Kita ini baru belajar Demokrasi. Jadi, meski saya bingung sbtulnya 
kok ginian aja dimasalahin ama BUI, ini merupakan resiko. ORang 
DPRDnya aja gak siap tuk menjawab dan gak siap tuk berdemokrasi ria. 

Kalo saya orang DPRD, saya sih akan jawab apa adanya ini emang bukan 
budaya tradisional kota Pontianak. 

Di sisi lain saya juga bingung ama orang Tionghoa. Kalo dah mau jadi 
WNI, ya udah lah gak usah pula membesarkan bduaya Tionghoa.

He..he..saya sendiri ada keturunan Tionghoa lho! Tapi udah jauh 
melebur menjadi orang Indonesia. Bahkan saya masih ingat nama 
Tionghoa ibu saya.

So, jalan keluarnya mungkin...memang butuh waktu lama 
untuk 'mengajari' orang Tionghoa akan kesadaran dan konsekwensi 
menjadi WNI. Tapi gak usah pake cara preman deh. Mungkin sekarang 
ini, bdaya Tionghoa itu bisa dijadikan suatu sumber untuk menarik 
wisatawan ke Pontianak?? he..he..dijadikan ladang duit. Biar budaya 
Pontianak ikut bangkit juga. 

wassalam,
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "mediacare" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: Andreas Harsono 
>   To: andreas harsono ; [EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: Thursday, January 17, 2008 6:33 PM
>   Subject: [pantau-komunitas] Barisan Umat Islam Mempertanyakan 
Organisasi Tionghoa di Pontianak
> 
> 
>   Pontianak Pos, Selasa, 8 Januari 2008
> 
>   Massa BUI Datangi DPRD Kota
>   Minta Jawaban Surat Mereka
> 
>   Pontianak,- Sebanyak 50 orang yang tergabung dalam Barisan Umat 
Islam
>   Kalbar mendatangi kantor DPRD Kota Pontianak, Senin (7/1) pukul 
11.00 WIB.
>   Mereka mempertanyakan jawaban dan tanggapan dari surat yang 
dikirim ke DPRD
>   Kota Pontianak pada 2 Januari lalu.
> 
>   Kedatangan massa ini dipimpin Ketua Barisan Umat Islam Kalbar, 
Gusti
>   Suryadharma. Kedatangan mereka disambut Wakil DPRD Kota 
Pontianak, Hartono
>   Asas, Ketua Komisi B DPRD Kota Pontianak, Ali Akbar, Ketua 
Komisi A DPRD
>   Kota Pontianak, Idul Adha, dan beberapa anggota DPRD Kota 
lainnya.
> 
>   Saat tiba di gedung DPRD Kota Pontianak, massa langsung dibawa 
masuk ke
>   ruang rapat paripurna DPRD Kota Pontianak. Di sana, massa yang 
diwakili
>   Gusti Suryadharma langsung menyampaikan aspirasi mereka.
> 
>   ²Sebelumnya kita telah mengirimkan surat ke DPRD Kota Pontianak. 
Surat
>   tersebut diterima pada 2 Januari. Makanya sekarang kami ke sini 
untuk
>   meminta jawaban,² ujar Gusti Suryadharma.
> 
>   Menurut Gusti, surat tersebut berisikan pertanyaan tentang 
budaya Tionghoa
>   di Kota Pontianak. Surat tersebut juga mempertanyakan legalitas 
Majelis Adat
>   Budaya Tionghoa (MABT).
> 
>   ²Kami hanya mempertanyakan apakah budaya Tionghoa tersebut 
berasal dari adat
>   budaya tradisional Kota Pontianak? Kami mohon jawaban dari DPRD 
Kota
>   Pontianak,² kata Gusti.
> 
>   Pertemuan massa ini sempat tegang. Dikarenakan Gusti Suryadharma 
sempat
>   menggebrak meja. Beberapa anggota dewan yang hadir pun langsung 
berdiri dan
>   meminta Gusti Suryadharma untuk menghormati pertemuan tersebut. 
Beruntung
>   selama beberapa lama situasi pun tenang kembali. Ketua Komisi A 
DPRD Kota
>   Pontianak, Idul Adha pun segera menjawab pertanyaan massa 
tersebut.
> 


Kirim email ke