Muhammad Arfian writes:

Assalaamuâalaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu

Wa 'alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh,


Sebelumnya saya mohon maaf karena e-mail ini panjang namun saya berharap semoga ada manfaatnya.

Kita diajak untuk merenungkan kembali tentang makna
syahadatain yang kita ucapkan, tauhid-tauhid yang perlu dikenal (di PKS
diajarkan tauhid rububiyah, tauhid ilahiyah dan tauhid mulkiyyah).

Tauhid mulkiyyah bukankah sudah termasuk ke dalam tauhid uluhiyah? Kenapa harus dipisahkan?


Bagaimana dengan tauhid asma' wasshifat? Bukankah itu termasuk tauhid yang ditolak orang-orang kafir seperti dahulu kafir Quraisy menolak nama Ar-Rahman? Bukankah tauhid ini yang membedakan ahlussunnah wal jamaah dengan golongan-golongan yang meniadakan, menakwilkan, menyerupakan atau tidak menetapkan sifat-sifat Allah seperti mu'tazilah atau jahmiyyah?

Selain itu, saya pribadi kok kurang melihat isu aqidah dalam kampanye-kampanye PKS. Kenapa sepertinya memprioritaskan bersih dan peduli? Bukankah isu tersebut sama saja dengan promosi partai lainnya bahkan katakanlah - maaf - PDS?

Materi-materi ini dilanjutkan dengan materi-materi mahabbatullaah (cinta
Allaah), al-wala' wa al-bara' (loyalitas kepada Allaah SWT dan berlepas > diri
dari kemungkaran)

Bagaimana sikap PKS terhadap orang-orang yang berpaham 'nyeleneh' dan menyebarkannya (ahlul bid'ah bukan pelaku bid'ah karena tidak tahu)? Bagaimanakah bentuk bara' ke mereka?


Saya pribadi setuju bahwa aqidahlah adalah yang terpenting bagi
keselamatan kita di dunia dan akhirat, dan itu adalah prioritas utama PKS.

Benar, perilaku bersih dan peduli serta perbuatan baik lainnya hanya akan diterima jika didasarkan aqidah yang lurus. Itulah kenapa saya ingin tahu program PKS untuk membersihkan kesyirikan dalam masyarakat.


Siapakah yang akan selamat, muslim yang aqidahnya lurus namun berpemimpin zhalim ataukah muslim yang aqidahnya sesat namun berpemimpin adil?

Sepengetahuan saya PKS ingin menegakkan syari'at Islam secara syumul dan
kaffah, dalam koridor ahlussunnah wal jama'ah, berdasarkan Al-Qur'an dan
hadits Rasulullaah SAW seperti yang dicontohkan para salafusshalih.

Semoga PKS sungguh berada dan dijaga dalam koridor tersebut namun tentunya harus dibuktikan kegiatan-kegiatannya.


PKS bukanlah kelompok orang-orang seperti yang sanak sebutkan dalam pertanyaan kedua itu.

Seperti saya tanyakan di atas, bagaimanakah sikap PKS terhadap orang-orang tersebut?


Bagi PKS, penegakan syari'at Islam bukanlah hanya slogan tanpa diikuti
pemberian teladan yang baik (qudwatul hasanah).

Dan Rasulullah-lah sebaik-baik teladan.


Secara formal, PKS mengusulkan pelaksanaan Piagam Madinah, yang
dipraktekkaan Rasulullaah SAW ketika beliau datang ke Madinah dengan para
penganut agama lain. Prinsipnya agar para penganut agama menjalankan
agamanya masing-masing dengan benar, walaupun kemudian kita mengetahui hanya syari'at Islam yang benar-benar bisa dijadikan pedoman hukum bermasyarakat karena komprehensifnya ajaran Islam.

Apakah masyarakat kita dapat menjalankan Piagam Madinah tersebut jika belum bersih dari kesyirikan?


Kepada orang-orang atau kelompok yang masih mengaku Islam PKS dan
tokoh-tokohnya akan terus berusaha menyampaikan da'wah Islam yang benar,
karena adalah hak mereka untuk mendapatkan syi'ar Islam tersebut, tetapi
kalau mereka tidak mau menerima da'wah tauhid yang benar, tidak ada hak bagi PKS maupun tokoh-tokohnya memaksakannya. Itulah saya kira komunikasi yang dilakukan kepada mereka. Di lain pihak tokoh-tokoh PKS juga mencegah penyebaran ajaran-ajaran seperti itu, seperti misalnya Ustadz Daud Rasyid yang mengkritik secara keras pemahaman Islam Liberal (bisa dicari di majalah Sabili edisi lama) dsb-nya. PKS saya kira tidak pernah memberikan pembenaran terhadap kelompok-kelompok yang sanak sebutkan.

Berikut ini kutipan dari link-link yang saya sebutkan dalam e-mail sebelumnya:


"Tampil pula di panggung kampanye PKS itu, antara lain, Rhoma Irama, Setiawan Djodi, Komisaris Jenderal (Purn) Noegroho Djajoesman, Astri Ivo, Neno Warisman, Habib Idrus, Nurcholish Madjid, pengusaha Ricky Susanto, dan pengamat ekonomi, Faisal Basri."

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0403/31/utama/945217.htm

Apakah tokoh-tokoh tersebut merupakan figur-figur beraqidah lurus? Memang tidak membenarkan ucapannya namun bukankah itu menjadi suatu publisitas bagi dirinya?

Seperti saya sampaikan di atas PKS ingin memperjuangkan Piagam Madinah
sebagai dasar hubungan masyarakat Indonesia, menghormati hak-hak penganut
agama lain, silahkan sanak mempelajari esensi Piagam Madinah tersebut.
Mengenai teknis dan detailnya akan lebih orang yang berada dalam struktur
PKS menjawabnya.


Mengenai fiqh lintas agama, saya kira jelas bagi PKS ayat lakum dinukum wa liyadiin. Tidak mungkin fiqh agama Islam dicampuradukkan dengan fiqh agama lain.


Kalau begitu mengapa tokohnya 'disajikan' dalam kampanye? Padahal ia berilmu namun jelas-jelas tetap menyebarkan penyimpangannya.


Padahal, kalau diingat Daud Rasyid dan Hidayat Nur Wahid termasuk orang-orang yang menentang dengan keras. Namun mengapa kini - maaf - terlihat akrab?

Allah berfirman:

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka denga pertolongan yang datang daripada-Nya.Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.Mereka itulah golongan Allah.Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (Al Quran Surat Al Mujadilah 22).

Imam Al Qurthubi mengomentari ayat diatas,"Imam Malik menggunakan ayat ini sebagai dasar untuk memusuhi Qadariyah dan tidak mau duduk-duduk bersama mereka" (Tafsir Al Qurthubi 17/308).

Rasulullah (sebaik-baik salaf) bersabda:

"(agama) seseorang (dikenal) dari agama temannya, maka perhatikanlah siapa temanmu." (As-Shahihah 927)

"Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang jelek adalah seperti pembawa minyak wangi misk dan peniup ububan (pande besi). Pembawa minyak wangi mungkin akan memberikan anda sebagian minyak tersebut atau anda membeli sebagiannya, atau mungkin anda akan mendapatkan bau harum darinya. Sedang peniup ububan (pande besi) mungkin akan membakar pakaian anda, atau mungkin anda akan mendapatkan bau tidak sedap darinya." (Muttafaq 'alaih)

Teladan dari para salafushshalih:

Ibnu Umar Radhiyallahu âanhu ketika ditanya tentang orang yang mengingkari takdir, jawab beliau "Jika kamu bertemu dengan mereka, maka sampaikan kepadanya bahwa Ibnu Umar bersikap baraâ darinya dan mereka juga baraâ darinya, (sebanyak tiga kali)." (As Sunnah, Abdullah bin Ahmad, 2/420, Syarh Ushul Iâtiqad Ahlis Sunnah 2/588).

Pemahaman para ulama salaf (diambil dari terjemah kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma'tsur (Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah)) :

Hanbal bin Ishaq berkata, saya mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata :
"Tidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahli bid'ah, duduk dan bergaul dengan mereka." (Al Ibanah 2/475 nomor 495)


Imam Abu Daud As-Sijistaniy berkata:
"Saya berkata kepada Imam Abdullah Ahmad bin Hanbal (jika) saya melihat seorang sunniy bersama ahli bid'ah, apakah saya tinggalkan ucapannya ?" Beliau menjawab : "Tidak, sebelum kamu terangkan kepadanya bahwa orang yang kamu lihat bersamanya itu adalah ahlu bid'ah. Maka jika ia menjauhinya, tetaplah bicara dengannya dan jika tidak mau gabungkan saja dengannya (anggap saja ahlu bid'ah). Ibnu Mas'ud pernah berkata: 'Seseorang itu (dinilai) siapa teman dekatnya'". (Thabaqat Hanabilah 1/160 no 216).


Namun kita tetap harus berlaku adil walaupun terhadap orang-orang yang dimusuhi.

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan." (QS Al Maidah 5:8).

Saya tidak memahami arti kata 'inklusif' yang sanak tuliskan tersebut.
Maksudnya bagaimana? Mohon dijelaskan lebih lanjut. Mengenai masalah
kampanye PKS saya kira sudah pernah disampaikan oleh sanak Ronald Putra di milis ini.

Mohon maaf, saya memang baru bergabung di milis ini sehingga mungkin agak ketinggalan berita.


Inklusif (atau Pluralis) di sini maksudnya terbuka terhadap berbagai golongan atau kelompok atau jargonnya lintas golongan atau lintas agama.

Berikut ini kutipan dari link-link yang saya sebutkan dalam e-mail sebelumnya:

"Koalisi bersih tidak sama dengan poros tengah. Koalisi bersih adalah membangun kembali komitmen yang luas, lintas agama, lintas suku, lintas golongan untuk mengatasi krisis, memberantas korupsi, mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan TNI, polisi, buruh, tani, nelayan, dan seluruh rakyat Indonesia," ujarnya."

http://pk-sejahtera.org/modules/news/article.php?mn=1&storyid=2492

"Sabtu sore, 27 Maret 2004 yang lalu, perwakilan partai yang dikenal sangat kental dengan warna keislamannya itu, dengan berani mengundang seorang tokoh Katolik, Romo Eko Prasetyo, C.M., dalam dialog yang mengusung tema 'Keberagaman dan Toleransi Bangsa'."

"Karena itulah, agenda yang ditawarkan PKS disebut dengan Agenda Bersama, bukan agenda PKS sendirian. Rudi juga memaparkan contoh-contoh nyata PKS dalam kiprahnya yang melibatkan orang-orang non muslim."

http://pk-sejahtera.org/modules/news/article.php?mn=1&storyid=2489

"Dengan begitu, PPB bersifat terbuka bagi siapa pun, pribadi maupun partai politik (parpol). Konfigurasi politik nasional saat ini, lanjut Amien, terbagi menjadi dua pihak, yaitu pihak yang ingin melestarikan apa yang dimilikinya serta pihak yang menginginkan perubahan serta pembaruan."

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0404/14/UTAMA/969723.htm

Ket: PBB di sini Poros Penyelamat Bangsa bukan nama partai

"Bagi Gus Dur, pertemuan semacam ini layak diteruskan. ''Ini persekutuan tanpa bentuk. Nantinya tidak hanya terbatas pada golongan Islam, tapi akan mengajak siapa saja yang merasa prihatin atas nasib bangsa. Jadi, ya kayak arisan. Saling bertukar pandangan mengenai nasib bangsa,'' kata Gus Dur, Selasa malam."

http://www.republika.co.id/ASP/koran_detail.asp?id=158123&kat_id=3

"Amien dan Hidayat yang sebelumnya membangun Poros Penyelamat Bangsa, mengunjungi Gus Dur untuk memperkenalkan visi dari poros itu. Namun dari pertemuan itu belum ada kata sepakat mengenai keikutsertaan Gus Dur."

http://www.gusdur.net/indonesia/detail.asp?catName=Berita&contentOID=1865

Islam tidak mengenal perbedaan suku atau warna kulit atau tingkat kekayaan karena yang dilihat adalah ketaqwaannya atau dalam suatu hadits dikatakan yang dilihat adalah hati dan amal perbuatan.

Saya ingin mengklarifikasi, apakah dengan demikian menurut PKS posisi dalam pemerintahan perlu diberikan kepada orang-orang yang bersih terlepas dari agamanya atau aqidahnya?

Siapakah yang akan menjadi penyelamat bangsa?

Rasulullah perpesan:

"Ada tiga perkara yang jika seseorang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu bila Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya dan tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, serta benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya daripadanya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke neraka." (Muttafaq âalaihi).

Mengenai pergaulan tokoh-tokoh PKS, saya kira Amien Rais maupun Gus Dur
adalah orang-orang Islam juga, dan tidak ada larangan bagi kita untuk
bermuamalah dengan orang-orang yang mungkin berbeda pemahaman Islamnya
dengan kita, bahkan dengan orang yang lain agamapun. Saya jadi ingin tahu
bagaimanakah 'pergaulan' yang sanak inginkan dari para tokoh PKS, agar jelas bagi kita nasihat yang ingin sanak berikan.

Memang mereka Islam namun bukankah Islam sekarang sering dipasangkan sebagai label untuk hal-hal yang bukan dari Islam. Misalnya; Islam Liberal, Ahmadiyyah, Bahaiyah, dll.


Bukankah Gus Dur sudah jelas pendapatnya yang acap kali 'nyeleneh'? Yang bahkan terkadang ia bantah sendiri dengan mengatakan bahwa itu plintiran media. Salah satunya yang ada di situs resmi beliau:

"Unsur atau faktor tersebut adalah moralitas yang bersumber pada agama. Namun, hal ini sulit diwujudkan oleh adanya dua sebab. Pertama, karena pihak agama selalu menganggap pihak orang yang tidak beragama (kaum atheis) sebagai lawan, padahal sebenarnya mereka adalah lawan bicara yang baik. Kata Prof. Hasan Hanafi, seorang Atheis adalah pencari Tuhan yang tidak dapat menemukan-Nya. Sebab kedua, antara kaum beragama sendiri juga terjadi perebutan tempat untuk menentukan mana yang lebih dekat dengan kebenaran Tuhan."

http://www.gusdur.net/indonesia/detail.asp?catName=Memahami+GusDur&pCat=&con tentOID=1769

Saya ingin jika memang PKS ingin memperjuangkan Islam maka tentunya harus kembali kepada yang telah Uda katakan:

... dalam koridor ahlussunnah wal jama'ah, berdasarkan Al-Qur'an dan
hadits Rasulullaah SAW seperti yang dicontohkan para salafusshalih.

Seperti pesan Imam Malik:


"Tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini".

Saya pun berhusnushzhon niat dan tujuan perjuangan PKS baik namun pemilihan sarana juga harus berhati-hati karena baiknya tujuan tidaklah menghalalkan sarana. Saya percaya PKS memiliki orang-orang yang berilmu dan saya yang faqir ini mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan yang saya sampaikan. Mohon maaf juga karena saya banyak menggunakan sumber sekunder untuk kutipan, mohon dikoreksi jika salah.

Allah berfirman:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2:216).

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa' 4:59)

Akhir kata, segala kebaikan hanyalah dari Allah dan keburukan datang dari diri saya sendiri atau syaithan yang terkutuk.

Wa allahu a'lam bishshawab.


Ahmad Ridha


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke