Salam, 

Hai, Lae! Sisi positif apa dari tendangan dan pukulan di ulu hati dari
Praja Senior ke Praja Juniornya sampe terhuyung-huyung an terjungkal?
Mahasiswa-mahasiswa IPDN dididik dan dibiayai negara untuk kelak jadi
pelayan masyarakat, jadi administratur negara, jadi Camat, bukan jadi
preman terminal!
Kalau mau jadi tukang tambal ban di pinggiran jalan Jakarta, mungkin
perlu, siapa tahu kapan waktu diperas sama preman, sudah siap. Atau
jadi preman, supaya kalau nyopet ramai-ramai, dan ketangkap massa,
bisa tahan pukul. Atau jadi sopir Metro Mini, kalau nabrak orang dan
diamuk warga, bisa lari. 
Lae, soal IPDN, aku banyak baca laporan yang lebih menjijikan dari
sekadar menendang dan meninju juniornya rame-rame, di malam hari.
Hukuman juga bukan hanya kepada praja junior laki-laki, tapi juga para
praja junior wanita. Misalnya, mereka disuruh menyeruput segelas ludah
yang dikumpulkan dari puluhan seniornya 
Ini jelas "kreasi" orang-orang yang berpendidikan tapi sakit jiwa,
orang tak waras sama sekali, sekelas sama Hanibal Lecter di film/novel
"Silent of The Lamb". 
Bagaimana kau bisa melihat sisi positifnya, Lae?
Soal kelakuan bejad mahasiswa dari kampus lain, aku setuju lae, aku
setuju! Tapi mereka melawan ketidak-adilan. Gak seperti di IPDN,
dimana Junior tak berdaya dan terima nasib.
Lagi pula, Lae, dari awal, tak ada kalimat yang menjelaskan mahasiswa
kampus lain bersih. Sekarang ini fokusnya di IPDN. Kalau di IPDN
bejad, ya, dikecam. kalau mahasiswa kampus lain, ya, dikecam juga.
Kalau ada mahasiswa yang menjelma jadi teroris, saya setuju dengan
Densus 88, tembak habis, kalau perlu sekeluarganya.
Tapi itu bukan berarti pembenaran atas hukuman dan aksi brutal di IPDN. 
Soal formalin, Lae, kau pikir itu pelajaran karang mengarang? Ikuti
perkembangan berita di stasiun teve Jakarta Lae, jangan cuma di Medan.
Sudah ada 11 orang yang diperiksa. 
Jangan tiru "kreatifitas" rekan-rekanmu, praja-praja IPDN. 
Bisa malu kau nanti! (kalau kau punyaaa..)
Tetap waras, ya, LAE!!

Wassalam,


Dimas. 

--- In mediacare@yahoogroups.com, charles hutagalung
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Terkait dengan kasus kematian Praja Cliff Muntu, sebaiknya kita juga
melihat sisi positif pembinaan praja senior kepada juniornya. Hal itu
untuk memang diperlukan untuk penegakan disiplin dan belajar
menghormati senior, selama masa kuliah hingga terbawa pada saat
bekerja sebagai pamong di masyarakat, dengan demikian siswa diajari
untuk tidak belagu dan menjadi slonong boy, tetapi pelaku teamwork
yang baik.
>    
>   Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di
kampus-kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang
menutup-nutupinya lebih canggih. IPDN menjadi sorotan publik karena
IPDN merupakan badan pendidikan milik pemerintah yang pasti akan cepat
menjadi sorotan publik.
>    
>   Bahwasanya IPDN adalah lembaga pendidikan yang baik juga tidak
boleh kita pungkiri, tempat untuk melahirkan pribadi-pribadi
berkualitas untuk menjaga negeri ini dari kehancuran moral dan spiritual.
>    
>   Mana pernah kita tahu bahwa saat ini terjadi dekadensi moral di
kampus-kampus umum yang sebagai contoh kecil saja ada
pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu
direkam dalam ponsel/minidv dsb. Dari sini kita bisa melihat suatu
hubungan antar mahasiswa yang terlalu kebablasan akan menjadi borok di
masa yang akan datang dimana mereka akan terlibat di masyarakat.
>    
>   Contoh lain adalah di negara ini juga banyak terlahir
sarjana-sarjana berbagai bidang studi, namun kebobrokan dan bencana
negara ini malah semakin parah; KORUPSI dan KOLUSI semakin
menjadi-jadi terutama mereka yang duduk di parlemen (belakangan mereka
mengusulkan pembekuan dana utk IPDN yang jangan2 malah dialokasikan
bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana yang diakibatkan oleh para
insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo) dan sampai saat ini tidak
mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini memiliki sarjana pertanian
lulusan Bogor yang tidak mampu memberi makan kepada rakyatnya, tapi
malah mengandalkan impor beras dr negara tetangga. Lebih parah lagi,
kampus-kampus yang berbasis agama tertentu, malah melahirkan
pribadi-pribadi yang fundamental dan berpemikiran sempit, sebagai
contoh FPI, Anshor, HMI dan lain-lain yang lebih mengedepankan
kekerasan dan pengeroyokan (Inilah ironi itu...!) Agama mengajarkan
cinta kasih, tapi malah dinterpretasi lain dengan mengandalkan otot.
>    
>   Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan
penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff
adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang
mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN,
tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah
berada di rumah sakit agar tidak membusuk.
>    
>   Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan
Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas
karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya
dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang
selintas saja.
>    
>   Jadi saya mendukung penyelidikan yang tuntas dan obyektif bagi
semua pihak, namun demikian saya tidak mendukung IPDN dibubarkan
> 
> Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>               HARIAN KOMENTAR
>   11 April 2007 
>    
>             Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka  
>   
> Keluarga Ahmad Arifandi Harahap, praja IPDN asal Medan yang dipecat
bersama 6 rekannya dalam kasus kematian Cliff Muntu meminta `suaka'
dengan mendatangi Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Sumatera Utara
(Sumut), Muhyan Tambuse. Me-
> reka meminta bantuan hukum terhadap kasus anaknya.
>   
> "Mereka sudah datang beberapa hari lalu, menemui Pak Sekda Muhyan
Tambuse. Inti-nya meminta bantuan dalam persoalan hukum yang kini
dialami Ahmad Arifandi Harahap," ujar Kepala Badan Infomasi dan
Komunikasi Sumut, Eddy Syofian seperti dilansir detik.com, Selasa
(10/04). 
> 
>   Eddy menjelaskan, sikap Pemprop Sumut sangat jelas. Meminta agar
persoalan ini diselidiki dengan seksama. Dan jika memang tidak
terbukti, maka hak-hak yang ber-sangkutan selaku praja IPDN harus
dikembalikan seperti semula. "Dalam kasus kematian Praja Wahyu
Hidayat, empat tahun lalu, ada juga praja asal Sumatera Utara yang
dinyatakan terlibat. Ternyata belakangan tidak terbukti. Dia bisa
melanjutkan pendidikan kembali dan sudah tamat," kata Eddy.
>    
>   Disebutkan Eddy, saat ini ada 77 praja tingkat satu asal Sumatera
Utara yang ada di IPDN Jatinangor. Setiap ta-hunnya, setiap praja itu
di-biayai Rp 7,5 juta oleh kabu-paten atau kota yang merupa-kan daerah
asal praja yang bersangkutan. Sebelumnya, kepada wartawan, Brigadir
Polisi Satu Parel Harahap, orang tua Ahmad Arifandi Harahap
menyatakan, pihaknya kini sedang berkordinasi dengan kuasa hukum guna
mengusahakan penangguhan penahanan Arifandi yang kini ditahan Polres
Sumedang, Jawa Barat. Parel yakin bahwa anaknya tidak mungkin terlibat
dalam penganiayaan terhadap Cliff Muntu, sebab selama ini Arifandi
yang biasa dipanggil Arif, tergolong anak yang baik dan alim.(dtc)  
> 
> 
>   
> 
>          
> 
>        
> ---------------------------------
> No need to miss a message. Get email on-the-go 
> with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.
>        
> ---------------------------------
> TV dinner still cooling?
> Check out "Tonight's Picks" on Yahoo! TV.
>


Kirim email ke