Perusahaan yang full business saja seperti BCA,
Danamon, Salim Group, dsb bisa rugi. Apalagi jika para
dosen dan profesor di PT disuruh cari bisnis untuk
menghidupi diri sendiri.

Paling gampang ya menaikan SPP.

Kalau sudah begitu tidak perlu lagi kita anggaran 20%
buat pendidiksan.

Tidak perlu ada Public Service. Semuanya dibisniskan.

Inilah kebijakan yang dipaksakan WTO kepada Indonesia.

--- aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Terima kasih mbak. Saya dapet gosipannya dari pak
> rektor sendiri mbakyu. ^_^ mungkin untuk tambahan
> justifikasi. Pa Rektor bahkan mengatakan di IPB
> adalah seperseratus biaya pendidikan mahasiswa di
> Jepang. Sehingga wajar kualitas pendidikan Indonesia
> agak rendah.
> 
> Beberapa kualifikasi yang mbakyu cantumkan tentang
> BHMN tepat sekali demikian adanya. Teori keluarnya
> sangat indah dibandingkan kenyataannya.  IKalau PT
> mikirin juga mencari sumber penghasilan lain
> misalnya dengan pembuatan mall dll bukankah
> pendidikan kita akan tersibukkan. Dosen cari
> objekkan, dll.
> 
> Kenyataan lain mau tidak mau, SPP memang naik meski
> dibumbui dengan kata-kata yang cantik.
> 
> Sejak dimanapun biaya pendidikan adalah
> tanggungjawab negara. Kalau sekolah dikomersialkan,
> lalu apa gunanya negara? saya iri dengan India yang
> memurahkan pendidikan. Dunia pendidikan kita
> mendidik kita untuk jadi buruh professional ahli
> yang murah dibandingkan diajak berpikir untuk
> mandiri. 
> 
> Kalau mbak adalah salah satu orang yang mengcreate
> kualifikasi itu, saya jamin mbak sangat paham kemana
> tujuan akhir dari UU BHP ini, bukan?
> 
> Saya mohon, bisakah kebijakan RUU BHP ini dievaluasi
> kembali sebelum semuanya terlambat? Saya tak bisa
> membayangkan mahalnya pendidikan kita,  siapa yang
> bisa kuliah nantinya, orang miskin makin miskin dan
> bodoh, makin terpuruknya Indonesia, serta makin
> terbudakkan SDM kita, plis. 
> 
> 
> 
> salam,
> aris
> 
> 
> 
> 
> 
> ndah maldiniwati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Kemunculan BHMN tidak lepas dr escape strategy
> pemerintah yg ingin 
> mengurangi beban APBN.  Seharusnya PT sebagai sebuah
> perusahaan 
> bukannya memebebankan biaya oprasionalnya kapada
> konsumennya 
> (mahasiswa) seharusnya dengan BHMN justru menjadi
> ajang kompetisi 
> berebut riset dgn bekerjasama dengan institusi luar
> shg menggenjot 
> pemasukan.  Kalo PT mensolusikan peningkatan
> pemasukan dengan 
> gencar2nya menaikkan tarif kuliah & mendirikan mall
> saya melihatnya 
> sebagai kebodohan kaum intelektual yg berjiwa
> kapitalis.
> 
> untuk penentuan ranking: wah denger gosip darimana
> mba?? saat saya 
> ikut tim untuk merumuskan indikator penilaian
> kompetensi PT di 
> Indonesia (bukan untuk meranking PT) yang akn
> digunakan sekjend DIKTI 
> & DPPKPM DIKTI kami mengambil acuan antara lain
> asiaweek dan guardian 
> uk.  kualitas PT dinilai dr proses input (kualitas
> mahasiswa yg 
> diterima)-proses-output(kualitas lulusan), dan dalam
> proses ada banyak 
> komponen penunjang proses (proses belajar, kualitas
> dosen, performa 
> keuangan, fasilitas kuliah, performa research).  BAN
> PT juga melakukan 
> penilaian untuk akreditasi dengan indikator2 yg
> kurang lebih sama.
> 
> Silahkan browsing sendiri kriteria2 yg digunakan
> untuk meranking PT di 
> diknasnya canada, amerika or ausy:
> BAN PT: http://dikti.go.id/ (masuk ke Badan
> Akreditasi Nasional)
> sekjend dikti:
> http://si.dikti.go.id/kinerja_rincipt/dirpt.php
> guardian:
>
http://education.guardian.co.uk/universityguide2005/0,,
> 1455246,00.html
> asiaweek:
>
http://www.asiaweek.com/asiaweek/features/universities2000/
> schools/multi.overall.html
> (lihat kriterianya dibawah list PT) 
> 
> Semoga bermanfaat
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah 
> wrote:
> >
> >   Dear All,
> >  HAri ini saya membaca sekilas Humaniora Kompas,
> mendebarkan rasanya 
> membayangkan nasib masa depan Perguruan Tinggi (PT)
> Indonesia. Akankah 
> pendidikan tinggi makin sulit diraih oleh
> putra-putri  kita?  
> >  
> >  
> >  Dalih internasionalisasi atau dalih mutu
> perguruan tinggi Indonesia 
> yang tidak masuk dalam 100 besar terbaik dunia, kita
> perlu 
> memprivatisasi? ataukah saya salah menyimpulkan apa
> yang dimaksud 
> dengan privatisasi PT?  CMIIW
> >  
> >  Saya pernah mendengar, salah satu kriteria
> penilaian 100 PT terbaik 
> dunia diantaranya adalah jumlah mahasiswa luar
> negeri yang kuliah di 
> sebuah PT minimal 30 persen dan kriteria lain adalah
> nominal SPP 
> (biaya kuliah) yang sangat mahal. Bila ini benar
> maka, kapan pun sulit 
> PT Indonesia masuk dalam 100 terbaik dunia. Bukan
> karena kualitasnya 
> kurang bermutu, tapi kriterianya yang mungkin sulit
> terjangkau. Apakah 
> ini disengaja atau tidak?
> >  
> >  Adakah kaitannya BHP dengan proyek World Bank-
> IMHERE-DIKTI?
> >  
> >  
> >  Salam prihatin Masa depan Pendidikan Indonesia,
> >  
> >  Dari orang yang Sayang Ama almamaternya.
> >  ____________________________________
> >  
> >  http://www.kompas.com/
> >  
> >  Baca: 
> >              
> >              BHP Identik Kapitalisme 
> >    Privatisasi Pendidikan   Cenderung Abaikan
> Keadilan Sosial
> >    Jakarta, Kompas - Sama halnya dengan   layanan
> kesehatan, sektor 
> pendidikan pun hendaknya dianggap sebagai hak dasar 
>  bagi setiap 
> warga negara di mana pemerintah wajib memenuhinya.
> Jika model   
> pelayanan di sektor tersebut sudah terjerumus pada
> privatisasi, 
> taruhannya   adalah pada generasi penerus bangsa. 
> >    "Privatisasi itu   memang berangkat dari konsep
> liberalisme dan 
> kapitalisme, di mana model   pelayanan sudah
> membidik segmen tertentu 
> demi perputaran modal," kata   Eko Prasojo, guru
> besar administrasi 
> publik dari Universitas Indonesia,   Kamis (5/10) di
> Jakarta. 
> >    Oleh karena itu, dia   menyarankan agar model
> pelayanan publik 
> untuk hak-hak dasar warga negara   lebih pantas
> dibenahi dengan 
> modernisasi ketimbang privatisasi. Ini  
> dimungkinkan karena 
> modernisasi lebih mementingkan layanan yang efisien
> tanpa   
> mengabaikan kondisi sosial ekonomi sebagian besar
> masyarakat. Adapun   
> privatisasi lebih berorientasi pada penghasilan
> tanpa mempertimbangkan 
>   kondisi sosial ekonomi masyarakat. 
> >    Ia mengingatkan, jika   pemerintahan Susilo
> Bambang Yudhoyono-
> Jusuf Kalla serius menargetkan   perbaikan indeks
> pembangunan manusia 
> (human development index/HDI), Rancangan  
> Undang-Undang Badan Hukum 
> Pendidikan (RUU BHP) hendaknya jangan sampai  
> terjerumus ke 
> liberalisasi dan kapitalisasi. 
> >    Sebagai alternatif untuk   model BHP, Eko
> menawarkan konsep badan 
> layanan umum (BLU), seperti tertera   dalam
> Undang-Undang Nomor 1 
> Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pasal   67
> UU tersebut 
> menyebutkan bahwa BLU dibentuk untuk meningkatkan
> pelayanan   dalam 
> rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
> kehidupan bangsa. 
> >    Secara terpisah, Direktur   Lembaga Swadaya
> Masyarakat untuk 
> Peningkatan Pendidikan Indonesia Ading   Sutisna
> berpendapat, untuk 
> menumbuhkan partisipasi masyarakat yang transparan  
> dan akuntabel di 
> tingkat satuan pendidikan, yang lebih dibutuhkan
> adalah BHP   berpola 
> public private partnership (PPP/kemitraan antara
> pemerintah dan   
> masyarakat), bukan privatisasi atau penswastaan. 
> >    "Pola ini lebih   sesuai dengan UU Sistem
> Pendidikan Nasional. 
> Pemerintah harus menuangkan dan   menjabarkan apa
> yang telah 
> diamanatkan pasal-pasal tersebut dalam RUU   BHP,"
> katanya. 
> >    Agar pengelolaan satuan   pendidikan tidak
> terjerumus praktik 
> free fight liberalism (semena-mena),   khusus untuk
> satuan pendidikan 
> yang modal dasarnya berasal dari pemerintah,   Ading
> menyarankan 
> pemerintah menetapkan biaya pendidikan (unit cost)  
> berdasarkan hasil 
> akreditasi atau wilayah di mana satuan pendidikan
> berada. 
> >    Ading menegaskan,   pemerintah harus membangun
> sistem pembiayaan 
> pendidikan yang berkeadilan   sosial. Bagi yang
> mampu harus membayar. 
> Bagi yang tidak mampu, pemerintah   wajib memberinya
> beasiswa. Jika 
> keuangan negara memungkinkan, beasiswa bisa   saja
> diberikan untuk 
> seluruh peserta didik. 
> >    "Besarnya   disesuaikan dengan unit cost yang
> telah dipatok," 
> tutur Ading. (NAR)
> >    RUU BHP: Kebijakan   Positif untuk Pacu Daya
> Saing 
> >    
> >    
> >    BANDUNG,   KOMPAS- Kebijakan otonomi kampus
> yang diatur dalam 
> Rancangan   Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan
> dipandang oleh 
> kalangan perguruan tinggi   swasta sebagai sebagai
> kebijakan positif. 
> Selain meningkatkan efisiensi   dan kinerja lembaga,
> otonomi kampus 
> yang dikelola secara kolegial di PTS   justru bisa
> meningkatkan daya 
> saing PTS dengan PTN.
> >    "Saya pikir, RUU BHP itu bagus adanya. Dalam
> rangka otonomi 
> kampus, sebuah   perguruan tinggi tentunya harus
> punya pengelolaan dan 
> manajemen yang efisien.   Melalui otonomis kampus,
> PT dikondisikan 
> untuk merubah manajemen pengambilan   keputusannya
> sehingga bisa lebih 
> cepat tetapi tetap akurat," ujar Pius   Suratman
> Kartasamita, mantan 
> Rektor Universitas Katolik Parahyangan, Senin  
> (2/10).
> >    Diakui Pius, dari kacamata kebijakan
> universitas, keberadaan 
> yayasan selaku   pengelola perguruan tinggi swasta
> selama ini 
> sangatlah dilematis. Di satu   sisi, yayasan menjadi
> penyokong utama 
> pendanaan termasuk manajemen sumber   daya manusia.
> Namun, di sisi 
> lain, keberadaannya secara tidak langsung dirasa  
> kerap membatasi 
> ruang lingkup kebijakan kampus.
> >     "Saya berpendapat, rektor semestinya perlu
> diberi wewenang lebih 
>   untuk menjalankan tugas yang diembannya. Jadi,
> tidak sebatas 
> akademik. Meski   demikian, wewenangnya bukanlah
> asal besar. 
> Melainkan, birokrasinya saja yang   dipermudah.
> Untuk itu, hubungan 
> kerja internal baik antara pengurus yayasan,   senat
> dan pimpinan 
> universitas haruslah dipermudah," ujarnya.
> >    Dikonfrimasi dalam kesempatan yang sama, Rektor
> Unpar yang baru 
> Cecilia   Lauw Giok Swan mengatakan, Unpar masih
> memiliki waktu yang 
> cukup banyak untuk   mengantisipasi disahkannya RUU
> BHP dengan 
> melakukan perubahan struktur   organisasi. Namun,
> perubahan struktur 
> organisasi itu diharapkannya hanya   terjadi di
> tubuh senat 
> universitas dan pengurus yayasan agar tidak
> mengganggu   kinerja 
> akademik.
> >    Diminat pendapatnya mengenai opsi-opsi yang
> akan dipilih pihak 
> yayasan   apakah akan meleburkan diri atau menunjuk
> lembaga teknis 
> baru, Ketua Umum   Pengurus Yayasan Unpar Prof
> Kusbiantoro menjawab, 
> "Secara prinsip, kami siap   dan tidak ada masalah
> dengan opsi 
> manapun. Itu sudah kami antisipasi dari   awal.
> Namun, secara 
> kelembagaan, karena masyarakat kampus ini sifatnya  
> kolegial, putusan 
> akhir harus dibahas bersama," ujarnya.
> >    Dorong daya saing
> >    Terkait persoalan ini, Ketua Asosiasi Perguruan
> Tinggi Swasta 
> wilayah Jawa   Barat Didi Turmudzi menegaskan,
> keberadaan RUU BHP 
> sebetulnya tidak akan   menjadi masalah bagi yayasan
> maupun 
> eksistensinya. Selama, itu dilandasi   prinsip
> kolegialitas dan tidak 
> didasari kepentingan individu pengelola   yayasan.
> >    "Kalau yayasannya milik indivindu, itu bisa
> jadi persoalan. Ada 
> baiknya, opsi-opsi   itu dirundingkan secara bersama
> dengan menurunkan 
> ego masing-masing. Untuk   memilih opsi, ada baiknya
> jika disesuaikan 
> dengan AD/RT (statuta)   masing-masing PT. Jadi,
> dipilih yang paling 
> relevan dan memungkinkan," ucap   Rektor Universitas
> Pasundan ini.
> >    Keberadaan RUU BHP, tambahnya, justru bisa
> memberi keuntungan 
> bagi PTS.   Dicabutnya subsidi khusus pendidikan
> bisa mendorong daya 
> saing PTS terhadap   PT Negeri. Apalagi, PTS,
> terutama yang besar, 
> sudah terbiasa mandiri untuk   mencari sumber-sumber
> keuangan.(jon)   
> >             
> >         
> >   
> >  Baca Juga Proyek IMHERE DIKTI:
> >  
> > 
>
http://www.imhere-dikti.net/imhere_files/downloads/BAB-II.
> pdf#search=%22imhere%20dikti%2
> > 
> > The great job makes a great man
> >   pustaka tani 
> >   nuraulia
> > 
> >    
> > ---------------------------------
> > Stay in the know. Pulse on the new Yahoo.com. 
> Check it out. 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been
> removed]
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat
> Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in
> Commonality & Shared Destiny.
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA
> (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg
> akan dikomentari.
> 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
> 4. Satu email perhari:
> [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only:
> [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email:
> [EMAIL PROTECTED]
>  
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> The great job makes a great man
>   pustaka tani 
>   nuraulia
> 
>               
> ---------------------------------
> Do you Yahoo!?
>  Everyone is raving about the  all-new Yahoo! Mail.
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke