Sungguh sebuah masukan yang bagus, apalagi kalau ada kurikulumnya yang
jelas.
Perlu juga diketahui seberapa jauh prinsip-prinsip kemanusiaan diajarkan.
Salam

St. Bagindo Nagari

- - - - - -

Wah ide baru nan rancak juo tuh mak Sutan Bandaro Nagari , bahwa prinsip
prinsip kemanusiaan telah diajarkan sejak dini.

Ambo kurang jaleh bana ttg kurikulum nyo ( mungkin bisa ditanyokan langsung
ka Ciganjur -Jak Sel ) , tapi nampaknyo prinsip dasar kemanusiaan secara
tersirat akan didapatkan oleh anak didik. Setahu ambo salah satu bentuk
pelajaran di sekolah tsb, ialah bahwa sekelompok anak didik diberi
tanggungjawab mengelola sebidang kecil kebun dan beberapa hewan peliharaan
( ayam, ikan dll ). Mereka harus mengelola nya dan bertanggung jawab sampai
ia selesai sekolah.

Jadi setidaknya dengan telah mempunyai kepeduliaan yg tinggi terhadap
tumbuhan dan hewan, akan tumbuh pula kesadaran yg tinggi akan kemanusiaan.

sebagai tambahan , tentang pelajaran memelihara hewan ternak ini, diambil
pula dari perjalanan nabi Muhammad ketika muda yg pernah menjadi pengembala
kambing. Setidaknya kalau seorang anak telah punya pengalaman mengelola
hewan (ternak) , kelak dia akan pintar pula me -"manage " manusia , ini
adalah dasar ilmu management.

sekian dulu dari ambo , mohon maaf kalau ado kekurangan.

wassalam

Hendra M



---- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Dunsanak, uni ,mamak sadonyo ,ambo mohon saketek ingin bacarito mengenai
> pendidikan, karena bagi beberapa orang tua saat ini adalah saat untuk
> mencari sekolah terbaik bagi anaknya, semoga cerita ini bermanfaat.
>
> kebetulan ambo babarapo waktu yg lalu pernah mancaliek (survey ) beberapa
> sekolah yg agak unik dan saya kira cukup advance ide nya . Minggu lalu
saya
> mengunjungi Sekolah Alam Bandung yg berlokasi di lembah Sungai
Cikapundung
> di daerah Bandung utara.
>
> Selain Sekolah Alam, di Bandung sendiri telah berdiri beberapa sekolah
> (tingkat dasar )  yg cukup unik dan kreatif juga antara lain , Salman Al
> Farisi ( Leadership)  dan Mutiara Bunda ( Creativity ) , semuanya
berbasis
> keislaman walau tak ditunjukkan secara nyata. Sekolah Mutiara Bunda
> dipelopori oleh Sarah ,kemenakan ibu Hamron dosen ITB, urang awak juo.
>
>
>
> Yang cukup menarik pula ialah uraian dari pelopor sekolah tsb , Lendo
Novo
> (37) , alumni ITB  yg bergelut di bidang pendidikan anak. Lendo bercerita
> bahwa ia mengembangkan Sekolah Alam ini karena terinspirasi oleh pepatah
> minang " Alam terkembang jadi guru " , bahwa alam lah tempat belajar yg
> terbaik. Ternyata ia urang awak juo, ia bercerita sebagai orang Minang,
> dalam keluarganya konsep "Alam takambang jadi guru" disampaikan dg baik.
>
> Selain dari pepatah tsb, inspirasi tsb datang pula dari pengalaman beliau
> yg sering pergi ke alam ( pencinta alam ) ketika kuliah. Masukan didapat
> pula dari membaca sebuah buku bagus dari Jepang mengenai pendidikan ,
Toto
> Chan yg bercerita mengenai pengalaman belajar seorang anak kecil di
sekolah
> yg berupa gerbong kereta api. Serta dari buku karangan tokoh
kontroversial
> Ivan Ilich yg terkenal dg ide non - sekolah nya ( De - Scholling Society
)
>


> Anaknya Eep Saefullah Fatah yg pernah bersekolah di Sekolah Alam
Ciganjur,
> dan kemudian pindah sekolah mengikuti orangtuanya belajar ke luar negeri
(
> Australia/US ? ) , malah bisa berprestasi bagus di sekolahnya , dan
menjadi  juara untuk penulisan bidang environment.
>
> ( Apakah hal ini pula yg menyebabkan bahwa lulusan SMA dari Bukittinggi
(yg
> alamnya masih asri ) , misalnya lebih banyak berhasil pendidikan
> selanjutnya,  daripada lulusan SMA di Padang, misalnya ? )
>
> Pernah pula datang ke sekolah tsb , ahli pendidikan dari Unicef yg sedang
> studi mengenai pendidikan anak di negara berkembang, ia kagum juga
ternyata
> ada juga sekolah di negara berkembang seperti Indonesia yg bisa membuat
> anak anak jadi berani, percaya diri dan kreatif.
>
> Ahli pendidikan tsb berkata bahwa salah satu masalah pendidikan di negara
> berkembang ialah , bahwa ternyata sulit untuk dihasilkan murid didik yg
> berani dan kreatif, yg banyak terjadi ialah bahwa anak didik hasilnya
> berjiwa inferior dan pasif.
>
> Jangan jangan memang pendidikan kita di sini yg kurikulumnya disusun oleh
> profesor lulusan luar negeri , memang untuk mencetak hasil didik yg
berjiwa
> inferior ( rendah diri ) dan pasif. , supaya mereka kelak setelah lulus
> sekolah hanya jadi kuli di perusahaan multinasional asing , dan ternyata
> terbukti benar, lulusan ITB saja , salah satu sekolah terbaik di
Indonesia
> kebanyakan lebih memilih jadi "kuli" di perusahaan asing daripada membuat
> usaha mandiri atau kegiatan lain untuk kebaikan masyarakat banyak ( maaf
> hanya perbandingan, ambo samo, kuli  juo mah )
>
> Pada saat orang orang hanya memperbincangkan ttg konsep Alam Takambang
jadi
> guru , dunsanak kita ini ( Lendo Novo )  telah berhasil mewujudkan nya
> dalam bentuk nyata , berupa lembaga pendidikan setingkat TK dan SD,
dimana
> anak sejak kecil telah dikembangkan kemampuan belajar nya langsung di
alam
> terbuka. Tak salah kita buat pula di Sumbar sbg pilot project.
>
> Ide Sekolah Alam ini adalah sebuah experimen yg cukup berani , yg
walaupun
> ada terdapat kekurangan dalam beberapa hal , setidaknya kita bisa
mengambil
> pelajaran berharga untuk memberikan pendidikan yg baik bagi anak
kemenakan
> kita di Sumbar maupun di rantau, sehingga bisa dihasilkan generasi baru
> Minang (anak kemenakan kita juga ) yg cerdas,kreatif, percaya diri dan
> berani.
>
> Pada saat anak anak orang kaya Jakarta , pada menyekolahkan anaknya ke
> sekolah sekolah bermutu yg mahalnya minta ampun, dg standar internasional
> ( British, Singapura, Australia ), saya jadi teringat kemenakan saya di
> kampuang nun jauh di pedalaman Sumbar sana, yg bersekolah di gedung reot,
> gurunya jarang masuk. kalaupun pelajaran berlangsung kurikulumnya hanya
> akan mendidik mereka jadi "kuli"  yg inferior. sungguh kasihan sekali.
> Ada pula yg bisa bersekolah sampai tinggi, eh malah hanya jadi sarjana
> pengangguran , menambah persoalan mamak nyo sajo. ( susah mencari
pekerjaan
> di Sumbar ,akhirnya pergi juga ke Jawa , tapi tetap nganggur juga, rendah
> sekali kreatifitas berfikirnya, padahal lulusan perguruan tinggi,
bagaimana
> ini pak dosen ? )
>
> Bagaimana SDM kita ( anak kemenakan kita ) mau bersaing dg anak anak
orang
> kaya/Cina  tsb yg sejak awal telah mendapat pendidikan yg bermutu ?
>
> Sebagai tambahan, ada yg menarik juga mengenai sekolah internasional di
> Jakarta , dimana anak didiknya juga diajarkan berkuda dan berenang, saya
> jadi malah teringat hadits nabi agar mengajarkan anak kita berenang,
> berkuda dan memanah. Lho kok malah mereka yg mengamalkan hadits nabi tsb
?
>
> Experiment sekolah alam tsb saya kira bisa jadi pelajaran berharga, bahwa
> pendidikan di Sumbar dan pendidikan anak kemenakan orang minang secara
umum
> haruslah bermutu sejak awal , sebab kalau tidak kita akan ketinggalan
> beberapa langkah. Dan kita harus melakukan lompatan karena saat ini kita
> telah tertinggal beberapa langkah ( bukan hanya selangkah ) . Diperlukan
> loncatan yg kreatif dan kaidah Alam terkembang jadi guru adalah kaidah yg
> tetap aktual untuk dipakai dalam bidang pendidikan.
>
> Kalaulah ide membuat International University di Sumbar ( Australian
> University ) mungkin perlu waktu lama, bagaimana kalau kita buat saja
dulu
> lembaga pendidikan dasar setingkat TK/SD dg standar internasional,
mungkin
> bisa lebih cepat diwujudkan dan biayanya tidak begitu tinggi.
> Konon (kata orang, maaf saya kurang tahu ) Menurut ahli pendidikan,  60%
> perkembangan otak manusia , berlangsung sampai usia 6 tahun .
>
> wassalam
>
> Hendra Messa
> Banduang
>
>




RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Kirim email ke