Author: Abu Aufa

Duhai suamiku...
Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah
ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam
pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu
berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan,
dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.

Suamiku.....
Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak
jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa
depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku
cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu
terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah
Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, "Dan
pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS: An Nisa' 19].
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan,
"Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan
yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka." Jika engkau melihat
kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci
seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka
suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR.
Muslim)

Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya?
Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah
sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu,
sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan
kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku
telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak
saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah
diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu
memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah
yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, "Sesungguhnya aku
mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan
dia?" Ali r.a. pun menjawab, "Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa
kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan
memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan
menzaliminya." Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau
mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah,
sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku
dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah
bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap
istri, beliaupun menjawab, "Dia memberinya makan ketika ia makan, dan
memberinya pakaian ketika dia berpakaian." Janganlah engkau keras
terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun tak pernah
berbuat kasar terhadap istri-istrinya.

Duhai Suamiku...
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak?
Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang
berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, "Mereka yang
berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat
dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan
adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi
tanggungjawabnya." [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah
satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di
istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan
kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak
akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah
buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat
putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik
putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.

Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini...
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk
mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku
kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya
terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap
surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian
tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada
pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan
bertawakal di jalan-Mu.

Amin ya rabbal alamin.

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke