My dearest Elfanzo,
 
Dikau percayakan kalau al Quran itu meliputi alam semesta kan? Kalau percaya, artinya dikau mengakui bahwa sebagian kecil hukum-hukum alam  yang di ketemukan oleh orang seperti Newton, Einstein, Hawking dll itu tersimpan dalam kita suci sebagai harta kekayaan. Tapi al Quran tidak pernah tuh secara jelas dan mendetail mengatakan kecepatan jatuhnya sebuah benda relative terhadap pengamatnya. Percaya juga kan kalau teknologi internet terdapat dalam al Quran? My point is that, untuk percaya kepada isi2 al Quran kita tidak bisa mengandalkan isi kitab ini secara radaksional  belaka. Untuk mengupas isinya, kita butuh orang2 seperti Newton, butuh Einstein, butuh Hawking, butuh Bill Gates dan last but not least hehehe...kita butuh juga Elfanzo sebagai provokator ideologis number wahid. Artinya apa? Artinya agar terjadi konsistensi antara mempercayai al Quran dengan realita, kita memang butuh kitab-kitab buatan manusia. Kalau semata-mata mengandalkan al Quran yang nota bene redaksionalnya tidak berubah sejak abad ke-7 sampai hari kiamat, kan sama saja dengan memenjarakan Tuhan dalam sebuah buku. Apa iya demikian yang dimaksud dengan adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah? Daku percaya sih tidak.
 
GM
 
 
----- Original Message -----
Sent: Thursday, August 22, 2002 1:18 PM
Subject: Re: [RantauNet] Anak Buah Kapal ada yg kurang

Dear Doonsnakes,

Ambo raso ado nan kurang antaro teori jo praktek. Adaik Basandi Syara,
Syarak Basandi Kitabullah ( ABS ABK) taraso saroman retorika sajo. Apalagi
dalam prakteknya ternyata urang Minang tidak saja menyandarkan akidah mereka
kepada Kitabullah semata, tapi juga kitab-kitab buatan manusia. Jadi
idealnya kalau melihat kepada praktek keseharian, maka cocoklah sbb:

"Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah jo Hadits jo Kitab-kitab umaik
nan lain."

We should be aware of our fair level of consistency here.

-el-


Kirim email ke