Saya rasa ini bukan masalah "Hanya 12" yang meninggal, tetapi ini
masalah siapa yang memulai, siapa yang memanas-manasi dan siapa yang menaruh api
dalam sekam.
        Kalau kita bisa jujur sedikit saja, mungkin kita bisa berpikir
sebenarnya siapa yang salah dan siapa yang harus "back off" dari
permasalahan ini.
        Kita, pihak Indonesia sudah mengeluarkan sebuah statement, yang
menggaris-bawahi bahwa kita "Committed" to solve the East Timor
Problem, by any means: Pemberian Kemerdekaan Apabila East Timorese
dalam referendum nanti menyatakan "Pisah" dari Republik Indonesia.
        By Any Means, saya maksud kita berjanji akan menyelesaikan
permasalahan ini secara damai, walaupun akhirnya kita harus merelakan
untuk melepas Timor/ Kehilangan Muka. Sebenarnya ini bukan suatu
"kemaluan yang harus diterima oleh Bangsa Indonesia" tapi seharusnya
dapat kita tunjukan sebagai kebesaran bangsa kita yang dibilang selalu
ramah-tamah itu.
        Dan memang, sebagai pertanggung jawaban kita thd golongan elite
Timor-Timur yang selama ini kita bina untuk menjadi minority who ruled
East Timor, harus kita pikirkan keselamatan dan masa depannya.
Contoh Belanda, setelah dibubarkannya Republik Indonesia Serikat,
mengijinkan warga Indonesia, Indo, yang masih menyatakan kesetiaan
kepada the Netherlands Crown untuk tinggal di Belanda. Ini hanya suatu
bentuk tanggung-jawab sebagai bekas "penjajah".
        Karena itu saya setuju dengan jawaban Bapak Presiden, yang
menyatakan bahwa Indonesia tidak ingin lebih lama lagi ingin diberati
masalah Timor-Timur. Either You Except the Full Autonomy Status (Plus) or you can
declare your Independence. Kita sudah menyatakan batas-batas dimana
Indonesia berpijak. There is limitation...and we would not go beyond
there.
        Permasalahan bukan hanya dari 12 orang saja yang meninggal, yang
harus kita cari adalah the preventive measure untuk menyelesaikan
problems without any cause such as death. Seharusnya kita dapat mencegah
pertumpah darahan, bukannya malah memancing-mancing agar terjadi tumpah
darah.




Andrew Pattiwael



On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Kalau saya jadi Presiden BJH...
>
> Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang
> masih pengen ikut Indonesia.
>
> Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan
> memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga
> sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu
> mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali
> selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang
> lain....."dikasih hati minta jantung"
>
> Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut ....  bandingkan dengan Aceh,
> Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...
>
> Hadeer
>
> ----------
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Indonesia Bertanggung Jawab
> > Date: 19 April 1999 3:48
> >
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
> >
> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> > kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> > dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> > teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> > (terutama kelompok pro-kemerdekaan).
> >
> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> > bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> > membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> > Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> > kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> > keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> > Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> > pro-kemerdekaan.
> >
> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> > "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> > adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> > untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.
> >
> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> > diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> > dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> > menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
> > Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
> > ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
> > preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
> > dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
> > Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
> > kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu
> domba"
> > kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
> > dengan kelompok yang anti-Indonesia.
> >
> > Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
> > Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
> > saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
> > Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
> > yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
> > tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
> > "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
> > berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
> >
> > Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,
> > beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan
> > tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia,
> > Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari  persekutuan dengan
> > kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai
> > kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on
> the
> > other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa
> > Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina sebagai dalih bahwa
> > mereka telah menderita dibawah kekejaman Nazi Jerman ? semoga bangsa
> > indonesia tidak melupakan itu)
> >
> > Cabut dukungan apapun thd kelompok pro-integrasi, buat kesepakatan
> > dengan kelompok CNRT untuk tidak membalas dendam dan tentunya pegang
> > pernyataan Xanana bahwa Pro-Kemerdekaan ingin menyelesaikan masalah ini
> > dengan damai. Adakan perundingan untuk penurunan senjata, penandatangan
> > untuk tidak mengangkat senjata tapi melainkan menyelesaikan
> > permasalahan di meja perundingan.
> >
> > Semoga kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan akal sehat, penuh
> > kedewasaan, dan bertanggung-jawab. Premanisme dan militanisme dengan
> > dalih apapun tidak dapat diterima oleh nilai-nilai kemanusian. Apapun
> > alasan untuk melindungi para kelompok integrationis dengan meng-approve
> > apasaja tindakan mereka, jelas sudah melanggar itikad baik kita sebagai
> > bangsa yang "Beradab".
> >
> > Ingat, dalam pernyataan proklamasi kita, kita memproklamirkan Republik
> > ini atas dasar penderitaan yang telah kita alami selama beratus-ratus
> > tahun dibawah penjajahan kolonialisme. Jangan sampai kita sendiri yang
> > membuat Proklamasi dan dasar-dasar yang telah melahirkan dan menjaga
> > kelestarian negara ini "menjadi basi" dan tidak relevan.
> >
> >
> >
> >
> > Andrew Pattiwael
> >
> >
> > ****************************************************************
> > - Buntut Apel Pro-integrasi,
> >
> > 12 Orang Tewas
> >
> > Dili, Pembaruan
> >
> > Sekitar 10.000 masyarakat prointegrasi melakukan apel besar
> > di halaman Kantor Gubernur di Dili, Sabtu (7/4), untuk
> > mengukuhkan kelompok komando prointegrasi, namun setelah
> > pawai itu mereka membakar dan merusak rumah-rumah para
> > tokoh pro-kemerdekaan.
> >
> > Dalam insiden itu, sedikitnya 12 orang tewas, dan rumah-rumah yang
> > diserang hancur berantakan. Kota Dili, pada Minggu siang masih
> > mencekam dan bagaikan kota mati.
> >
> > Apel akbar ini untuk mengukuhkan Komando Prointegrasi Kota Dili
> > bernama Aitarak, pimpinan Eurico Guterres. Usai apel, pasukan
> > prointegrasi berbagai kabupaten Timtim itu berpawai keliling kota.
> > Mereka bergerak menghancurkan dan membakar rumah-rumah tokoh
> > prokemerdekaan. Arak-arakan pimpinan Eurico Guterres itu, mencari
> > tokoh-tokoh CNRT yang selama ini dinilai, membohongi rakyat
> > dengan janji-janji palsu.
> >
> > Bertanggung Jawab
> >
> > Dari Sydney, Minggu pagi, Perdana Menteri Australia John Howard
> > mengatakan, Pemerintah Indonesia harus bertanggung jawab atas
> > meningkatnya kekerasan di Timtim, menyusul laporan-laporan terakhir
> > tentang pembunuhan penduduk sipil di Dili.
> >
> > "Saya amat prihatin atas situasi di Timtim yang kian memburuk, dan
> > Pemerintah Indonesia tidak melepaskan tanggung jawab ini. Paling
> > tidak sebagian, atau semuanya," ujar Howard dalam wawancara
> > dengan Televisi Australia. Ratusan militan pro-Jakarta mengamuk di
> > Ibu Kota Timtim, Dili, Sabtu (17/4), melukai sejumlah orang dan
> > membakar beberapa kendaraan dan rumah. Aktivis pro-independen
> > terkemuka di sana, Manuel Carrascalao, menjelaskan kepada
> > Reuters, putra remajanya dan beberapa lainnya menemui ajal, saat
> > rumahnya diserang.
> >
> > PM Howard akan mengontak Presiden Indonesia BJ Habibie untuk
> > menyatakan "keprihatinan mendalam" Australia, atas
> > pembunuhan-pembunuhan di Dili. Dia menyatakan, "menumpuknya
> > bukti" gagal mencegah pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan
> > kelompok militan pro-Jakarta.
> >
> > "Anda pasti bertanya-tanya, apakah kelompok-kelompok
> > prointegrasi, tidak akan memperoleh respon permisif dari Indonesia,"
> > ujarnya kepada Channel Nine, Minggu.
> >
> > "Seluruh masyarakat dunia, mengharapkan ABRI bisa menunjukkan
> > disiplin, menahan diri, meningkatkan stabilitas serta kerja sama di
> > Timtim," tambah Howard.
> >
> > "Kondisi yang amat bertolak belakang dengan stabilitas dan kerja
> > sama seperti yang diharapkan, malah terjadi saat ini. Dan hal ini
> > menjadi keprihatinan mendalam bagi Pemerintah Australia, karena
> > negeri ini ambang pintu kami," ujarnya.
> >
> > PM Australia mengatakan, kekerasan yang kian meningkat itu akan
> > mengancam pemungutan suara tentang otonomi di Timtim, yang
> > disponsori PBB dan dijadwalkan berlangsung Juli nanti.
> >
> > "Sulit sekali untuk bisa mempercayai sepenuhnya," ujar Howard seraya
> > menambahkan, akan sangat mengecewakan bila pemungutan suara
> > soal otonomi di Timtim, ditangguhkan.
> >
> > Tampung 56 Orang
> >
> > Polda Timor Timur saat ini sedang menampung 56 orang yang
> > mengungsi akibat dari serangan kelompok prointegrasi Sabtu siang.
> > Menurut keterangan Polda, Minggu (18/4) siang dari 56 orang
> > tersebut, 18 di antaranya keluarga Carascalao dan sisanya masyarakat
> > yang mengungsi dan berada di rumah Manuel Carrascalao.
> >
> > Menurut pemantauan Pembaruan, Minggu siang situasi Dili
> > mencekam dan sangat sepi. Yang lebih menakutkan situasi di pinggiran
> > kota, seperti Becora, Taibesi, Tunalarang, Satumeta.
> >
> > Masih terdengar tembakan di wilayah-wilayah itu. Toko-toko dan
> > restoran dan rumah makan terlihat tutup. Sedangkan pasar-pasar sepi
> > pembeli maupun penjual. Tempat-tempat yang menjadi serangan
> > kelompok prointegrasi, saat ini dinyatakan tertutup dan diamankan
> > oleh kepolisian.
> >
> > Menurut sebuah sumber, banyak tokoh CNRT masih berada di rumah
> > Uskup Dioses Dili, termasuk Manuel Carrascalao dan Leandro Isak.
> >
> > Menurut Danrem 1164/WD Kolonel Tono Suratman, Sabtu malam,
> > korban meninggal akibat aksi kelompok prointegrasi sekitar 12 orang
> > dan 5 orang luka-luka. Mereka yang luka-luka dan korban saat ini
> > berada di rumah sakit Wira Husana, Dili, termasuk putra Manuel.
> >
> > Aparat keamanan, baik polisi maupun pasukan teritorial diterjunkan
> > dalam jumlah besar ke dalam kota untuk melindungi masyarakat.
> > Khusus di basis pemuda prointegrasi di wilayah jantung kota dijaga
> > aparat bahkan di depan basis itu tertutup dengan kawat berduri.
> >
> > Uskup Dioses Dili Mgr Carlos Filipe Ximenes Belo yang memimpin
> > misa Minggu (18/4) pagi di kediamaannya dalam khotbahya meminta
> > masyarakat Timtim untuk lebih banyak berdoa, agar situasi yang
> > mencekam ini kembali normal. Semoga Tuhan Yesus Kristus dapat
> > membuka jalan yang benar, bagi mereka yang membuat kekerasan.
> >
> > Sedangkan kepada pimpinan-pimpinan daerah, diharapkan da-pat
> > membuka mata untuk melihat situasi. Diinformasikan Gubernur Abilio
> > Soares telah meminta Bupati dan Wali Kota Dili sebagai pimpinan
> > FDK (Forum Demokrasi Keadilan) untuk terjun ke lapangan melihat
> > situasi dan berbicara dengan pimpinan-pimpinan prointegrasi, agar
> > tidak anarkhis terhadap masyarakat.
> >
> > Dalam serangan terhadap rumah Ketua GPRTT (Gerakan Perlawanan
> > Rakyat Timtim) yang juga juru bicara CNRT, Manuel Viegas
> > Carrascalao, anak Manuel, bernama Maro Carrascalao (Nicky) tewas
> > di tempat, bersama pengungsi yang berlindung di rumahnya. Laporan
> > yang dikemukakan aparat keamanan, menyebutkan sedikitnya 12
> > orang tewas, dalam insiden apel akbar kelompok prointegrasi tersebut.
> >
> > Penyerang juga menghancurkan rumah tokoh CNRT Leandro Isac,
> > membakar rumah Koordinator CNRT David Ximenes di Fatumeta
> > dan rumah Herman Soares di Balide. Peserta pawai prointegrasi
> > mendatangi kantor Harian Umum Suara Timor Timur, di jantung Dili
> > dan menghancurkan seluruh peralatan, gedung, bahkan percetakan
> > daerah, serta kantor sebuah percetakan swasta.
> >
> > Dalam apel di gubernuran itu, Panglima Perang Prointegrasi Tavares
> > mengatakan, pasukan gabungan prointegrasi dari seluruh kabupaten,
> > bertugas melindungi rakyat dari teror dan intimidasi kelompok
> > prokemerdekaan. Pasukan prointegrasi tetap mencintai kedamaian,
> > karena itu dalam pertemuan Panglima Prointegrasi dengan Panglima
> > Falintil Xanana Gusmao, kedua pihak meminta memberikan imbauan
> > kedamaian kepada pengikutnya di Timtim.
> >
> > Namun jawaban kedamaian tidak pernah keluar, dan yang lebih
> > mengagetkan adalah seruan perang Xanana. Dengan sikap itu setiap
> > kemungkinan bisa terjadi, akibat seruan itu. ''Kita perlu lebih waspada
> > agar masyarakat tidak diganggu oleh kelompok tertentu,'' tegas
> > Tavares.
> >
> > Menurutnya sampai kapan pun bendera Merah Putih tidak akan turun
> > dari bumi Timtim. Biar pun ABRI ditarik, masyarakat pro integrasi
> > akan tetap mempertahankan wilayah dan Merah Putih di Timtim.
> >
> > Setelah upacara Komandan Aitarak Erico Guterres meminta
> > pasukannya siap menghadapi setiap rongrongan terhadap wibawa
> > Pemerintah RI di Timtim. Ditegaskan, rakyat Timtim sebenarnya sudah
> > bersatu. Tetapi karena ada penghinaan, bahwa integrasi hanya
> > berjuang bagi kepentingan pribadi, sehingga rakyat, akhirnya
> > menderita.
> >
> > Karena itu kelompok Aitarak yang bertugas di Dili harus meminta
> > tanggung jawab mereka yang selama ini menghianati integrasi. Mereka
> > yang selama ini hidup enak karena integrasi, kemudian berbalik
> > berkhianat, dan rakyat yang selalu menderita.
> >
> > ''Mereka ini harus ditindak bahkan ditangkap'' kata Eurico penuh
> > semangat. Eurico menunjuk keluarga Ir Mario Viegas Carrascalao
> > yang karena integrasi menjabat gubernur selama 10 tahun, tapi
> > sekarang dia berjuang untuk merdeka. (102/Rtr/S-20)

Kirim email ke