Ben dan Da Riri sarato dunsanak sadonyo,.. Ambo pikir dek Mappas iko organisasi baru jadi iyo masih banyak nan harus dipelajari dan diketahui. Saya sangat berharap ini adalah proses pembelajaran bagi semua pengurus dan seluruh perangkat organisasi Mappas.
Insya allah dikedepannya Mappas akan sangat lebih profesional dan berjalan dalam visi dan misi yang sudah digariskan. Saya pun yakin kita semua disini mengharapkan banyak dari peran Mappas kedepannya untuk itu mari kita sama2 jaga baik2 bayi ini dan trus kita berikan kritik membangun untuk Mappas bisa menemukan jatidirinya. Saya mewakili seluruh pengurus berterima kasih atas masukan dan kritik yang membangun ini. So Hidup Mappas Regards Ronal Chandra benni inayatullah <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Betul sekali Om Riri..sepakat dengan anda.. sekali lagi kita masih "gamang" dengan positioning MAPPAS, apakah akan menjadi NGO yang kritis terhadap pemda ataukah menjadi mitra bagi pemda dalam memajukan industri pariwisata. kalaulah kita memutuskan menjalankan fungsi kontrol maka kita harus tegas dan tak berhenti memberikan kritikan terhadap kebijakan yang di implementasikan selama ini. Tentunya kita juga musti membangun daya tawar yang mumpuni termasuk menguasai media dan kelompok penekan lainnya. kalau kita memutuskan menjadi mitra yang saling bersinergi, saling memberikan suport dengan asumsi awal kita saling melengkapi dan menguatkan seperti halnya MPKAS, maka kita juga harus tahu diri untuk tidak "memerahkan muka" pejabat pemerintahan. Seperti yang dikatakan Om Riri jangan pernah mempertanyakan dan mengkritik kinerja pejabat bersangkutan didepan umum apalagi beliau diposisikan sebagai narasumber/ahli. Apalagi ikut2an masuk ke politik praktis atau reshufle kabinet gamawan. tak perlulah kiranya kita hembuskan di palanta umum ini. sekiranya yang bersangkutan juga anggota palanta ini minimal ikut membaca apa yang kita diskusikan alamat tertutuplah jalan bagi kita untuk membawa serta pemda dalam misi kita. akhirnya kita musti belajar banyak terhadap kejadian ini, seperti halnya pepetah niniak moyang, kok kandua badantiang dantiang kok tagang bajelo jelo ...MAPPAS dan segenap pengurusnya musti memahami filosofi ini dan juga musti memahami psikologis urang awak terutama berkaitan dengan kerjasama antar kelompok kepentingan .. salam Ben Riri - Mairizal Chaidir <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamualaikum wr.wb Da Nof dan sanak sadonyo. Tentang Kepala Dinas yang "tidak tahu" kebijakan pimpinannya itu harusnya bukan merupakan hal yang mengejutkan. Pak Chaidir Latief berkali2 mengungkapkan kekecewaannya di milist MAPPAS. Waktu ikut rapat MPKAS di kantor pak Saaf bulan puasa kemaren, saya juga "meminta" para dunsanak untuk tidak otomatis menyimpulkan: jika Gubernur setuju, Kepala Dinasnya akan jalan; Jika Kepala Dinas OK, anak buahnya akan melaksanakan. Saya tidak bilang itu berlaku umum, tetapi itulah sebagian hasil selama 2 setengah tahun lebih di sana, dimana penugasan saya banyak berhubungan dengan bapak-bapak tersebut. Kemudian, yang saya lihat, tidak hanya di sana, tetapi ada ada di tempat lain juga, yang bisa ditarik "benang merahnya". Sama, begitu juga. Trend yang saya lihat sekarang adalah, kalau atasannya "dipegang", bukan otomatis yang dibawah juga kepegang; malah dalam banyak kasus saya lihat justru kalau kita "terlalu dekat" dengan atasannya, justru dipersulit di bawah. Saya tidak punya data empiris, tapi yang saya lihat, kecenderunga di Pemda bukan seperti di tentara. Ide untuk meminta bossnya memecat beliau? Please never do that, kecuali kalau anda benar2 yakin bahwa si boss itu adik kandung anda, dan si anak buah itu musuh bebuyutan keluarga kita secara turun temurun. Atau kalau anda seorang pemasok barang strategis, dengan bonus yang sangat besar untuk si boss. Meminta atasan memecat anak buahnya tidak akan produktif. Tidak semua orang di kantor itu yang "memusuhi" si "terpecat" tersebut. Malah itu akan membuat lingkungannya bersimpati: Pak itu dipecat gara2 permintaan dari ... Sekedar contoh, kebetula saya bekerja dengan suatu lembaga donor. Saya sering dengar - entah benar atau tidak - pak atau ibu itu diganti karena kita yang minta. Hasilnya? Ya memang dianya diganti, tapi "kerajaannya" belum tentu. Satu lagi, da Nof jangan pingsan karena KaDis Pariwisata mengatakan bahwa Promosi lewat Internet tidaklah efektif dg alasan tidak semua bisa buka. Msh lebih baik dg Brosur2 dan Road Tour...! . Jangan pingsan, Da. Juga tidak ada gunanya untuk 'memberikan pengertian yang benar" ke beliau. Mungkin beliau juga punya literatur atau hasil riset tentang itu. "Pakem" yang saya pahami untuk jaman sekarang adalah, jangan pernah mempertanyakan pendapat atau kinerja pejabat, apalagi di depan umum. Tapi cari celah positifnya. Misalnya, bagaimana kalau kita mencoba melihat ini sebagai peluang,? "OK, saya promosikan lewat internet, Bapak tolong lewat brosur dan road tour". Ga apa2 toh, kan brosur dan road tour itu pakai anggaran dia. Ya - kalau beliau mau - batu biar brosur dan road tournya itu tidak "menyimpang". Wassalam, Riri --------------------------------- Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links. --------------------------------- Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---