Benar sekali... 
Pasar secara agregat telah bereaksi negatif terhadap kebijakan berbau
capital control tsb. Bukan sekedar reaksi satu dua pihak saja.

Semakin nilai tukar kita melemah, makin sulit pula indeks bursa kita
untuk bergerak naik.


http://unpublisheddream.blogspot.com/


--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "jsx_consultant"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Sirait,
> 
> Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya
> cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya 
> ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel
> kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi
> sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar
> pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah
> dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga
> mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung
> keliatan ama pajak.
> 
> Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif
> tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah
> mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar.
> 
> Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin
> curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen
> beli dollar.
> 
> Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka 
> membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting
> di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT.
> sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat.
> 
> MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah
> pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP.
> 
> Note:
> Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya
> rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ?
> 
> 
> 
> --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "yokorusi" <yokorusi@> 
> wrote:
> >
> > http://unpublisheddream.blogspot.com/
> > 
> > Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi 
> pujian
> > terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan 
> di
> > daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya
> > saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan 
> pendapat
> > tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di
> > Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan
> > bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak 
> yang
> > mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap
> > Indonesia.
> > 
> > Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali
> > mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya
> > dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India,
> > Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah
> > mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama 
> telah
> > kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut,
> > Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana
> > asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami
> > oleh Taiwan dan Korea.
> > 
> > Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall
> > dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih 
> dalam
> > maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap
> > terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor 
> yang
> > memberikan indikasi tersebut.
> > 
> > Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset
> > dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di 
> 2009
> > atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi 
> akan
> > segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan 
> rendah
> > maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi
> > penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama 
> terlihat
> > dari posisi net foreign trade yang telah semakin menurun dibanding
> > posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global.
> > 
> > Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus dipertahankan oleh Bank
> > Indonesia merupakan keputusan yang tidak tepat. Dengan jatuhnya
> > Consumer Price Inflation di Oktober maka semakin terlihat bahwa
> > keputusan ini hanyalah untuk mempertahankan posisi Rupiah. Ironisnya
> > nilai tukar IDR justru semakin merosot dari hari ke hari. Depresiasi
> > sebesar 14% hanya dalam bulan Oktober 2008. Di sisi lain, suku bunga
> > tinggi telah membuat pasar kredit semakin lesu dan membuat putaran
> > ekonomi semakin melambat. Lalu apa manfaatnya? Apa yang terjadi bila
> > nilai tukar semakin lesu? Intervensi saja tidak cukup. Sudah
> > seharusnya titik tolak dari tingkat suku bunga adalah memperbaiki
> > dinamika perekonomian domestik sehingga akan memberikan impact
> > terhadap daya tahan perekonomian di sektor riil. Untuk itu 
> diperlukan
> > suku bunga yang cukup rendah.
> > 
> > Ketiga, keputusan Bank Indonesia untuk menerapkan kontrol terhadap
> > pembelian mata uang asing adalah kurang tepat. Ini justru membuat
> > pasar bergejolak dan membuat tekanan lebih besar terhadap posisi
> > Rupiah. Lagipula Indonesia tidak memiliki pengalaman didalam capital
> > control sehingga gejolak yang terjadi dapat melebihi antisipasi yang
> > telah diperhitungkan. Dengan posisi one-month NDF pada 12,650 
> beberapa
> > hari yang lalu, sudah seharusnya BI segera meninjau ulang keputusan
> > tersebut. Tidak ada variable lain yang berubah secara signifikan 
> dalam
> > seminggu terakhir kecuali keputusan tersebut dan response pasar 
> adalah
> > sangat negatif.
> > 
> > Dari ketiga hal diatas, dua terakhir terkait dengan BI sebagai bank
> > sentral Indonesia. Apa yang saya lihat adalah kesan bahwa beberapa
> > kebijakan BI di dalam penetapan suku bunga dan stabilisasi Rupiah
> > tidak matang dan seadanya. Saya khawatir bila BI tidak mampu koreksi
> > diri untuk mengambil kebijakan yang memihak ekonomi riil maka 
> kondisi
> > mata uang kita akan sampai pada kondisi yang mengenaskan. Capital
> > control seharusnya diimplementasikan secara berangsur pada kondisi
> > ekonomi stabil dan sehat. Sebaliknya pada kondisi ekonomi yang tidak
> > sehat maka keputusan capital control harus diimplementasikan secara
> > menyeluruh pada saat yang bersamaan.
> > 
> > Kondisi nilai tukar Rupiah saat ini bukan studi kasus di ruang 
> kuliah
> > tapi fakta di lapangan yang menyangkut nasib orang banyak. Lihat 
> fakta
> > jangan berangan angan.
> > 
> > Socrates Rudy Sirait, PhD
> > http://unpublisheddream.blogspot.com/
> >
>


Kirim email ke