gede bos ! Kalo harga oil semakin naik , subsidi nggak dinaikan bocor. Belum yg penyelundup. Belum kita2 yg seharusnya mengakui car/motor-addict! By the way kawan bule saya tahun 2005 lalu yg ngelola dana disini, slalu bawa hitungan2 subsidi APBN. Fund Manager asing slalu ingat berapa dia beli rupiah. Kita beli premium itu otomatis capital flight saat ini, lagian priemium dan carosene itu kan impor dari Arab sana, OIL dari MINAS Sumatera sih dijual.
Gambler Bej <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Apakah perbedaan dari selisihnya sebesar itu? sampai2 APBN bisa ngos2an? Tolong pencerahannya, karena saya cuma punya pertanyaan2 tapi gak punya jawaban dalam hal ini. Maklum masih baru belajar. ----- Original Message ----- From: Vincent Chase To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 12:57 PM Subject: Re: [obrolan-bandar] Masih bearish! biarpun indo negara penghasil minyak, masalahnya export minyak mentah kita lebih kecil dibanding import dr luar negri,jd sama aja kena gebuk juga kl minyak naek Gambler Bej <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Lah Profit windfall Pertamina dari kenaikan harga minyak kemana perginya ya? Juga yg dari Antm, Freeport, PTBA, dll, Pengeluaran APBN naik tapi penerimaan juga naik kan? ----- Original Message ----- From: Vincent Chase To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 23, 2008 11:42 AM Subject: Re: [obrolan-bandar] Masih bearish! setahu saya kalo subsidi bbm gak dinaikin ama indo, naiknya minyak dr 110-125 itu berat buat anggaran kita, minyak naik = inflasi ke bahan keb pokok yg lain..so yes minyak ini sangat bahaya salah satu yg mungkin bisa bikin ihsg naik, dihapusnya subsidi bbm, dan dananya dilarikan ke subsidi yg lain. tapi apa berani naikin bbm sementara kampanye dah mau mulai?? Bandar Bola <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Apa bedanya harga minyak USD 120 atau USD 125 atau USD 110 untuk Indonesia? Bedanya nggak terlalu banyak, angka2 itu lebih efek ke psikologis saja. Yang pasti selama masih di atas asumsi harga APBN yg cuma USD 95, kondisi makro Indonesia masih akan tetap lousy, dan parahnya akan getting worse. Obatnya cuma satu, sesuaikan harga minyak ke harga ke-ekonomis-annya, yaitu ke harga market, dan lalukan adjustment setiap bulan. Masak harga komoditas di pasar induk bisa adjust setiap saat, minyak sekali sebulan saja tidak bisa. Zaman Gus Dur, sudah pernah dilakukan dan masyarakat sudah mulai terbiasa. Pemerintah saat ini ada di phase "denial" saja, menyangkali bahwa bom tinggal sebentar lagi meletus. Untuk duet SBY-JK, masalah minyak memang agak beda perspektif-nya. Untuk SBY, harga minyak sama sekali tidak boleh naik, kecuali beliau mau menjadi negarawan, bukan politisi yang punya ambisi terpilih lagi. Untuk JK, lebih pragmatis, naikkan saja harga minyak, kalo jadi tidak populer, bisa lempar tanggung jawab ke SBY, dan tahun depan tinggal cari gandengan baru, bisa ke mbakyu Mega atau yg lain. Tapi untuk kita orang kecil yang mau melihat Indonesia jadi lebih maju, tidak ada cara lain selain menyesuaikan harga minyak, nanti harga2 lain seperti PLN juga akan menyesuaikan. Kalo memang mau subsidi ke orang kecil, tinggal pakai cara subsidi langsung (cash payment) atau sejenisnya yang tidak ikut dinikmati oleh kalangan menengah atas. Setelah harga minyak dinaikkan, inflasi akan naik sebentar, SBI mungkin akan di-adjust. Market BEI akan turun, tapi ekspektasi ke depan akan jauh lebih baik, dan certainty bahwa pengelolaan ekonomi negara akan dapat lebih menenangkan investor institusional. Just my 2 cents. Regards, Bandar Bola --------------------------------- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.