Pemurtadan
di Ranah Minang
Berawal pada bulan Maret, satu tahun silam, saat Khairiyah Enniswati (Wawah),
siswi Madrasah Negeri 2 Padang berkenalan dengan Lia di atas angkutan kota.
Mereka cepat akrab. Ma’lum, selain sangat ramah, Lia pun mengenakan jilbab.
Hubungan kedua gadis itu makin lengket ketika esok harinya mereka bertemu lagi
di angkot yang sama.
Setelah bersahabat beberapa lama, tiba-tiba Lia melakukan tindakan yang
mencengangkan. Pada Wawah, ia mengaku penganut Kristen Protestan dan
menceritakan indahnya berkelana dalam dunia Protestan. Cerita selanjutnya,
bisa ditebak. Lia mengajak Wawah masuk Kristen. Anehnya, Wawah tidak berdaya
saat diajak menghabiskan waktu berkeliling kota Padang. Hingga akhirnya mereka
tiba di gereja Protestan (GPIB), di Jalan Bagindo Aziz Chan, Padang. Di sini,
seperti dituturkan Wawah, sudah menunggu puluhan jemaat dan Pendeta Willy.
Saat itu juga Wawah dibaptis dan dibawa ke rumah Salmon, salah seorang anggota
jemaat gereja yang bekerja di PDAM Padang, di kawasan Telukbayur. Istri
Salmon, Lisa Zuriana, adalah warga Tangah Sawah, Bukittinggi. Lisa asli
Minang, tapi sudah memeluk Kristen. Malah ia menjabat sebagai bendahara
Persatuan Kristen Protestan Sumatera Barat (PKPSB).
Singkat cerita, ketika ditinggal sendirian oleh istrinya, bisikan setan
merasuki jiwa Salmon. Dua kali ia melampiaskan nafsu binatangnya pada Wawah.
Karena diancam, Wawah tidak kuasa melawan. Bisa kita bayangkan betapa
menderitanya Wawah ketika berada di rumah Salmon.
Sementara itu, keluarga Wawah melaporkan hilangnya putri mereka ke
polisi. Tapi para penculik Wawah tampaknya sudah siap menghadapi kemungkinan
ini. Untuk menghilangkan jejak, nama Khairiyah Enniswati diubah menjadi Indah
Fitria. Kemudian, dengan menggunakan ijazah palsu dari SMP 4 Muara Bungo
Jambi, Wawah disekolahkan di SMU Kalam Kudus, milik yayasan Prayoga, Padang.
Sampai suatu ketika, keberadaan Wawah di SMU itu tercium oleh teman-temannya
di MAN 2. Mengetahui gelagat buruk ini, Wawah pun dipindahkan ke sebuah
sekolah Kristen, di Malang, Jawa Timur.
Polisi yang terus melakukan pelacakan, berhasil mengetahui keberadaan
Wawah. Mereka menjemput Wawah dan membawanya pulang ke Padang. Kedatangan
Wawah yang lama hilang ini disambut isak tangis keluarganya. Ayahnya yang
dosen IAIN Bengkulu kemudian membawa Wawah ke Bengkulu. Di sini ia diislamkan
kembali.
M. Lili N.A. — (m3)