Sanak Arnoldison,
Artikel yang sangat indah untuk di-share. 
Saya memberikan apresiasi lebih buat dunsanak yang telah berkenan
membagi artikel ini.

Terima kasih.

Muhammad Razi

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arnoldison
Sent: Friday, September 01, 2006 1:07 PM
To: palanta@minang.rantaunet.org
Subject: [EMAIL PROTECTED] Uang Korupsi Itu Merusak Anak Saya

 Uang Korupsi Itu Merusak Anak Saya

 *) Jamil Azzaini (16/08/2006 - 12:58 WIB)

 Jurnalnet.com (Jakarta): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan
 bahwa   korupsi di Indonesia sudah terlalu besar dan diluar kontrol.
Korupsi sudah
 merasuki semua sendi kehidupan dan telah terjadi baik di eksekutif,
legislatif maupun yudikatif. Pernyataan presiden yang disampaikan pada
 cara    Presidential Lecture di Istana Negara pada Rabu, 2 Agustus
2006, itu
 mengisyaratkan bahwa pemberantasan korupsi di Indonesia masih jauh dari
harapan.

 Kendati pelaku korupsi tampak tak terjamah, tapi yakinkah kita bahwa
 mereka   benar-benar lolos dari jerat hukum? Ngomong-ngomong soal
korupsi saya
 ingin  berbagi cerita.

 Suatu hari, saya diundang untuk berbicara di depan staff dan pimpinan
sebuah  perusahaan  ternama.  Pada kesempatan tersebut saya berbicara
 tentang   "hukum  kekekalan  energi",  yang  intinya,  menurut  hukum
 kekekalan energi dan semua agama, apapun yang kita lakukan pasti akan
dibalas sempurna kepada kita di dunia. Dengan kata lain, apabila kita
melakukan  "energi  positif"  atau  kebaikan  maka kita akan mendapat
balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan "energi
negatif"  atau  keburukan  maka  kitapun akan mendapat balasan berupa
keburukan pula.

 Ketika  sesi  tanya  jawab,  salah seorang pimpinan di perusahaan itu
 mengkritik   pedas   "hukum   kekekalan  energi".  Walau  saya  sudah
 menjelaskan  dengan  eragam  argumen  ilmiah  dan contoh-contoh dalam
kehidupan  nyata,  dia  tetap tidak yakin. Sampai kami berpisah, kami
masih pada pendapat masing-masing.

 Tujuh  bulan  berlalu,  pimpinan  itu  tiba-tiba  menelpon saya. "Pak
Jamil, saya ingin bertemu anda," ujarnya singkat.

 Karena  penasaran,  undangan  dari  beliau saya prioritaskan. Singkat
kata, pada waktu dan tempat yang telah disepakati kami bertemu.

 Rupanya beliau tiba lebih dulu di tempat kami janjian. Begitu saya
datang,  beliau segera menyambut dengan sebuah pelukan erat. Cukup lama
beliau  memeluk saya. "Maafkan saya pak Jamil. Maafkan saya," ucapnya,
sambil  terisak dan terus memeluk saya. Karena masih bingung dengan
kejadian ini  saya diam saja.

 Setelah  kami  duduk, beliau membuka percakapan. "Saya sekarang yakin
dengan  apa  yang  pak  Jamil dulu katakan. Kalau kita berbuat energi
positif maka kita akan mendapat kebaikan dan bila kita berbuat energi
negatif maka pasti kita akan mendapat keburukan," ujarnya.

 "Bagaimana ceritanya sekarang kok bapak jadi yakin?" tanya saya.

 "Selama  saya menjabat pimpinan di perusahaan itu, saya menerima uang
yang  bukan  menjadi  hak  saya.  Semuanya saya catat. Jumlahnya lima
ratus dua puluh enam juta rupiah," katanya.

 Sembari  menarik napas panjang beliau melanjutkan bercerita. Kali ini
tentang anaknya.

 "Anak saya sekolah di Australia. Karena pengaruh pergaulan, dia terkena
narkoba. Sudah saya obati dan sembuh. Ketika liburan, dia ke Amerika dan
Kanada. Tidak disangka, disana dia bertemu dengan teman pengguna
narkobanya  ketika di Australia. Anak saya sebenarnya menolak
menggunakan lagi. Namun  dia dipaksa dan akhirnya anak saya kambuh lagi,
bahkan makin parah, pak."
 Selama bercerita, beliau tak henti mengusap pipinya yang basah dengan
air  mata yang terus meleleh seperti tak mau berhenti.

 "Pak Jamil tahu berapa biaya pengobatan narkoba dan penyakit anak
saya?"
 Tanpa menunggu jawaban saya, lelaki separuh baya itu berkata lirih,
"Biayanya lima ratus dua puluh enam juta rupiah. Sama persis dengan uang
kotor yang saya terima, pak!"

 Beliau tertunduk dan menggeleng-gelengka n kepala disertai isak tangis
yang  makin keras. Dengan terbata lelaki itu berkata, "Uang korupsi itu
telah  merusak anak saya, pak. Saya menyesal. Saya bukan orang tuayang
baik. Saya  telah merusak anak saya, pak!"

 Saya peluk erat lelaki itu. Saya biarkan air matanya tumpah.
 Tangisnya semakin keras....

 Wahai saudara, haruskah menunggu anak kita menjadi pengguna narkobadan
sakit  untuk berhenti korupsi?

 Keterangan Penulis:
 Jamil Azzaini adalah Senior Trainer dan penulis buku Best Seller.
 KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup.




--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi
keanggotaan, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================



--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke