MANAJEMEN KOLBU NAN BANGKRUT? 26 april 2007,rebo pahing Padahal, orang yang semakin merasa kotor di hadapan Allah SWT, semakin tinggi derajat dan kedudukannya di sisi-Nya. Sebaliknya, orang yang merasa suci di hadapan Allah SWT, itu berarti dia sebenarnya telah gagal dan jauh dari
>>>>>>>>>> KOMENTARANKU, Hehehe,apah bener nih, AA merangsa kotor di hadepan Alloh? Banyak dosanyah yah..den AA inih? >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Hehehe,kini daku membacaknyah, Ternyata AMPIANG AMPIANG BELAKAH. Tak ada getaran dikolbuku inih lagih. Ah, kiai AA lagih menghibur siapah yah? Adakah PENYESALANNYAH DIUNGKAPKEN DALEM MANAJEMEN KOLBUNYAH YANG BANGKRUT? Sementara para Majelis taqlimnyahpun nampak bingung. Duh AA, apah sih yang disengbut DUNIAWI ITUH? APAH KAH,KEBAHENOLAN TEHH ENTIN BUKANNYAH DUNIAWIH? Sementara kawah candra dimukah meletusÂ… Mangka Manajemen kolbupun roboh tak punyak Gigitan lagih, Kerana KOLBU AA UDAH KEGIGITIN SEMUTNYAH TETEH ENTIN YANG BAHENOL ITUH. >>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Meniti Derajat Kekasih Allah Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR SEGALA puji hanyalah milik Allah SWT, Dzat yang dengan kasih sayang dan ampunan-Nya menjadikan orang-orang yang beruntung setelah diberi- Nya jalan yang terang benderang menuju rida-Nya. Sungguh sangat beruntung siapa saja yang hidupnya husnul khatimah dan kemudian terus-menerus menyibukkan diri untuk mendekatkan dan taat kepada Allah SWT, Azza wa Jalla. Betapa kasih sayang dan ampunan Allah itu mengatasi sebesar apa pun dosa manusia. Tidak bisa tidak, bagi mereka yang hatinya dikaruniai taat kepada Allah, Dia akan menggolongkan mereka ke dalam golongan kekasih Allah. Mereka akan menjadi "wali-wali" Allah SWT, yang dijanjikan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia maupun di akhirat nanti. Allah berfirman, "Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah SWT. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Q.S. Yunus [10]: 62-64) Jadi, Allah memang mempunyai kekasih. Kekasih-kekasih Allah SWT, itu ciri khasnya adalah sangat mengenal Allah dengan baik. Semakin dekat dengan Allah, dia semakin diberi kemampuan menjelaskan dan merasakan keagungan dan kebesaran Allah, sehingga keyakinannya menjadi bulat total kepada-Nya. Dan dengan keyakinannya, kalau dia berbicara, seperti gunung meletus, laharnya keluar meluap-luap, tetapi luapannya dari hati, sehingga bisa mengalir ke hati pendengar. Memang demikianlah hakikat dari "ucapan". Kalau ucapannya keluar dari mulut, sampainya hanya ke telinga. Kalau ucapan itu dari pikiran, sampainya ke pikiran lagi. Namun, kalau ucapan itu bersumber dari hati, tidak bisa tidak sampainya pun akan ke hati jua. Ini soal media saja. Akan tetapi, yang menjadi soal, apakah kekasih Allah SWT itu orang yang ma'shum (terbebas dari kemungkinan berbuat dosa dan khilaf)? Ternyata waliyullah (kekasih-kekasih Allah SWT) itu tidak ma'shum! Alhasil, tidak total bersih cemerlang tanpa cacat sama sekali. Justru mereka tetap diselimuti kekurangan yang membuat dirinya tidak merasa bahwa kedudukannya sudah tinggi di sisi Allah SWT. Jadi, Allah SWT sengaja membuatnya berkekurangan supaya dia tetap merasa hina, merasa rendah, merasa gagal, sehingga dia senantiasa merasakan teramat malu di hadapan Allah SWT. Padahal, orang yang semakin merasa kotor di hadapan Allah SWT, semakin tinggi derajat dan kedudukannya di sisi-Nya. Sebaliknya, orang yang merasa suci di hadapan Allah SWT, itu berarti dia sebenarnya telah gagal dan jauh dari sisi-Nya. Dengan demikian, seseorang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah SWT tidak berarti dia bersih dari dosa. Tetap saja ia punya cacat- cacat. Masih juga muncul hawa nafsunya. Pokoknya ada saja hal yang membuat dia tergelincir. Dan justru gara-gara ketergelinciran hawa nafsunya, itulah yang membuat dirinya sering bertobat memohon ampunan-Nya. Dia selalu merasakan teramat malu kepada Allah SWT, lalu terus-menerus mengiba minta ditolong dan diselamatkan. Inilah yang semakin membuatnya semakin dekat dengan Allah SWT. Subhanallah! Oleh karena itu, tidaklah heran kalau orang yang semakin dekat dan akrab dengan Allah SWT, memiliki derajat waliyullah, dia biasanya dikaruniai kemuliaan tertentu yang disebut karamah. Berbeda dengan kelebihan yang Allah SWT karuniai kepada para ulama yang berupa ma'unah dan kepada "manusia biasa" yang berupa ilham dan al- mubasyirah (mimpi yang benar). Karamah ini akan membuat orang yang memilikinya sering dikabulkan keinginan dan doanya. Bahkan terkadang tanpa diminta sekalipun, Allah SWT suka menampakkan "sesuatu" yang justru bagi waliyullah bukan lagi hal itu yang diinginkannya betul. Pernah, misalnya, seorang waliyullah bernama imam Sahl ketika sedang berwudu, tiba-tiba air yang mengalir di hadapannya itu berubah seketika menjadi lempengan emas. Apa reaksi imam Sahl? Ternyata ia tidak terkejut atau merasa heran. Ia lalu bergumam, "Ah, Subhanallah. Kalau anak kecil, ia akan merasa gembira jika dihibur dengan mainan. Namun, ya Allah SWT, saya tidak membutuhkan hal yang seperti ini." Ya, seorang kekasih Allah SWT memang tidak membutuhkan hal-hal yang bersifat duniawi, yang notabene akan menjadi kesenangan sementara belaka. Bahkan mereka tidak meminta hal yang "macam-macam" kendatipun memiliki karamah dari Allah SWT. Kalaupun punya keinginan, paling tinggi yang pernah diminta nabi Ibrahim a.s. "Ya, Allah SWT. Aku bukan berarti tidak yakin kepada-Mu. Namun, aku ingin sesuatu yang dapat menambah keyakinanku bahwa Engkau memang luar biasa," demikian ucap Ibrahim ketika itu. Allah SWT pun lalu mewahyukan kepada Ibrahim agar mengambil seekor burung. Burung itu kemudian dicincang lalu potongan-potongannya dibawa dan masing-masing diletakkan di empat bukit yang berbeda. Setelah itu, hanya dengan satu siulan, dengan takdir Allah SWT potongan-potongan daging yang tercincang dan terpisah jauh tersebut, dalam sekejap melesat dan menyatu kembali, sehingga menjadi seekor burung yang hidup seperti sedia kala. Hal ini Allah SWT firmankan dalam Alquran surat al-Baqarah (2) ayat 260. Inilah bukti kebesaran Allah SWT yang membuat Nabi Ibrahim a.s. menjadi bertambah yakin kepada-Nya. Nah, sahabat. Janganlah kita merasa silau oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Apalagi menginginkannya secara berlebihan, sehingga dapat menggelincirkan kita ke jalan maksiat. Kalaulah suatu saat Allah SWT menunjukkan "sesuatu" di hadapan kita, hendaklah diartikan semata- mata untuk menambah dan meneguhkan keyakinan kita atas kemahaagungan Allah SWT. Hal itu disebabkan keterbiasaan kita oleh hal-hal yang lazim terjadi, oleh hukum-hukum alam, biasanya secara tidak sadar membuat kita kurang yakin bahwa semua itu terjadi semata-mata atas izin Allah SWT. Ketika kita berobat ke dokter, lalu sembuh sering membuat kita lupa bahwa kesembuhan itu hakikatnya dari Allah SWT. Akan tetapi, kalau ada orang yang hanya dengan izin Allah SWT mampu mengobati penyakit hanya dengan mengucapkan basmalah atau hanya dengan memberinya air minum, biasanya kita yakin bahwa itu karena pertolongan dari Allah SWT. Mudah-mudahan dengan kita selalu mengembalikan segala sesuatu sebagai ketentuan Allah SWT dan bukti kemahabesaran-Nya, menjadi jalan bagi kita untuk dapat selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga --digolongkan-- dapat mencapai dejarat kekasih-Nya.*** > SUPLEMEN >