Masalah warisan ko parnah mambuek ambo tagagok manjaweknyo katiko bos ambo batanyo ka ambo. Baliau mandebat ambo, kalau urang Minang bafalsafah "adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah" ba a kok babarapo adaik nan kito anuik tu balawanan jo Islam. Contohnyo dalam soal warisan iko. Ado ciek lai nan agak manyimpang juo, soal parkawinan. Sasuai jo adaik, indak buliah kawin urang nan sasuku (jalur induak) samantaro hal itu dibuliah kan dek agamo. Malah nan indak buliah dek agamo kawin jo orang nan sagarih keturunan jo ayah dibuliah kan dek adaik. Kapado mamak-mamak, angku-angku jo dunsanak nan sadang di surau tolonglah dijalehkan ka ambo soal ko dan dikoreksi ambo kalau ado kato ambo nan indak tapek. Tarimo kasi Hilman ----- Original Message ----- From: "Dave SAIB" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, June 07, 2001 10:43 AM Subject: Re[2]: [surau] Re: [RantauNet] Soal warisan di Minangkabau > > > Assalamu'alaikum wr.wb., > > Lama saya tak ke surau, karena jalan saya, saya alih sendiri, sementara ini > saya terpasah ke Balikpapan. Namun saya tetap jua serta mencigap-cigap dari > jendela surau, mengikuti dengan seksama bahasan dunsanak nan bersama. > > Perihal harta warisan dalam masyarakat Minangkabau, khususnya yang disebut > sebagai harta pusaka tinggi, memang agak sarit-sarit mudah. Sarit karena > secara hukum agama Islam harta itu harus diwariskan menurut jalur 'ayah > kepada anak' (patrilinial) sementara di negeri kita ada pusaka yang di > warisi sejak seisuak menurut jalur 'ibu kepada anak perempuan' > (matrilinial). Harta ini yang kita sebut sebagai harta pusaka tinggi. > Bertambah dia sarit karena kalaulah akan diganti cara menurunkannya, > mengikuti sistim atau cara 'patrilinial' sudah terbentur kepada kenyataan, > siapa yang akan mewariskan, ibu kepada anak-anaknya atau mamak kepada > anak-anaknya. Antara keduanya jelas sangat jauh simpang jalan. Itulah > sebabnya, indak telab dek siapa juga merubah sistim itu dan akhirnya > dipediarkan saja serupa itu. > > Saya katakan ada mudahnya, karena dengan waktu, harta pusaka tinggi itu > lambat laun akan semakin berkurang, kalau tidak dikatakan habis. Harta yang > diwariskan oleh nek tuo seisuak, berupa sawah gedang setampang benih, yang > dulu lebih dari cukup untuk dimakan nek tuo anak-beranak, sekarang sudah > semakin kurang artinya. Sebab sawah itu masih yang itu juga, tidak ada lagi > di jaman sekarang ini mak Gadang yang menaruko sawah baru. Nek tuo beranak > perempuan empat, mak tuo, mak ngah, amak awak sendiri serta etek. > Masing-masing beranak pula empat orang perempuan, katakanlah itu adalah > generasi awak, jadi sudah ada 16 orang menurut jalur ibu yang sama-sama > berhak mewarisi hasil sawah gedang setampang benih tadi itu. Generasi awak > ini, yang 16 orang ini, kembang pula, sehingga generasi di bawah awak sudah > ada sekarang 60 orang pewaris harta yang sama. > > Apalah artinya lagi hasil padi sawah teruko, yang dulu sanggup mengisi 3 > rengkiang yang beririt dimuka rumah gedang nek tuo, yang masih tegak sampai > sekarang. Hasil padi masih sekitu juga, tapi yang akan makan, generasi > keempat sesudah nek tuo, sudah banyak sangat, jelas tidak mencukupi lagi > hasil itu. > > Maka di sementara kaum/persukuan, termasuk kaum/persukuan saya, harta > peninggalan nek tuo itu ditinggalkan begitu saja sebagai alat pemersatu, > untuk jadi tanda awak berdunsanak. Tidak ada yang mengikatkan benar > kebutuhan hidupnya pada hasil itu lagi, karena tidak mencukupi. Namun waris > dibagi-bagi juga, dapatlah sekian gantang satu orang, sebagai tanda > pengikat persaudaraan. > > Berbeda dengan pusaka rendah, hasil pengekasan kita sendiri, tidaklah kita > wariskan kepada kemenakan, karena kemenakan, menerima waris pusaka rendah > pula dari ayahnya, urang sumando kita. Kita mewariskannya sesuai dengan > hukum syarak kepada anak-anak kita. > > Sekitu saja dari saya, sekedar penambah-nambah hota. > > Wassalamu'alaikum wr.wb., > > Lembang Alam > ______________________________ Reply Separator _________________________________ > Subject: RE: [surau] Re: Soal warisan di Minangkabau > Author: [EMAIL PROTECTED] at Internet > Date: 06/06/2001 10:15 AM > > > Assalamualaikum wr wbr. > Ma'af saya digaris luar saja....dan tidak ikut kanan atau kiri atau manapun, > saya hanya ikut Al-Qur'an. > Saya hanya penonton numpang lewat (seperti di surau ini) dan berbagi > pengalaman saja. > kadangkala..ini kasus2 saja, dalam suatu adat dimana anggota keluarganya > keluar dari langkaran sistem adat dan belajar Islam yang kaffah, > dan suatu sa'at dia bisa melihat kekurangan2 apa yang ada dalam keluarga > ataupun adat suatu suku..ini tidaklah aneh.Dan biasanya pandangan "baru" > bagi adat banyak yang akan menentangnya, karena > "penentang" biasanya masih terikat, terlibat langsung baik dalam keseharian > maupun bathin dan telah diajarkan turun temurun oleh para leluhur (termasuk > untuk dipertahankan). > > lain halnya orang yang benar2 diluar sistem adat, yang tidak terlibat dalam > tali bathin dlsb., maka ia akan mudah menilai suatu adat tsb. > > Sekali lagi ma'af kalau ini menyinggung sebagian pembaca... > > Telah banyak ayat yang maknanya Allah tidak akan merubah suatu kaum > apabila kaum tsb. tidak mau merubah dirinya.... > > Ma'af, untuk kebenaran ada saja sandungannya... > > mengenai warisan, telah sangat jelas diFirmankan oleh Allah, disampaikan > oleh RosulNya kepada umatnya....tinggal terserah kepada > kita2 mau merubahnya atau tidak?Warisan yang wajib hanyalah Al-Qur'an dan > hadist... > > Sekali lagi saya tidak menyalahkan Adat ranah Minangnya, adat sabana > adat,berdasarkan garis keibuan, krena saya tidak punya ilmu untuk itu. > Yang menjadi ajaran adalah Al-Qur'an... > Bagi pribadi saya...adat ranah Minang adalah menambah kasanah budaya > nasional, menambah wacana budaya Indonesia maupun studi perbandingan. > Yang baik2 bisa diambil sebagai do'a para leluhur, yang tidak sesuai dg. > al'qur'an segera dibuang jauh2... > Karena walau bagaimanapun, yang mengikuti adat, nantinya insyaAllah di hari > kemudian akan ditanya, kenapa anda menggunakan adat bukan Al-Qur'an? bukan > kah telah diterangkan olehmu.... > > Bagi saya nilai yang diambil dari sebuah reformasi kebenaran adalah : > Betapa hebatnya Rasulullah merubah sikap Quraisy yang demikian kerasnya > yang sudah membudaya turun temurun..... > Betapa hebatnya keyaqinan Nabi Ibrahim menentang ayahnya dari adat lama yang > turun temurun.... > Ini menambah kasanah keislaman kita.... > > Wasalam > > > RantauNet http://www.rantaunet.com > ================================================= > Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di > http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 > > ATAU Kirimkan email > Ke / To: [EMAIL PROTECTED] > Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama: > - mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda] > - berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda] > Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung > ================================================= > WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah > servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA > ================================================= > RantauNet http://www.rantaunet.com ================================================= Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ATAU Kirimkan email Ke / To: [EMAIL PROTECTED] Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama: - mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda] - berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda] Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung ================================================= WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA =================================================