Hehe...coba kalo email ente ini disimpen lalu dibaca lagi sebulan
kemudian,
biar emosinya turun dulu, maka ente akan geli sendiri dengan nyang ente
tulis.
Temtunya folder 'Sent' jangan cepet-cepet dihapus.
Biar cepet nuruninnya, ente kasih katalisator:
- kenapa kok dibilang keterlaluan? Apakah karena tidak ada bukti?
  Lalu kenapa kalo menghujat tokoh non-reformis (pro status-quo) tidak
  apa-apa?
- Bukankah tokoh yg selalu minta bukti adalah Ghalib?
- Dasarnya yg sama itu dasar yang mana? Sama-sama subjektifkah?
- Apakah anda sudah demikian yakin bahwa rakyat sudah tidak buta
politik?
- Baru beberapa bulan yg lalu anda juga ikut sependapat bahwa memang
rakyat
  adalah tidak berdosa, mudah dibohongi, dll, sehingga perlu digerakkan
oleh
  mahasiswa tho? Pan katanya perlu ada program melek politik selain
program
  melek hukum? Kok berubah dengan tiba-tiba?
- Sejak kapan rakyat Indonesia demikian paham dengan politik? Dengan
belajar
  selama dua bulankah?
- Apakah hanya karena PDI-P untuk sementara menang lalu sudah dibilang
rakyat
  sudah melek politik? Atau karena peserta pemilu mencapai 114 juta?
  Bagaimana kalo sampai akhir perhitungan ternyata PDI-P kalah? Apakah
dapat
  disebut rakyat tidak buta lagikah?
- Standar apa biar tidak disebut sok tahu? Standarnya adalah sependapat
dengan
  sebagian besar suara di milis inikah? Bila tiba-tiba peserta milis
mempunyai
  opini senada dengan Mbak Yuni, apakah semuanya sok tahu? Ini skenario
lho...

Hehehe.... mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat
mengobati
penyakit cap 'sok tahu'. Ini ane mbikin pertanyaan karena ane ndak tahu
jawabannya.
Jadinya jelas bukan 'sok tahu'....hehehe....

Mangkane tho mas, ndukung parte ya ndukung aja. Ndak perlu kayak ndukung
Liverpool.
Lain soal kalo posisinya adalah pungsionaris parte. Ini ane cuman
ngingetin aja...
Diterima dg baik ya sukur, ndak diterima juga ndak apa-apa. Soale nyang
kayak
gini ini adalah bibit-bibit 'Mati-Urip Nderek Sukarno' dan 'Suharto
Bapak
Pembangunan'. Cuman ganti kulit aja.... (ular 'kali hehehe....)


Salam,
Jaya (serba ndak tahu, bukan 'sok ndak tahu' ataupun 'sok tahu')


'-------------------
Blucer Rajagukguk wrote:
>
> Mbak Yuni yang sok tahu....
> Ucapan anda yang menuduh bahwa Mega hanya dendam kepada Pak Harto menambah
> kesok-tahuan anda. Kritik anda bukan saja keterlaluan tetapi sangat subyektif,
> sehingga dengan dasar yang sama, saya sebutkan sekali lagi bahwa anda sangat sok
> tahu dengan menyatakan bahwa banyak rakyat yang masih buta politik.
>
> Budi Haryanto wrote:
>
> > Dear Yuni,
> >
> > Kalaupun memang benar nanti PDI-P yang memenangkan suara di Pemilu ini,
> > selayaknyalah kita bersyukur dan dapat menerimanya dengan lapang dada.
> > Betapapun, ini adalah gambaran dan pilihan bangsa kita secara keseluruhan.
> > Suka atau tidak suka, barangkali lebih baik kita ambil sikap positif.
> >
> > Kalaupun nanti Mega jadi presiden dan banyak pengikutnya menduduki kabinet
> > mendatang kita toh masih bisa melakukan kontrol terhadap hal-hal 'negatif'
> > seperti yang anda perkirakan. Beberapa partai besar akan menempatkan posisi
> > sebagai 'oposan' dan kita-kita serta masyarakat banyak sudah cukup
> > berpengalaman dalam berpolitik terutama dalam dua tahun terakhir ini,
> > sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin dilakukan pemerintah baru
> > tsb nantinya bisa dikontrol dan diingatkan.
> >
> > Bukankan ini justru menjadikan suasana yang demokratis dan konstruktif di
> > negara kita? Apapun partai yang menang dalam pemilu ini, akan memperbaiki
> > tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita, termasuk bidang ekonomi dan
> > sosial kemasyarakatan.
> >
> > Yakinlah bahwa kita telah melangkah maju, seperti juga saya meyakininya.
> >
> > Salam,
> > Budi
> >
> > At 10:52 PM 6/7/99 -0700, you wrote:
> > >Saya turut berduka dengan kondisi Indonesia, setelah membaca berita di bawah
> > >ini. Ini jelas-jelas bukti yang menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat
> > >Indonesia masih buta akan politik, mereka belum bisa membaca apa yang terjadi
> > >sebenarnya. Saa menyadari rakyat kita masih banyak yang berpendidikan rendah
> > >sehingga belum mampu berpikir panjang kecuali lebih banyak terpengaruh oleh
> > >nama besar seseorang.
> > >
> > >Saya tidak berani menyalahkan rakyat kalau sampai kondisi tidak berubah atatu
> > >memburuk dalam 5 tahun ini, tetapi Mega dan pengikutnya lah yang patut
> > diseret
> > >kepengadilan (kalau ada pengadilan politik he..he..) karena mereka memberikan
> > >harapan yang palsu.
> > >
> > >Saya kira kegigihan Mega untuk menjadi Presiden tidak berlandaskan
> > >keinginginannya untuk kemakmuran banga atau untuk demokrasi, akan tetapi
> > untuk
> > >membalas dendam suharto atas perlakuan yang diterima oleh bapaknya Sukarno.
> > >Kebetulan Suharto bertindak negatif terhadap bangsa Indonesia maka Mega
> > >mendapat angin.
> > >
> > >Semoga rakyat segera terbuka matanya dan dapat melihat sosok apa yang
> > >sebenarnya bersembunyi dibalik kesahajaan (menurut orang PDIP) saha maha
> > besar
> > >Mega. Saya tidak pernah bisa membayangkan apa jadinya Mega jika Mega bukan
> > >anak Sukarno, mungkinkah  dia dengan kemampuannya sekarang ini menjadi
> > >pemimpin bangsa??? Mungkin saja bagi negara yang semua rakyatnya buta dan dia
> > >sendiri yang melek..........hm........itu bisa jadi
> > >
> > >oppppppssssss sorry mbak Mega, kritikku keterlaluan, habis anda juga
> > >keterlaluan sih.
> > >
> > >Kalau Mega jadi presiden gue kena cekal nggak ya????????
> > >
> > >
> > >Salam hangat Yuni
> > >

Kirim email ke