Salam untuk saudaraku Abin, Saya setuju dengan pendapat anda, yang terpenting adalah praktek dari Dhamma karena ajaran guru Buddha adalah mengundang untuk dibuktikan tentu tidak ada yang harus mempercayainya begitu saja, silakan setiap individu yang menilai dan merasakan kebenaran setelah mempraktekannya, namun juga kurang bijak jika tanpa sebab yang mendasar kita mencela bahwa kisah pertapa gautama adalah mitos belaka, tentu kalau kita berbicara antar sesama Buddhisme itu adalah hal yang baik, tetapi Dhamma yang indah bukan hanya milik Buddhisme, tetapi semua makhluk hidup, kalau kita tanpa sebab yang mendasar mengatakan bahwa kisah pertapa gautama adalah mitos belaka, sedangkan saudara kita yang baru mau belajar Dhamma yang selama ini yang diketahuinya hanyalah Iman (Kepercayaan yang membuta) yang hanya percaya sesuatu walaupun belum diketahuinya dengan pasti akan menjauh karena dari sejarahnya saja sudah dikatakan mitos tentu ajarannya pun demikian, mereka tidak mengenal apa itu ehipasiko, ingatlah semua masih putujana yang belum menembus tentang kesunyataan, sehingga mereka modal awalnya adalah percaya.
Inilah maksud saya, dimana kalau ingin mengutarakan sesuatu janganlah hanya melihat apa yang akan disampaikan tetapi cobalah terlebih dahulu melihat efek negative yang akan timbul dari sisi lain seperti bagi mereka yang baru mau belajar melihat Dhamma. Maka saya katakan kuranglah bijak jika mengomentari sesuatu tanpa sebab yang mendasar dan tanpa melalui argumentasi dari berbagai pihak yang dapat menyebabkan validnya suatu pernyataan, barulah kemudian disebarluaskan. Dhamma adalah hukum alam, demikianlah yang dijelaskan oleh guru Buddha, namun sungguh sulit untuk dimengerti kalau tidak melalui praktek Dhamma itu sendiri, karena untuk menyelami inti sari ajaran guru Buddha diperlukan pengertian yang benar, kebijaksanaan yang mendalam, berpikir yang benar, ini bisa timbul akibat dari praktek Dhamma seperti meditasi memasuki Samadhi benar, bervipasana, berdana, melatih kesabaran, kembangkan cinta kasih universal dan sebagainya untuk menumbuhkan kebijaksanaan, berpikiran dan pengertian yang benar, tanpa praktek adalah hal yang mustahil untuk mengerti inti sari ajaran guru Buddha. Namun pula, bagaimana saudara kita mau mulai belajar Dhamma bila yang diketahuinya hanyalah kepercayaan walaupun tidak dialaminya ditambah dengan pernyataan bahwa asal muasal Dhamma adalah mitos belaka? Baru mau berjalan saja akan ragu untuk mengenal lebih dalam. Juga memang tidak menutup kemungkinan bahwa dengan pernyataan bahwa semua itu adalah mitos bahkan memicu seseorang mengetahui lebih dalam mengenai kebenaran dari ajaran guru Buddha, tentu ada yang demikian terutama untuk orang-orang yang sudah berpikir maju atau lingkungan yang mendukung seperti di Negara Amerika, Eropa dan sebagainya, berbeda dengan di Negara Asia yang masih berbau mistik dengan bermodal awal kepercayaan. Mereka yang bermodal kepercayaan akan berusaha mencari sesuatu yang tidak bisa dijelaskan adalah hal yang paling luar biasa dan paling hebat apalagi dibarengi dengan penghubungan-penghubungan kejadian yang sebenarnya bersifat umum dan dinyatakan sebagai bukti untuk mendorong peryataan tentang kepercayaan tersebut. Demikianlah mengapa saya mengatakan bahwa kuranglah bijak membuat suatu pernyataan tanpa didasari atas sebab yang mendasar dan tanpa melalui pengujian argument dari berbagai pihak dan tanpa melihat efek samping yang akan timbul lebih jauh. Semoga bermanfaat, salam Metta selalu, Akwang -----Original Message----- From: MABINDO@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Abin Nagasena Sent: Thursday, April 21, 2005 10:20 PM To: MABINDO@yahoogroups.com Subject: Re: [MABINDO] Kelahiran Buddha mitos atau manipulasi? khaidi wong wrote: > > Salut untuk bro Akwang > Saya setuju > > Kalau kita percaya adanya makhlus halus, > Kalau kita percaya adanya dewa, > Kalau kita percaya adanya surga dan neraka, alam2 Brahma > Yang belum bisa dijelaskan oleh iptek, > Mengapa kejadian kelahiran Hyang Buddha tidak bisa dipercaya? Hanya > karena gagal dijelaskan oleh sains? > > Menolak yang satu berarti menolak hal lainnya. > > Salam kasih, > Khai > > Kalau menurut saya, percaya atau tidak percaya soal kejadian luar biasa saat sang Bodhisattva lahir itu tidak penting. Menurut saya yang terpenting adalah ajaran praktikal dalam Tipitaka. Kalaupun Siddharta kecil bisa jalan seketika setelah lahir ataupun gak bisa jalan seketika setelah lahir, trus nape? Apa isi Tipitaka menjadi tidak valid? Validitas ajaran Buddha kan gak tergantung pada validitas kisah Siddharta. Bahkan, kalau saya bersikap ekstreem, apakah Siddharta mencapai pencerahan atau tidak itu bisa diragukan juga. Tapi silakan lihat ke yang bisa kita lihat saat ini yakni catatan ajaran itu, tinggal kita buktikan aja isinya. simple. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> What would our lives be like without music, dance, and theater? Donate or volunteer in the arts today at Network for Good! http://us.click.yahoo.com/WwRTUD/SOnJAA/i1hLAA/b0VolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/