http://www.equator-news.com/index.php?mib=berita.detail&id=13712


 
Senin, 15 Februari 2010 , 05:17:00


Perayaan Imlek Berlangsung Aman



 
Walikota Singkawang memukul tambur sebagai tanda dimulainya Festival Imlek 2561 
dan Cap Go Me, Sabtu (13/2) malam di Lapangan Sepakbola Kridasana Singkawang. 
(FOTO : Indra Nova Jatra Kusuma/Equator)



KALBAR. Malam pergantian Tahun Baru Imlek 2561 di berbagai kabupaten/kota 
se-Kalbar berlangsung meriah. Di Kota Pontianak terpusat di kawasan pecinaan 
Jalan Gajahmada dan Tanjungpura. Sedangkan di Kota Singkawang disusul dengan 
festival Imlek dan Cap Go Meh. 

Suasana malam perayaan Tahun Baru Imlek, Sabtu (13/2) di Kota Singkawang 
dipusatkan di Lapangan Sepakbola Kridasana. Kondisi semua ruas jalan tampak 
macet. Maklum saja, perayaan Imlek kali ini bertepatan dengan Hari Valentine.

Bunyi letusan kembang api di udara menggema setiap menit. Selain itu ada juga 
yang bermain naga, tapi konsentrasi warga lebih banyak mengarah ke Lapangan 
Kridasana karena di lokasi tersebut dilaksanakan pembukaan Festival Cap Go Meh 
oleh Walikota Singkawang, Hasan Karman. tak hanya dikunjungi warga lokal, tapi 
juga banyak dikunjungi para wisatawan dari luar yang tak ingin melewatkan 
kegiatan budaya Tionghoa ini.

Festival yang dilaksanakan selama dua minggu itu akan menampilkan banyak acara 
di antaranya hiburan, stand-stand serta menampilkan lampion raksasa dan kue 
keranjang terbesar yang rencananya akan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia 
(MURI). Tak ayal lagi warga pun menyemut masuk ke lapangan untuk menonton 
berbagai pertunjukan.

Semakin malam, jalan raya semakin sepi. Lewat tengah malam, satu persatu warga 
Tionghoa dari berbagai usia memadati kelenteng untuk melakukan ritual 
sembahyang. Pantauan Equator, kelenteng tertua di Kota Singkawang, Vihara Tri 
Dharma lebih banyak dikunjungi. Ratusan warga Tionghoa memadati vihara tersebut 
dan melakukan sembahyang untuk mendapatkan kesuksesan dan keselamatan di tahun 
macan emas ini.

Salah seorang warga Siao Fong, 40 mengatakan setiap tahunnya selalu melakukan 
ritual sembahyang. "Kami melakukannya di kelenteng ini sekitar pukul 2 pagi dan 
itu rutin setiap tahun," katanya. 

Di Kota Pontianak, perayaan Imlek terpusat di Jalan Gajahmada dan Tanjungpura. 
Dua kawasan ini, kepadatan mulai terasa sejak Sabtu malam (13/2). Ribuan warga 
Tionghoa terlihat berdatangan ke sejumlah kelenteng yang ada di daerah ini 
untuk melaksanakan ritual sembahyang.

Menjelang tengah malam masyarakat yang datang semakin banyak. Mereka tidak 
hanya berasal dari warga Tionghoa, tapi juga dari etnis lainnya. "Kami sengaja 
datang ke sini (Gajah Mada, red) untuk melihat perayaan imlek," ucap Nuriyati, 
salah seorang warga Parit H Husin II kepada Equator saat berada di kawasan 
Gajah Mada, Sabtu malam.

Meski bukan warga Tionghoa, namun wanita yang akrab dengan sebutan Nury ini 
tidak ingin ketinggalan menyaksikan perayaan tahun baru Imlek di Kota 
Pontianak. "Mumpung malam Minggu, jadi sekalian aja liat perayaan imlek di 
sini," ujarnya.

Bagi warga Tionghoa, Imlek merupakan hari besar yang sering diperingati dengan 
aneka ragam kegiatan unik. Mulai ritual sembahyang tahun baru, pesta kembang 
api, permainan naga dan barongsai, tatung, serta kegiatan-kegiatan unik lainnya.

Khusus untuk pesta kembang api, kawasan Jalan Gajahmada dan Jalan Tanjungpura 
menjadi pusat perhatian masyarakat. Beragam jenis kembang api mulai ditembakkan 
sejak petang hingga menjelang pagi. 

Letupan kembang api yang bersahutan serta warna-warni cahaya yang 
dipancarkannya menjadi pemandangan indah yang tak boleh dilewatkan. "Kembang 
apinya bagus. Sayangnya kalau mau bepergian ke daerah ini susah. Kendaraan 
padat," kata Nury.

Sejak malam tiba, letupan kembang api mulai membahana di udara. Jalan Gajah 
Mada pun macet akibat ramainya warga yang ingin menyaksikan langsung pesta 
kembang api itu. Aparat keamanan pun harus bekerja ekstra keras mengatur lalu 
lintas yang padat. Sehingga beberapa ruas jalan harus diblokir untuk 
menghindari kemacetan yang sangat parah.

Hampir setiap gang di Jalan Gajah Mada menyalakan kembang api. Sehingga 
langit-langit Kota Pontianak dihiasi percikan-percikan api yang beraneka ragam. 
Decak kagum, tepung tangan dan lainnya pun terdengar dari para pengunjung yang 
tidak hanya dari etnis Tionghoa.

Kesempatan yang hanya satu tahun sekali dalam satu tahun di Pontianak tersebut, 
dimanfaatkan para pengunjung untuk mengabadikan pesta kembang api itu. 

Berbagai cara ditempuh untuk mengabadikan moment tahunan tersebut, di antaranya 
dengan menggunakan handycam, tustel digital dan paling banyak mengabadikannya 
dengan handphone kamera.

Salah seorang pengunjung, Desi mengungkapkan, sepertinya kali ini lebih ramai 
dari tahun sebelumnya. "Karena tidak hanya Jalan Gajah Mada yang dipadati 
warga, tetapi juga jalan-jalan lainnya," ungkapnya. 

Tahun ini lebih ramai, menurut Desi, mungkin bertepatan dengan malam Valentine 
Days dan malam Minggu. "Mungkin ini penyebab yang membedakannya dengan Imlek 
tahun lalu," katanya.

Sekitar pukul 00.15 barulah pesta kembang api itu berakhir. Para pengunjung pun 
mulai beranjak meninggalkan Jalan Gajah Mada. Arus kendaran bermotor baik roda 
dua maupun roda empat berjalan perlahan meninggalkan pusat pesta kembang api 
itu.

Di Sanggau, perayaan Imlek juga berlangsung meriah bertabur warna-warni kembang 
api di udara di setiap sudut kota berjuluk Putri Daranante ini. Malah diisi 
juga dengan berbagai pertunjukan seni budaya Tionghoa di halaman Pekong 
Sanggau. 

Ketua Majelis Budaya Tionghua (MABT) Sanggau Ir Konggo Tjintalong Tjondro 
mengungkapkan, perayaan imlek kali ini akan menampilkan berbagai kesenian 
budaya Tionghoa. Perayaan kali ini juga dimeriahkan pertunjukan pesta kembang 
api yang menjadi momen dinanti-nantikan oleh masyarakat Tionghoa dan juga 
masyarakat Sanggau umumnya. "Pelaksanaan malam tahun baru Imlek kali ini akan 
kita isi dengan malam panggung hiburan pergantian tahun," ungkapnya.

Pada perayaan kali ini, MABT Sanggau mengambil tema; Dengan Keberagaman Budaya 
kita Tingkatkan Keharmonisan dalam Etnis. "Yang kita harapkan dari perayaan 
imlek kali ini adalah terus terjali dengan erat rasa kebersamaan serta 
keharmonisan di Kabupaten Sanggau," ungkap Konggo.  

Menurut mantan anggota DPRD Sanggau periode 2004-2009 ini, kebersamaan dan 
keharmonisan menjadi modal dasar bagi seluruh masyarakat Sanggau tidak 
terkecuali warga Tionghoa yang hidup di dalamnya, untuk maju bersama membangun 
daerahnya.

Pasar Lengang
Sepanjang siang kemarin, Kawasan Jalan Gajah Mada, Tanjungpura hingga kawasan 
Kompleks Pasar Sudirman terlihat lengang. "Banyak tokoh yang tutup. Saya sampai 
kesulitan belanja," kata Juniarmi, salah seorang warga asal Kabupaten Sekadau 
saat berkunjung ke pasar Sudirman, kemarin.

Untuk pakaian, lanjut Juniarmi, sebagian pedagang memang masih ada yang 
berjualan. "Tapi khusus untuk barang-barang kelas toko, sangat sulit dicari. 
Saya bahkan belum ada lihat toko penjual sepatu yang buka," ucapnya.

Pantau Equator di lapangan, banyak pedagang yang menutup tokonya. Untuk kawasan 
pasar Sudirman saja, hanya sekitar 15 persen saja toko yang berada di kawasan 
tersebut masih buka.

"Mereka lagi Imlek. Mungkin tiga hari ke depan baru buka," kata Manto, salah 
seorang pedagang pakaian yang mangkal di pasar Sudirman, menjawab Equator soal 
banyaknya toko yang tidak beroperasi di kawasan tersebut. 

Hal yang sama juga terjadi di Kota Sintang. Toko-toko terlihat tutup, demikian 
pula dengan supermarket. Bahkan, sehari sebelumnya para pemilik usaha telah 
menutup usahanya. Eloknya, kali ini menyambut perayaan Imlek. Bertempat di 
kawasan pasar Sungai Durian, dilaksanakan pesta kembang api. Selain itu, 
beberapa Pekong atau kelenteng dihiasi dengan berbagai lampu, sehingga membuat 
suasana semakin semarak.

Menjelang perayaan Imlek, tak ada aksi 'serbu' pasar. Layaknya menjelang 
perayaan hari besar lainnya. Kondisi pasar di Kota Sintang relative sepi. Warga 
Tionghoa di kabupaten ini kebanyakan memilih menuju pekong atau kelenteng untuk 
melakukan sembahyang. Kendati demikian, ada pula yang menyambangi sanak-saudara 
untuk melakukan saling bermaafan pada hari yang menurut kepercayaan agama 
Kongchucu penuh rahmat dan kemuliaan tersebut.

Sementara di Klenteng atau Pekong Hati Mulia, terletak di kawasan Sungai 
Durian, Sintang terdapat lilin ukuran besar atau raksasa. Dan pemandangan ini, 
beda dari perayaan-perayaan tahun sebelumnya

Kondusif
Meski menyedot perhatian banyak masyarakat, namun perayaan malam pergantian 
tahun baru Imlek berjalan kondusif. Tak ada laporan gangguan keamanan yang 
terjadi. "Hingga hari ini (kemarin, red) situasi keamanan sangat kondusif," 
ucap AKBP Drs Suhadi SW MSi, Kabid Humas Polda Kalbar kepada Equator, tadi 
malam.

Situasi kondusif yang dimaksud Suhadi ini tidak hanya untuk Kota Pontianak. 
Perayaan malam tahun baru Imlek di kota-kota lainnya juga berjalan dengan aman. 
"Hanya saja di Kota Singkawang ada dua kasus kecelakaan yang terjadi. Dari dua 
kasus itu, satu korban meninggal, dan empat lainnya menderita luka-luka," 
tukasnya. (ova/sry/dri/dik) 
 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke