http://www.antaranews.com/berita/1267528412/pengamat-dpr-tunjukkan-sikap-tidak-elegan

Pengamat: DPR Tunjukkan Sikap Tidak Elegan
Selasa, 2 Maret 2010 18:13 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 
Pontianak (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia Wilayah 
Kalimantan Barat Drs Gusti Suryansyah Msi mengatakan bahwa kericuhan dalam 
Sidang Paripurna DPR di Jakarta, menunjukkan sikap yang tidak elegan dari 
sejumlah anggota DPR RI.

"Mereka yang protes seharusnya mematuhi keputusan Badan Musyawarah DPR RI. 
Kenapa harus memaksa satu hari," kata Gusti Suryansyah di Pontianak, Selasa.

Ia menambahkan, fraksi yang sudah mempunyai sikap di Pansus Century terutama 
mengenai pihak yang patut bertanggung jawab seharusnya tidak perlu takut kalau 
Sidang Paripurna tetap dua hari.

"Itu lebih elegan dibanding memaksakan kehendak," kata dia.

Menurut Gusti Suryansyah, anggota DPR RI telah memberikan contoh yang kurang 
bagus dalam etika berpolitik.

"Hal ini memberi preseden buruk ke masyarakat bahwa ada kecenderungan 
memaksakan diri," katanya.

Sementara Dra Roslina, psikolog senior Kota Pontianak mengatakan, rasa malu 
hilang ketika seseorang sudah melebur bersama kelompoknya sehingga terkadang 
melakukan aksi yang tidak terkontrol.

"Karena sudah membawa nama kelompok, dari sudut pandang psikologi massa, 
identitas diri hilang," kata Roslina yang juga bertugas di Badan Pemberdayaan 
Perempuan, Anak, Masyarakat dan Keluarga Berencana Provinsi Kalbar.

Roslina melanjutkan, kalau membawa nama pribadi perilaku seseorang akan lebih 
terkontrol.

Ketua DPR RI, Marzuki Alie kewalahan mengatasi `perang interupsi` yang mewarnai 
Rapat Paripurna Dewan saat Ketua Pansus Angket Kasus Century Idrus Marham usai 
menyerahkan laporan kerja Pansus.

Roslina mengaku kurang mengikuti perkembangan penanganan kasus Bank Century 
karena merasa bosan dengan situasi polit

Ketua DPR RI Marzuki Alie kewalahan mengatasi `perang interupsi` yang mewarnai 
Rapat Paripurna Dewan saat Ketua Pansus Angket Kasus Century Idrus Marham usai 
menyerahkan laporan kerja Pansus.

Karena banyaknya anggota yang memaksakan diri untuk menyatakan pendapatnya, 
akhirnya Marzuki Alie tanpa mendengar pernyataan-pernyataan anggotanya, 
langsung mengetuk palu menutup sidang itu tepat pada pukul 12.30 WIB.

Situasi ini memancing emosi sejumlah anggota, salah satu di antaranya langsung 
merangsek ke podium dan membanting sebuah benda di depan Marzuki Alie, 
sementara lainnya meneriakkan kata-kata: "pimpinan sidang tidak demokratis".

"Perang interupsi" terjadi antara lain karena beberapa anggota tidak setuju 
dengan keputusan menjadikan rapat paripurna itu berlangsung dua hari, sementara 
lainnya mendukung keputusan Badan Musyawarah (Bamus) mengenai hal tersebut.

Selain itu, "perang interupsi" terjadi karena banyak pihak menghendaki tidak 
usah lagi ada pandangan fraksi, karena sudah tertampung semuanya pada laporan 
kesimpulan akhir Pansus, sehingga tidak perlu lagi ada kelanjutan paripurna 
hari Rabu besok.

(T011/S026)


+++++
http://www.antaranews.com/berita/1267528079/polisi-paksa-mundur-demonstran-di-dpr

Polisi Paksa Mundur Demonstran di DPR
Selasa, 2 Maret 2010 18:07 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 

Pengunjuk rasa melempar batu ke arah gedung DPR/MPR yang dibalas dengan 
semprotan water canon oleh aparat saat unjuk rasa kasus Bank Century, Jakarta, 
Selasa (2/3). (ANTARA/Fanny Octavianus)Jakarta (ANTARA News) - Ratusan petugas 
kepolisian memaksa massa pengunjuk rasa mundur menjauhi Gedung DPR di Jl Gatot 
Subroto Jakarta, Selasa petang, menyusul beberapa kali bentrokan polisi dan 
pengunjuk rasa ditengah rapat paripurna wakil rakyat mengenai kasus Bank 
Century.

Petugas kepolisian memaksa mundur massa dengan menyemprotkan air melalui 
kendaraan water canon untuk ketiga kalinya.

Setelah itu, dalam jarak sekitar 500 meter dari depan gedung DPR ke arah Taman 
Ria Senayan, sebanyak 500 lebih polisi maju berjaga-jaga menghadang massa yang 
terus berorasi.

Sebelumnya, para pengunjuk rasa sempat memberi perlawanan dan memaksa polisi 
mundur dengan melempari polisi menggunakan batu dan kayu.

Ratusan pengunjuk rasa yang terdiri dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia 
(GMKI), Aliansi Mahasiswa Nusantara, Front Indonesia Semesta, Front Aksi 
Mahasiswa (FAM) UI, Forum kota (Forkot), Front Aksi Mahasiswa Trisakti, dan FAM 
Universitas Mpu Tantular tersebut kemudian kembali dipaksa mundur oleh polisi.

Sejauh ini sudah lima orang dikabarkan telah ditangkap polisi yang diduga 
sebagai provokator.

Hingga berita ini diturunkan, ratusan personel polisi tetap berjaga-jaga dalam 
jarak sekitar 500 meter dari gerbang DPR ke arah Taman Ria Senayan, disertai 
dengan dua kendaraan lapis baja water canon.

Sementara itu, sebagian besar pengunjuk rasa perlahan-lahan juga telah 
membubarkan diri.

Baca Juga
  a.. Pengamat: DPR Tunjukkan Sikap Tidak Elegan
  b.. Depan Gedung MPR/DPR Mulai Sepi Demonstran
  c.. Jusuf Kalla Sayangkan Kericuhan di DPR
  d.. Dua Demonstran MPR/DPR Diamankan
  e.. Kericuhan di DPR Tak Cerminkan Jatidiri Bangsa






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke