebih dalam lagi makna penderitaan di dalam perspektif Ilahi, di 
dalam tema, Kala Allah Tak Terpahami. Setelah memahami penderitaan, pembaca 
digiring untuk mulai masuk ke dalam setiap hari bersama Allah. Melalui Bab 4, 
Menapaki Hari Bersama Allah, Pdt. Yohan menguraikan melalui kisah Yusuf di 
dalam Kejadian 50:15-21, bahwa ketika kita menapaki hari bersama Allah, 
hendaknya orang Kristen tidak perlu menyesal akan masa lalu (“Kalau saja...”) 
dan tidak perlu kuatir akan masa depan (“Bagaimana kalau...”), sebaliknya kita 
harus: melihat ke atas (yaitu iman dan pengharapan) ketika menapaki hari-hari 
bersama Allah dan mengurus/bertanggung jawab atas apa yang Tuhan percayakan 
kepada kita hari ini.
   
  Setelah kita mengerti bagaimana menapaki hari bersama Allah, kita digiring 
untuk mengerti tentang problematika hidup orang percaya. Hal ini dimulai di Bab 
5, “Anda Meminta Allah Memberi”, di mana Pdt. Yohan memaparkan bahwa ketika 
kita meminta sesuatu, Allah memberikan sesuai dengan kehendak-Nya yang terbaik, 
sehingga jangan pernah memaksa Allah di dalam permintaan kita. Selain tentang 
permintaan, kita digiring ke dalam tema membayar harga. Di dalam Bab 6, Jika 
Allah Meminta, kita diingatkan bahwa bukan hanya kita yang terus meminta 
seperti pengemis, Tuhan pun bisa meminta kita. Apa tujuannya? Agar fokus hidup 
kita bukan pada pemberian Allah saja, tetapi kepada pribadi Allah, sehingga 
meskipun Allah meminta sesuatu dari kita, kita tidak akan kecewa. Beliau 
mengajarkan prinsip penting, “Penting sekali untuk hidup dua arah bersama 
Tuhan: melepas untuk menangkap, menggenggam untuk melepas; kosong untuk diisi, 
isi untuk dikosongkan; dari tiada kita mendapatkan, dan
 mendapatkan untuk memberi.” (hlm. 135) Setelah diajar mengenai Allah meminta 
sesuatu dari kita, kita dibawa masuk lebih dalam lagi oleh Pdt. Yohan Candawasa 
untuk bersyukur senantiasa. Dasar dari bersyukur adalah segala sesuatu yang 
kita miliki dan kerjakan berasal dari Allah. Setelah bersyukur, Pdt. Yohan 
memaparkan empat dampak dari bersyukur, yaitu: mengingatkan kita akan Pemberi 
(Allah) dan bukan hanya pemberiaan saja, melibatkan si Pemberi itu di dalam 
pemberian yang diberikan-Nya itu sehingga kita mampu mempertanggungjawabkan 
pemberiaan itu sesuai aturan main dari si Pemberi, menghindarkan kita dari 
banyak dosa: perzinahan, pencarian rezeki haram, iri hati, dan ketamakan, dan 
terakhir, membawa sukacita dalam hidup. Setelah bersyukur, kita diingatkan 
kembali di Bab 8, Akulah Kebangkitan dan Hidup, tentang kuasa Kristus yang 
memberikan hidup kekal dan kebangkitan kepada kita secara rohani, sehingga 
hidup yang kita jalani bukan hidup rutinitas, tetapi hidup yang
 berkelimpahan (Yoh. 10:10b). Mengapa? Karena kita telah, sedang, dan akan 
mencicipi taste of heaven (suasana sorga) di dalam hidup yang berjalan bersama 
Allah.
   
  Melalui buku ini, kita disadarkan kembali tentang menapaki setiap hari kita 
bersama dan dari sudut pandang Allah, sehingga hidup kita memiliki makna 
sejati. Maukah kita berkomitmen menjalani hidup kita bersama dan dari sudut 
pandang Allah saja? Biarlah buku ini memberkati dan menguatkan kita untuk 
menjadi saksi Kristus di tengah dunia berdosa ini.


   
   
   
   
   
  Profil Pdt. Yohan Candawasa:
  Pdt. Yohan Candawasa, S.Th. dilahirkan pada tanggal 11 Maret 1960. Selulus 
SMA, beliau melanjutkan studi di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang, 
sebagai jawaban atas panggilan Tuhan baginya.
  Beliau mendalami studi Biblika dan Eklesiologi yang kemudian dituangkan dalam 
skripsinya.
  Kerinduannya untuk membina jemaat Tuhan dinyatakan selama pelayanan di Gereja 
Kristen Abdiel Elyon, Surabaya (1985-1987) dan juga Gereja Kristen Immanuel 
Bandung (1988-1996). Selama pelayanan tersebut, beliau berkesempatan 
mengunjungi RRC dalam rangka perjalanan misi. Dalam kunjungan tersebut, beliau 
memperoleh beban pelayanan dari Tuhan untuk menggumuli penginjilan di RRC.
  Beliau menikah dengan Stephanie, dan telah dikaruniai seorang putra bernama 
Yeiel Candawasa.
  Tahun 1996-1997 beliau melayani sebagai Gembala Sidang di Mimbar Reformed 
Injili di Taipei. Kemudian tahun 1998-1999 beliau melayani di Gereja Reformed 
Injili Indonesia (GRII) Granada, Jakarta.
  Mulai tahun 2000 beliau melayani di CCM (Care for China Ministry). Selain 
itu, beliau juga mengajar di Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia 
(STTRII) Jakarta.
   


""Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di 
depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." 
(1Sam. 16:7b)

       
---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

Kirim email ke