MENGENAKAN
KASIH SEBAGAI PENGIKAT
 
oleh:Pdt. Ir. Johannes Dharmawan, S.Th.
 
 
 
Nats: Kolose
3:12-14
 
 
 
Sebelum ayat 14, Paulus mengatakan bahwa setelah
kita diperbaharui oleh Kristus, maka sebagai manusia-manusia baru, kita harus
mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan
kesabaran. Juga kita harus saling mengampuni. Tetapi di atas semuanya itu
kenakanlah kasih. Dengan kata lain, Paulus menunjukkan bahwa yang terpenting
dan terutama adalah kasih, kata kasih yang dipakai di sini berasal dari kata
“agape” yaitu kasih yang sejati, kasih ilahi sebab kasih itu mempersatukan dan
menyempurnakan. 
Jemaat Kolose adalah jemaat yang heterogen. Ada banyak suku bangsa di jemaat
itu (ayat 11) berarti juga ada perbedaan latar belakang, perbedaan budaya,
karater, pola pikir dan sebagainya. Adanya berbagai perbedaan itu rawan
menimbulkan konflik, pertentangan dan pertengkaran di antara sesama anggota
jemaat. Dalam keadaan yang demikian, apakah mungkin jemaat Kolose dapat
mewujudkan kesatuan sebagai umat Tuhan dan persekutuan yang baik di antara
sesama anggota jemaat? Mungkin saja. Sekalipun banyak perbedaan asal ada kasih,
jemaat Kolose dapat mewujudkan kesatuan dan persekutuan yang indah. Karena itu,
kenakanlah kasih. Sebab kasih itu mempersatukan dan menyempurnakan.
 
Demikian pula dengan keluarga, keluarga itu terdiri
dari beberapa individu yang berbeda. Perbedaan itu dapat menimbulkan konflik
dan pertengkaran. Tetapi kalau ada kasih dalam keluarga itu, sekalipun
masing-masing anggota keluarga berbeda, keluarga akan dapat bersatu dan utuh,
sebab kasih itu sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
 
Ungkapan kasih itu mempersatukan dan
menyempurnakan, mengandung arti bahwa kasih itu mempunyai kekuatan yang luar
biasa, yaitu kekuatan yang memampukan kita untuk membuang segala sifat buruk
kita dan memampukan kita untuk mewujudkan kesatuan dan persekutuan yang indah
dalam keluarga.
 
Bukan berarti kalau ada kasih maka tiada perbedaan,
perbedaan tetap ada tetapi kasih membuat masing-masing anggota keluarga dapat
menerima perbedaan itu. Adanya kasih bukan berarti tidak ada pertengkaran,
pertengkaran tetap saja bisa terjadi di antara sesama anggota keluarga, tetapi
kasih membawa setiap anggota keluarga untuk dapat saling memafkan sehingga 
terwujud
perdamaian. Pdt. Stephen Tong pernah mengatakan: “cekcok kecil bahagia, cekcok
besar bahaya, tidak pernah cekcok omong kosong”.
 
Kasih yang demikian, harus dikomunikasikan dan
diekspresikan. Kata “kenakanlah” yang dipakai di sini, berkenaan dengan pakaian
(jubah). Jadi ini berarti kasih itu harus dipakai dan dipraktekkan. Kasih itu
bukan sekedar teori melainkan harus dikomunikasikan dan diekspresikan. Bukan
dengan sekedar kata-kata yang indah tetapi juga dalam sikap hidup. Sedikitnya
ada 3 sikap “saling” sebagai ekspresi kasih, yaitu: saling memperhatikan,
saling menerima dan saling memaafkan.
 
Kalau saat ini, kita merasa bahwa kasih sudah mulai
luntur bahkan sirna dalam keluarga kita. Mari kita memohon agar Tuhan
mencurahkan kasih dalam keluarga kita. Dan kenakanlah kasih itu, sebab kasih
itu mempersatukan dan menyempurnakan. Amin.
 
 
 
Sumber:
http://www.gki-pregolan.org/front/index.php/ringkasan-kotbah/426-kotbah-9-september-2012
 
 
 
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke