Wa'alaikumussalam WW Baa jikok bahaso Arabko ditulih sajo dalam tulisan Arab, sahinggo indak duo nan harus awak parajai jo rumit. Misano ditulih jo bahasa Arab di word dan dikirim jo attachement. Kalau ndak salah dikirim langsuang di email juo bisa kok. Alah barakali ambo tarimo nan dikirim dek sanak Ahmad Ridha. Iko ambo forward nan ditulih dek sanak Ridha tu.
Wassalam WW St.P ----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <palanta@minang.rantaunet.org> 'Alaikum salam wr. wb., ----------------------------- Untuek barikuik nyo tolong di double check spelling bahan2. Sabab mungkin ado sanak2 yg sagan mangoreksi bagai, jaan2 bagi yg tagagik bisa salah spelling. (Sorry, ambo sendiri juo banyak salah spelling manulis di palanta). Di pelajaran bhs 'Arab ko, mari kito sadonyo samo2 agak tegas jo praturan spelling dan saling mengoreksi. Kesalahan macam iko sangat lumrah dan gampang tajadi, krn kito tak biaso manuliskan tulisan 'Arab ko dlm huruf Latin do. (Baa ko, iyo Latin istilah nan ka dipakai disiko?) ----- Original Message ----- From: "Ahmad Ridha" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Palanta RantauNet" <palanta@minang.rantaunet.org> Sent: Monday, August 01, 2005 4:29 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Laa nabiyya ba'diy Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Sebelumnya mohon maaf kepada Mak Lembang Alam dan member palanta ini. E-mail ini tidak ditujukan untuk memperpanjang pembahasan Ahmadiyyah namun untuk secara umum membantah syubhat-syubhat orang-orang yang mengaku-aku sebagai nabi. فقال "أما ترضى أن تكون مني بمنزلة هارون من موسى؟ غير أنه لا نبي بعدي". Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada 'Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu ketika menugasinya menjaga kaum perempuan dan anak-anak saat perang Tabuk, "Tidak inginkah kamu memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa, namun sesudahku tidak ada nabi lagi?" (HR. Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: "إلا أنه لا نبوة بعدي" Dalam hadits di atas secara tegas menyatakan "Tidak ada nabi setelahku" dan "Tidak ada kenabian setelahku". Dengan demikian tidaklah ada gunanya takwil yang dilakukan oleh Ahmadiyyah terhadap "khaatamun nabiyyin". Makna "khaatamun nabiyyin" sendiri sebenarnya jelas dalam hadits berikut. "Perumpamaan aku dan para Nabi sebelumku adalah seperti orang yang membangun sebuah bangunan yang dibaguskan dan diperindah, kecuali satu bata di salah satu sudutnya yang belum terpasang. Orang-orang segera mengelilingi bangunan itu dan merasa heran seraya bertanya, 'Mengapa satu batu ini belum dipasang?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Akulah batu itu dan akulah penutup para Nabi (khaatamun nabiyyin)" (HR. Muslim). Allahu Ta'ala a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, -- Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1980M/1400H) Website http://www.rantaunet.org _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________