Bu Ida yb., terimakasih sekali untuk kadonya yang menyenangkan. Untuk ketenangan jiwa saya sering mendengarkan Gregorian Chorals dan gendhing2 Jawa. Untuk "ngisi baterai" yang cocok musik klasik baroque abad 18 spt Mozart, Vivaldi, JS Bach.
Salam hangat, Bismo DG ----- Original Message ----- From: idakhouw To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 08, 2007 2:25 PM Subject: Untuk Mbak IdaKhouw Re: [HKSIS] U.S. troop death toll in Iraq over 100 f Pak Bismo, Saya masih tergelitik mengomentari nih :) --- In [EMAIL PROTECTED], "BDG KUSUMO" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Yg saya mengerti bahwa Kissinger mengakui kubunya memang beranggota demikian, dan > parahnya kelugasannya yang meninggalkan tatakrama diplomatik mengungkap bahwa ia dan kubunya memang tidak segan memakai segala "bastards" demi meraih tujuannya. Waktu itu katanya para > wartawan sampai jadi bengong. IDA: Kalau begitu giliran saya yang bengong, kalau benar wartawan waktu itu jadi bengong :) Saya tak paham konteks Kissinger saat itu (jaman dia mah jaman saya masih pakai seragam sekolah ;p ). Ya repot banget lah kalau wartawan tidak menangkap bahasa berkelit Kissinger (saya menduga wartawan bukannya tidak menangkap maksud Kissinger. Mereka pasti tahu kelitan Kissinger itu bernilai berita tinggi, makanya bagian itu yang dikutip dan -barangkali- di'pertebal') Hal kedua yang belum saya sampaikan di email lalu: "Oh yes, they're bastards. But they're OUR bastards!" itu biasanya juga bermakna: "iya iya, nanti kami bereskan" atau "you tahu lah". Jadi bukan untuk memperlihatkan atau menyatakan pada publik, atau paling tidak membiarkan publik melihat, bahwa ia tak segan memakai segala 'bastards' untuk mencapai tujuannya, sebab kalau demikian lugas bukan politisi handal namanya :) >Salah satu dictum Machiavelli memang bhw politik adalah upaya bathin yang tidak tergantung pada moral. Padahal kebanyakan orang kini mendambakan adanya political morality, juga > moral politics dan political ethics, yang semuanya saya yakin dilandasi oleh ajaran agama. Ruwet, > memang, Mbak ... IDA: Saya sih ndak merujuk sampai seklasik Machiavelli, Pak Bismo. Kemarin dulu itu, saya cuma mau mengatakan: moralitas bukan paradigma Politik per se. Moralitas adalah domainnya agama, humanisme dan sebangsanya. Namun pengusung moralitas ya juga harus berpolitik kalau ingin supaya politik bermoral. Begitulah kira2. Terakhir, saya ingin mengirim 'kado' buat Pak Bismo yang kelihatannya se'aliran politik' cuma beda 'partai' dengan saya :) 'partai' saya 'partai' yang ramah pada satwa, WWF (pendukung kelas gurem kuadrat :). Semoga 'kado'nya bisa dibuka: "Light the Candle 'Round the World" http://www.youtube.com/watch?v=2kNtQ47auuE&mode=related&search= Wassalam, Ida Khouw > ----- Original Message ----- > From: idakhouw > To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Sunday, May 06, 2007 8:33 PM > Subject: [HKSIS] #sastra-pembebasan# Re: [nasional-list] U.S. troop death toll in Iraq over 100 f > > > Aduh, Pak Liem ini kok demikian sekali menilai yang tinggal di > Indonesia. Jangan salah lho, saya banyak belajar dari orang2 Indonesia > baik yg di LN maupun yg tinggal di Indonesia. > > Semoga suatu saat saya punya kesempatan dan cukup dana melihat gunung2 > dan lembah2 Canada, lalu melintasi Niagara supaya bisa ketemu Pak Liem :) > > Ida Khouw. > > --- In [EMAIL PROTECTED], peter liem <ppliem@> wrote: > > > > Dear Mbak Ida: > > > > Anda cukup piawai untuk menerangkannya. > > Dimana sih anda bermukim? Saya taksir di Canada karena > > orang yang tinggal di Indonesia kurang cangih > > (sophisticated) > > Salam, > > Peter Liem > > > > --- idakhouw <idakhouw@> wrote: > > > > > "Oh yes, they're bastards. But they're OUR > > > > bastards!" Lha yg ini moral apalagi? > > > > > > Komentar 'sinis' agak2 'bercanda' seperti di atas > > > itu biasa di > > > kalangan politisi, Pak Bismo. > > > Sulit juga saya menjelaskan apa yang saya mengerti > > > ini, kira2 begini: > > > 'joke' atau 'sinisme' seperti itu dilontarkan > > > politisi bila mereka > > > sudah tersudutkan. Maksudnya "ya ya ya, kami tahu > > > ada bastards > > > diantara kami, tapi bagaimanapun kami satu kubu." > > > > > > Maaf, saya tidak piawai menjelaskan yang > > > subtil-subtil dalam perpolitikan > > > Ida Khouw >