Kalo banyak yang nakut2in artinya time to buy ya ? Siplah ane sih 
tetep jualan :D



--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "icchanks" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Wah...Banyak banget yang nebar terror neh, pada nakut-nakutin warga
> OB,,mau buat panic selling yah????
> 
> Huehuehue,,,dah cerita lama, selalu aja begini cuman ganti nick
> doank!!! Cerita jaman batunya elaine juga diobral, masa sih 
bandingin
> jaman 1929, woiiiii ini mah jaman penjajahan di atas dunia, jamannya
> Bung Karno!!!! Apa perlu Naga Bonar yang nyopet besok ??? Biar Bozz
> pun gak bakal sanggup tuh!!! Hehehehe...Ampun dah, macem2 aja buat
> cari duit...
> 
> --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, lim juherina <tomug70@> 
wrote:
> >
> > 
> > SIAP2 BULU KUDUK ANDA MERINDING SAAT MENDENGAR CERITA INISetelah
> periode 5 tahun yang mengagumkan dimana indeks Dow Jones Industrial
> Average (DJIA) mencapai puncaknya di angka 381.17 pada tanggal 3
> September 1929, pasar kemudian menukik turun dengan cepat selama
> sebulan hingga turun sebesar 17%. Lalu kemudian pasar pulih kembali
> minggu berikutnya meskipun tidak mencapai 50% dari penurunan yang
> terjadi pada minggu sebelumnya. Sayang, pulihnya pasar hanya
> berlangsung sekejap saja, dan setelah itu kembali menukik turun 
dengan
> tajamnya pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 1929 (sehingga disebut
> "Black Thursday" atau "Kamis Hitam"). Kurang lebih tiga belas juta
> saham ditransaksikan pada hari itu, dan menjadi rekor transaksi di 
AS.
> > 
> > Pada hari Jum'at tanggal 25 Oktober jam 13.00, beberapa pimpinan
> bank terkemuka di Wall Street mengadakan pertemuan guna mencari 
jalan
> keluar untuk mengatasi kepanikan pada lantai perdagangan di bursa
> NYSE. Hadir dalam pertemuan tersebut Thomas W. Lamont, wakil 
pimpinan
> Morgan Bank; Albert Wiggin, pimpinan Chase Manhattan Bank; dan 
Charles
> E. Mitchell, presiden dari Citibank. Mereka kemudian menunjuk 
Richard
> Whitney, wakil presiden dari bursa untuk mewakili mereka. Dengan
> adanya dukungan penuh dari perbankan terkemuka di Wall Street, 
Whitney
> menempatkan penawaran (bid) atas saham U.S. Steel dalam jumlah lot
> yang besar sekali pada harga diatas harga pasar. Sewaktu para 
pialang
> terpesona oleh tindakan Whitney ini, ia pun kembali melakukan
> penawaran yang serupa pada saham-saham unggulan ( saham bluechip) .
> Taktik ini serupa dengan taktik yang digunakan guna mengakhiri
> kepanikan pada 1907, dan berhasil meredam penurunan harga lebih 
dalam
> lagi pada hari itu.
> >  Namun itu semua ternyata hanya berlangsung sementara saja.
> > 
> > Sepanjang akhir pekan, kejadian tersebut didramatisasi oleh surat
> kabar keseluruh Amerika. Pada hari Senin tanggal 28 Oktober kian
> banyak investor yang memutuskan untuk keluar dari bursa dengan 
menjual
> kepemilikan sahamnya dan kejatuhan harga makin menjadi-jadi hingga
> mencapai penurunan sebesar 13% pada indeks Dow pada hari itu. 
Keesokan
> harinya pada tanggal 29 Oktober 1929 terjadilah apa yang dinamakan
> "Black Tuesday" (Selasa Hitam) dimana terjadi transaksi 16,4 juta
> saham, suatu angka yang memecahkan rekor yang dibuat 5 hari 
sebelumnya
> dan ini tidak pernah terjadi lagi hingga tahun 1969.
> > 
> > Richard Salsman menulis bahwa pada tanggal 29 Oktober tersebut
> beredar suatu desas-desus bahwa presiden Herbert Hoover tidak akan
> melakukan veto atas Smoot-Hawley Tariff dan ini membuat harga saham
> makin jatuh lebih dalam lagi "[4] William C. Durant bersama-sama
> anggota keluarga Rockefeller dan raksasa industri finansial lainnya
> melakukan pembelian sejumlah besar saham guna menunjukkan kepada
> publik kepercayaan mereka atas pasar , namun upaya mereka gagal
> menghentikan jatuhnya harga pasar. DJIA mengalami penurunan sebesar
> 12% lagi pada hari itu. Alat pencatat transaksi tidak berhenti 
bekerja
> hingga pukul 19.45 hari itu. Pasar mengalami kerugian sebesar 14
> milyar USD pada hari itu, sehingga total kerugian pada minggu itu
> telah mencapai nilai 30 milyar USD, 10 kali lipat dari anggaran
> belanja tahunan pemerintah federal Amerika Serikat, dan lebih besar
> dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Amerika guna membiayai 
Perang
> Dunia II .[5]
> > 
> > Angka terendah sementara dicapai pada tanggal 21 November, dengan
> angka penutupan Dow pada angka 198.6. Pasar mengalami pemulihan
> sementara untuk beberapa bulan pada angka tersebut dengan dicapainya
> kenaikan pada Dow hingga mencapai puncaknya pada angka 294.0 di 
bulan
> April 1930. Pasar mulai bangkit kembali pada bulan April 1931 namun
> tidak sampai akhir tahun 1932 dimana indeks Dow ditutup pada angka
> 41.22 pada tanggal 8 Juli, yang merupakan penurunan sebesar 89%
> dihitung dari puncak indeks sebelumnya. Ini adalah nilai pasar yang
> terendah sejak abad ke 19..[6]
> > 
> > Dalam penelitiannya, Salsman menyatakan bahwa "hingga bulan April
> 1942, harga saham Amerika baru mencapai 75% dibawah puncak harga 
pada
> tahun 1929 dan tidak pernah mencapai kembali pada tingkat harga
> tersebut hingga bulan November 1954â€"atau seperempat abad 
setelahnya."
> [4]Kehancuran tersebut terjadi setelah ledakan spekulatif yang 
terjadi
> pada periode tahun 1920an dimana jutaan warga Amerika melakukan
> investasi besar-besaran pada bursa saham, hingga menggunakan dana
> pinjaman guna membeli saham. Pada bulan Agustus 1929, para pialang
> secara teratur memberikan pinjaman bagi investor kecil melebihi dari
> 2/3 nilai saham yang dibeli investor kecil tersebut. Sebanyak 8,5
> milyar USD disalurkan sebagai pinjaman, lebih besar dari jumlah uang
> yang beredar di Amerika saat itu. [7] Meningkatnya harga saham
> merangsang orang untuk melakukan investasi , mereka berharap harga
> saham akan meningkat lebih tingi lagi. Spekulasi inilah yang menjadi
> pemicu dari kenaikan
> >  harga saham pada saat itu dan menciptakan "gelembung ekonomi"
> (economic bubble). Rata-rata nilai P/E (price to earnings ratio) 
dari
> saham komposit S&P adalah 32.6 pada bulan September 1929 [8], yang
> jelas-jelas diatas dari angka normal dalam catatan sejarah.
> > 
> > Pada tanggal 24 Oktober 1929 (dimana Dow barusan mencapai 
puncaknya
> pada tanggal 3 September di angka 381.17), pasar kembali berbalik 
arah
> menukik tajam lagi dan panik jual melanda bursa kembali. 12.894.650
> saham ditransaksikan pada hari itu dimana orang-orang telah 
mengalami
> rasa putus asa untuk mencoba meredakan situasi ini. Penjualan massal
> menjadi suatu faktor pendukung dari terjadinya Great Depression.
> Bagaimanapun juga para ahli ekonomi dan sejarah terus menerus 
memiliki
> perbedaan pandangan tentang makna kehancuran ini bagi Great 
Depression
> > 
> > Ada quote penting dari Richard M. Salsman: "Siapapun yang membeli
> saham pada pertengahan tahun 1929 dan menyimpannya maka ia akan
> melewati masa tuanya tanpa pernah melihat harga sahamnya kembali 
pada
> harga sewaktu saham tersebut dibelinya."
> > Bagaimanapun ada beberapa pelajaran yang bisa diambil:
> > 1. INTERVENSI PEMERINTAH TIDAK AKAN BANYAK MENOLONG. Ada kemiripan
> kan antara kondisi 1929 dengan 2008? Kalo di tahun 2008 ada bailout,
> pada 1929, pemerintah melakukan pembelian besar2an saham di atas 
harga
> pasar untuk meredakan kepanikan di Wall Street, tapi toh seperti
> menggarami lautan. Warren Buffet membeli Goldman Sachs & General
> Electric di 2008, demikian pula Rockefeller pada 1929.2. JANGAN MAIN
> PAKE MARGIN3. DISIPLIN CUT-LOSS,
> >     
> >      
> >     
> >     
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >     
> > 
> > 
> >     
> >     
> > 
> > 
> >       Get your preferred Email name!
> > Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. 
> > http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
> >
>


Kirim email ke