Ass. WW.

Telah lama saya perhatikan cara berdiskusi Mamak kita yang satu ini kok
begini ya. Selalu menuduh,  mencari masalah dan bersifat sinisme dan sering
komen-komen yang tidak enak dibaca lah. Paham Wahabilah, berbudaya Arablah
atau selalu lari konteks yang ada, dan tidak berdasar. Saya perhatikan saat
berdiskusi dengan Sanak Rahima, begitu juga. Berdiskusilah dengan cara yang
menyejukkan Mamak, berhentilah mengeluarkan kata-kata sinisme. Ini sekarang
sudah tahun 2004, sudah banyak perubahan. Benar juga kata orang "Menjadi tua
itu suatu kepastian, tetapi menjadi dewasa belum tentu". Ini hanya kritikan,
bukan bermaksud melecehkan atau menyinggung, syukur-syukur kalau dapat
diterima. Kalau tidak, nggak apa-apa juga. Mohon maaf sebelumnya.

Wassalam
Marven
-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of basrihasan
Sent: 17 Februari 2004 1:16
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
Subject: Re: Re[2]: [EMAIL PROTECTED] Sentuhan Kepemimpinan ( 2 )


Apa itu bukan berarti St Sinaro mau memaksakan paham keimanannya pada orang
lain?
Dan pandangan itu bisa berubah dari waktu ke waktu? Jujur aja, apa anda
menganggap
Syiah itu bukan Islam?
Salam

SBN
----- Original Message -----
From: "Sutan Sinaro" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, February 16, 2004 4:30 PM
Subject: Re[2]: [EMAIL PROTECTED] Sentuhan Kepemimpinan ( 2 )


>
> --- Adrisman Yunus <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Assalamu'alaikum wr.wb.
>
> Wa'alaikum salam sanak Ad.
>
>     Saya akhir-akhir ini agak sibuk sedikit, tapi
> saya coba juga sedikitnya memberikan penjelasan.
>    Sanak Ad sudah dapat memilah-milah, kita berbicara
> dalam konteks apa ?. Di sinilah letak bedanya.
> Demokrasi tidak pernah mengenal batasan dimana harus
> dilakukan demokrasi, bahkan sampai kepada benturan hak
> azasi mereka tetap bertahan dengan demokrasinya.
>
> > Eh kita bicara dalam konteks apakah ini...?
> > Saya setuju kalau kita berbicara tentang keimanan
> > dan ketauhidan bahwa tak ada kata demokrasi untuk
> itu...
>
>   Cobalah bertanya pada orang-orang yang pro demokrasi
> dan yang paham demokrasi. Apakah ada batasan dalam
> demokrasi ?. Pasti mereka menjawab tidak.
> Apakah soal keimanan tidak boleh dilakukan demokrasi.
> Pasti mereka menjawab boleh dan malah harus karena
> menyangkut hak azasi.
> Di sinilah bedanya.
>
> > We have to agree, no matter what. Bahwa Allah itu
> > Esa dan Nabi Muhammad rasulnya Allah...
>
>   Bagi orang-orang pro demokrasi tidak ada kata
> seperti
> itu. Karena keyakinan adalah kebebasan semua orang.
>
> > Seingat saya setelah nabi wafat, sewaktu mencari
> > pengganti yan...... sejak umar,
> > usman, ali. Selalu melalui proses pemilu..., artinya
> > calonnya lebih dari satu.
>



____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke