adeer wrote:

Dan rasanya Allah yang maha Tahu sajalah yang akan menilai apakah mereka memang benar2 mengingkariNya atau cuma orang yang tidak punya pengetahuan sama sekali..

Om Ad, dalam Islam ada prinsip bahwa seseorang tidak dibebani dengan sesuatu yang ada di luar kemampuannya. Bukankah masalah bathin di luar kemampuan kita? Allah telah menetapkan hukum-hukum mengenai orang-orang kafir yang tentu merupakan hukum-hukum terbaik.

Adapun kita sebagai orang Islam yang baik., kita wajib menyebarkan dan 
mensyi'arkan agama ini sebagai agama yang memang pantas menjadi agama rahmatan 
lil alamin..

Allah berfirman.
"Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba2 orang yang 
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah olah telah menjadi teman yang sangat 
setia" (Fushilat:34)

Keyword = "lebih baik" -> hanya dapat dicapai dengan mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan begitu kita bisa menunjukkan Islam yang sebenarnya maka wajiblah bagi kita untuk menuntut ilmu agama. Jangan sampai kita berusaha menarik hati mereka ke Islam namun ketika mereka ingin tahu tentang Islam kita justru memberikan pemahaman yang salah.

Yang tidak boleh kita lupa adalah bahwa kita hanya dapat menyampaikan. Hidayah hanyalah dari Allah dan kita tidak punya kuasa dalam urusan ini walaupun terhadap orang yang kita kasihi. Bukankah di Indonesia ini banyak non-muslim yang tidak menganggap Islam sebagai "pengajar kekerasan"? Namun mengapa tetap saja mereka tidak beriman? Allahu Ta'ala a'lam.

Coba kita lihat lagi sejarah Islam pada generasi awal. Mereka adalah orang-orang yang paling berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang lurus. Pada masa Rasulullah, setelah peristiwa Fathu Makkah dan dihalalkan memerangi orang kafir justru banyak yang memeluk Islam. Pada masa Amirul mukminin Umar bin al-Khaththab radhiallahu 'anhu yang sangat tegas justru kekuasaan Islam meluas dan banyak orang yang masuk Islam. Kekuasaan Islam mulai menurun ketika umat Islam disibukkan dengan berbagai pemahaman bid'ah yang menyimpang.

Secara hukum..benar dan penceramah tidaklah salah..

Yang benar walaupun pahit memang harus diungkapkan.., namun dalam pergaulan 
manusia ini, apakah tidak ada cara2 lain untuk mengungkapkan dan memberi tahu 
orang2 tersebut yang sudah melanggar dan mendatangkan murka Allah..?

Masalah ini harus dilihat secara lebih rinci. Islam bukanlah agama yang hanya mengajarkan kelemahlembutan dan juga bukan agama yang hanya mengajarkan kekerasan. Itulah keseimbangan Islam. Nasihat bisa disampaikan dengan lemah lembut hingga dengan tegas. Bahkan bisa saja seseorang di-tahdzir (dicela) dan di-hajr (diboikot). Namun tentunya cara menyikapi ini harus di atas ilmu dan tidak boleh dilakukan serampangan.

Contoh, Nabi Musa dan Nabi Harun 'alaihimas salaam diperintahkan Allah untuk berkata dengan lemah lembut ke Fir'aun.

"Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa 20:43-44)

Bagaimanakah penyampaian yang lemah lembut itu? Berikut awal dialog yang agak panjang dengan Fir'aun.

"Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling". (QS. Thaahaa 20:47-48)

Suatu keadaan bisa membutuhkan kemasan berbeda, bisa lemah lembut atau keras, namun yang penting adalah isinya harus di atas kebenaran.

Saya jamin.., kalau hari ini saya ketemu dengan orang yang tidak seiman.., 
kemudian saya katakan bahwa dia Kafir.., alamat akan terjadi keributan.

Hal yang sama kalau saya kebetulan sembahyang di mushola terminal bis.., tiba2 saya tidak mau diimami oleh seseorang yang tidak saya kenal.., hanya karena saya tidak yakin apakah dia membayar zakat., dan tidak pantas menjadi imam solat saya.

Om Ad, keduanya berbeda sekali. Orang yang tidak seiman dan dia telah mendengar tentang Islam telah jelas hukumnya. Sedangkan dalam contoh imam tersebut, kita tidak boleh ber-su'uzhon dalam masalah yang belum kita ketahui. Sebagai manusia kita tidak dituntut untuk mengetahui isi hati orang lain.

Tentang muamalah dengan orang kafir, prinsip al-wala' wal bara' bukanlah berarti kita harus menzhalimi orang-orang kafir. Islam telah menetapkan prinsip-prinsip keadilan baik dalam keadaan damai maupun keadaan perang.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (yang artinya):

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. al-Mumtahanah 60:8)

Terhadap orang tua yang belum beriman juga tetap diperintahkan berbuat baik dalam batasan syar'i.

"“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu.” (QS. Luqman 31:15).

Namun jangan sampai kita menjadi ber-wala' kepada mereka. Justru dengan kebencian kita pada kekafiran mereka maka kita berusaha menyampaikan kebenaran kepada mereka. Allah azza wa jalla telah memberikan peringatan kepada kita (yang artinya):

"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. al-Anfal 8:73)

Ayat tersebut dijelaskan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir: "Makna firman Allah : ‘Jika kalian tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar’ adalah jika kalian tidak menjauhi kaum musyrikin dan tidak berwala’kan terhadap kaum mukminin, jika kalian tidak melakukan hal itu niscaya akan terjadi fitnah di tengah manusia berupa pencampuradukan antara perkara kaum mukminin dengan kaum kafir, hingga menyebabkan kerusakan yang luas dan menyebar."

Penjelasan ini saya ambilkan dari e-book yang saya sebutkan saat awal masalah al-wala' wal bara' ini.

Alqur'an dan Hadits yang semuanya sudah jadi dan kita tinggal menelannya saja.., tapi karena semakin banyaknya orang yang sekolah dan menjadi penafsir.., akhirnya ayat2 dan keterangan2 itu menjadi beribu ribu maknanya..:(, dan cuma membuat umat ini semakin bingung dan terpecah pecah.:((

Munculnya perselisihan dalam masalah agama merupakan sesuatu yang akan ada sesuai penjelasan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Apalagi dengan semakin jauhnya kita masa-masa terbaik yang nampak dari semakin sedikitnya ilmu. Namun kita diperintahkan untuk berusaha tidak berselisih dan tidak membiarkan perselisihan tersebut dengan panduan yang telah diberikan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagaimana ditunjukkan oleh generasi awal umat ini. Penyimpangan terjadi dalam pemahaman-pemahaman yang muncul kemudian. Dalil-dalilnya telah pernah disebutkan.

Akhir kata, marilah kita berusaha belajar ilmu agama sebaik-baiknya agar terang perbedaan yang haq dan yang batil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri diperintahkan untuk berdo'a "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. 20:114).

Mohon maaf jika kurang berkenan. Kebenaran hanyalah dari Allah sedangkan kesalahan datang dari diri saya sendiri dan syaithan. Allahu Ta'ala a'lam.

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

--
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980M/1400H)




_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke