>> Yw: Lha, ini apa ruginya? Situs Antara itu (dan harian-harian nasional/
>> internasional) isinya cuma berita. Ibarat koran, hari ini hangat,
>> selang nggak lama, akan jadi koran bekas. Jadi si hacker itu cuma
>> berhasil menghack koran bekas, jadi apa hebatnya? For obvious reason,
>> situs-situs yg isinya cuma gituan doang, nggak perlu capek-capek
>> diamankan seketat fort knox, lah yau. Biar nggak boros. Sebagaimana
>> koran bekas pun tidak perlu disimpan di safe deposit box... ;-)
>
>kalau saya sih lebih melihat bahwa idenya bukan 'koran bekas yang diambil
>maling',
Yw: Maksud saya, bukan koran itu diambil, Pak; tapi analoginya:
koran itu diubah-ubah isi beritanya, misalnya jadi super porno...
Apakah si penerbit koran rugi? Kan nggak. Kalopun itu usaha
memfitnah si penerbit koran, ya, nggak mempan juga. Orang kan
pasti tahu, bahwa koran indonesia, misalnya nggak akan bikin
berita super porno kayak gitu. Apalagi kalo yg orang tahu,
bahwa pemfitnahnya adalah simpatisan kelompok xyz, malah itu
menohok kelompok xyz sendiri...
>tapi lebih tepat kalau dianalogikan sebagai semacam 'mengganti
>taplak meja/mengganti seprai tempat tidur' di rumah orang lain.
>coba bayangkan jika anda mengalami seperti ini, pasti gusar kan ?
Yw: Wah itu malah namanya jasa baik. Di tempat saya, taplak meja
saya males banget ngegantiinnya; jadi kalo ada yg mengganti,
secara sukarela, tengkyu banget.
>padahal apa sih sebenarnya buat mereka esensinya mengganti taplak meja
>di rumah orang lain ?
Yw: Ya, karena nggak ada kerjaan yg lebih 'berharga'. Ini jelas sekali.
>tentunya adalah menunjukkan bahwa dia bisa masuk rumah kita seenaknya,
Yw: Apa hebatnya? Kita toh juga bisa masuk rumah kita seenaknya,
bahkan lebih enak dari dia. ;-)
>mengganti2 barang2 kita semaunya, dan pergi lagi, tanpa kita bisa apa2.
Yw: Isi situs-situs yg dihack itu bukan barang, sih; tapi informasi.
Dia ganti, ya diganti aja lagi. Nggak akan susah.
>mungkin memang tidak ada kerugian material, paling tidak, tidak terlalu
>signifikan-lah, tapi apakah ini berarti rumah kita tetap tidak usah dikunci
>kalau pergi kemana2 ?
Yw: Soal dikunci: pertama, ya emang dikunci, tapi kan nggak perlu
serapi fort knox. DAN, kalo anda mengunci tidak serapi fort knox,
somehow maling masih bisa masuk. Itu resiko. Kalo ternyata maling
masuk (sekali-sekali), dan yg kena cuma taplak meja doang (karena
itu rumah kosong, emang langka barang berharga), no big deal...
Kedua, situs-situs itu bukan ibarat meja makan di dalam rumah.
Itu ibarat lampu taman yg menerangi taman/jalan depan rumah.
Jadi ya seringnya nggak disimpen dikunci di dalam rumah
(di balik firewall, misalnya).
...
>saya rasa sih tidak seheboh itu kok, asalkan administrator-nya rajin baca
>berita security terakhir dan melakukan update pada servernya, dan tentunya
>melakukan hal2 yang memang standar dalam security server, saya rasa tidak
>akan banyak makan biaya. dan jelas lebih punya 'harga diri' dibandingkan
>dengan diam saja saat 'seprai tempat tidur' kita diganti2 orang lain
>seenaknya.
Yw: Ya, memang cukup segitu saja. Saya setuju.
Terus kalo sempat kecolongan sekali dua, ya nggak usah gusar,
tenang aja... ;-)
Lagi pula, argumen anda itu kan sama aja dg argumen saya,
cuma kambingnya diganti sama sprei. Gitu aja, kan?
Kambing betina kita diembat oleh dia,... yg seharusnya dia
nggak berhak. Kita mungkin rugi dikit (kambingnya ketularan
penyakit kotor misalnya), tapi sebenarnya khalayak tahu persis,
apakah kita yg direndahkan dg pengembatan kambing oleh dia,
ataukah dia yg lebih merendahkan dirinya sendiri seolah-olah di
dunia ini sudah tidak bisa dapetin manusia lain yg agak cantik dikit,
sehingga kambing betina pun diembat. Ha, ha... Walopun sebenarnya,
ya, kalo mereka kebeletnya sama kambing, kita nggak perlu ikut
campur... ;-)
Prinsipnya kan begini: gimana pun kita mengamankan resources kita,
kalo orang lain dasarnya pingin memfitnah kita. Pasti aja dia bisa
cari jalan utk memfitnah. Semua situs Indonesia ditutup, apakah
mereka akan kehabisan jalan utk memfitnah? Tidak.
Kita tidak perlu gusar, karena pada hakikatnya yg memfitnah itu
lebih hina dari yg difitnah. Itu menurut keyakinan saya.
Setuju tidak?
Oleh karena itu, poin utama saya: kita tidak perlu membalas
(memfitnah mereka). Alasannya ya itu tadi: yg memfitnah pada
hakikatnya tidak lebih baik dari yg difitnah. Kalo kita balas,
apa bedanya kita dg mereka?
Lain-lainnya sih cuma ilustrasi aja dan pelengkap. Bisa tepat,
bisa kurang tepat; tapi poin saya adalah itu. Kita tidak
perlu membalas. Kita perlu bersabar. Mudah-mudahan pada setuju. ;-)
>one more thing : detik.com tidak dicrack (bukan hack), justru detik.com yang
>memberitakan cracking massal di website2 indonesia
Yw: Saya contohkan detik.com, itu utk contoh situs yg updatenya
sering (yg otomatis, kalo ditembus, cepet ketahuan juga). Dan kalo
diupdate sama orang iseng, cepet ketutup sama update berikutnya.
Jadi nggak diganggu orang pun, dia emang diupdate terus-terusan.
Jadi ya, tambah 'aman' lagi.
...
>saya rasa para cracker itu juga tidak tertarik untuk tembus bank kok, ya
>kalau ada kesempatan pasti mereka nggak akan lewatkan, tapi tujuan utamanya
>bukan cari duit supaya kaya, melainkan mereka memang hanya kepingin
Yw: Bukan dalam arti mau nyuri duitnya, tapi mau bikin kaco.
Misalnya: orang ngobrak-abrik data rekening bank, dituker-tuker
datanya; atau ngobrak-abrik air-traffic control... etc.
Ybs. sih nggak untung apa-apa, tapi orang lain rugi besar.
Jadi sudah bukan fitnah lagi, tapi betul-betul serangan.
Nah, yg beginian, kayaknya hacker-cracker belum bisa (di Indonesia,
disebabkan karena sistem-sistem begituannya nggak nyambung ke net).
;-)