Sependek pengetahuan ambo, Poh An Tui dalam versi formal (dengan organisasi
yang dideklarasikan) seperti di Medan, indak ado sanak Afda Rizki. Tapi
sangat mungkin simpatisan (individual) dari keturunan Tionghoa di Sumbar
terhadap Poh An Tui ado pulo.

Mungkin bisa dicek di buku "Asap Hio di Ranah Minang" karya seorang dosen
sejarah UNP biar lebih pasti.
Atau Uwan Suryadi Sunuri di Leiden nan labiah paham sejarah saisuak di
ranah.

Wassalam,

ANB

Pada 21 Agustus 2015 11.21, Afda Rizki <afdari...@gmail.com> menulis:

> Luar biasa Uda Akmal,
>
> Sangat mencerahkan sekali. Baru tau ambo saroman tu carito nyo. Tarimo
> kasih banyak Da.
>
> Apokah Pao An Tui ko sempat ado di ranah di zaman revolusi kemerdekaan
> dulu? Karano -kalau ndak salah- ado beberapo daerah di Sumbar yang etnis
> Tionghoa nyo samo sekali ndak ado lai....walau sempat ado sebelumnyo.
>
> Maulang permintaan Uda Akmal,  kok lai ado senior dan sesepuh RN yang
> mengalami langsuang maso-maso bergolak ...mungkin bisa berbagi carito di
> lapau ko.
>
> Wassalam,
>
> Afda Rizki
>
> *****
>
> Pada Kamis, 20 Agustus 2015 13.44.30 UTC+3, Akmal Nasery Basral menulis:
>>
>> Sanak Afda Rizki,
>>
>> 12.000 orang Tionghoa yang turun ke jalan-jalan kota Medan itu dimotori
>> milisi radikal Poh An Tui (disebut juga Pao An Tui), yang dikomandani
>> seorang Cina Medan bernama Lim Seng. Poh An Tui ini milisi yang ditakuti,
>> meski awal berdirinya cuma dengan 110 orang, tapi mereka dilatih langsung
>> oleh Brigjen Ted Kelly (salah satu komandan Tentara Sekutu), dan pasokan
>> senjata mereka pun dari Tentara Sekutu. Poh An Tui sendiri berarti "Barisan
>> Penjaga Lingkungan".
>>
>> Sebetulnya Tionghoa radikal seperti anggota Poh An Tui itu jumlahnya
>> sedikit dibandingkan jumlah Tionghoa di Indonesia, yang secara politik
>> terbagi ke dalam tiga kelompok:
>> 1. Kelompok Sinpo, yang masih mengidentifikasi diri dengan leluhur mereka
>> di China Daratan.
>> 2. Kelompok Chung Hua Hui (CHH) yang pro-Belanda, dan
>> 3. Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang pro-Republik. Salah seorang tokoh
>> Tionghoa pro-Republik adalah Siaw Giok Tjhan (perannya lebih jauh
>> dijelaskan di bawah nanti)
>>
>> Ketika Jepang datang, ketiga kelompok itu dipaksa melebur jadi satu
>> kelompok yang disebut Hui Chiao Tsung Hui (HCTH) sehingga perbedaan
>> antarkelompok tak lagi terlihat jelas. Ketika Tentara Sekutu kembali ke
>> Indonesia, antara lain lewat Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya,
>> polarisasi HCTH kembali terlihat. Ada kelompok yang ingin Belanda kembali
>> berkuasa, dan ada masyarakat Tionghoa yang ingin bergabung dengan republik
>> yang baru merdeka.
>>
>> Malangnya, Bung Tomo dalam pidatonya yang berapi-api menyatakan bahwa
>> masyarakat Tionghoa, terutama Tionghoa di Surabaya, lebih pro-Belanda
>> ketimbang pro-Republik. Dengan kata lain, mereka pengkhianat. Pidato Bung
>> Tomo memicu sentimen anti-Tionghoa dan gelombang serangan rakyat Surabaya
>> terhadap keturunan Tionghoa.
>>
>> Situasi ini membuat Siaw Giok Tjhan yang selama ini pro-Republik marah
>> dan kecewa terhadap Bung Tomo, sehingga mengirimkan orang-orangnya untuk
>> bertemu Bung Tomo dengan menyatakan tidak semua orang Tionghoa pro-Belanda,
>> cukup banyak juga yang pro-Republik. Dalam pertemuan itu Bung Tomo
>> menyatakan bahwa orasinya di radio berdasarkan laporan lapangan dari
>> Soemarsono, komandan lapangan Pemuda Republik, yang pasukannya berhadapan
>> langsung dengan Poh An Tui (Surabaya).
>>
>> Meski Siaw Giok Tjhan akhirnya bisa memahami penjelasan Bung Tomo, tapi
>> sentimen anti-Tionghoa telanjur meluas ke luar Surabaya, dan khususnya
>> pecah di Medan. Sepanjang Desember 1945 terjadi serangan terhadap
>> orang-orang Tionghoa oleh pribumi Medan. Keadaan ini membuat sebagian etnis
>> Tionghoa Medan memilih angkat senjata dan mendirikan Poh An Tui (cabang)
>> Medan, yang diketuai Lim Seng tadi, dengan anggota awal 110 orang.
>>  Mereka mengibarkan spanduk-spanduk bertuliskan"Republik Mengkhianati
>> Kami".
>>
>> Sampai tahap ini posisi mereka lebih bersifat defensif.
>>
>> (*Note: *Ada perbedaan waktu tentang kapan persisnya demontrasi besar
>> yang melibatkan 12.000 etnis Tionghoa itu terjadi. Jika laman yang dirujuk
>> sanak Afda Rizki dan MakNgah menyebutkan peristiwa itu terjadi pada
>> September 1947, sementara ambo yang menuliskan juga peristiwa ini dalam
>> novel historis *Napoleon dari Tanah Rencong* (2013),  hal. 174-177, ambo
>> lebih memilih versi yang menyatakan demontrasi besar itu terjadi pada akhir
>> Januari 1946. Salah satu rujukan ambo adalah karya Chalmers A. Johnson yang
>> berjudul *Peasant Nationalism and Communist Power: The Emergence of
>> Revolutionary China* yang banyak membahas gejala pertumbuhan Poh An Tui,
>> yang awalnya hanyalah milisi penjaga ketertiban distrik (hsien) di daratan
>> China, tapi kemudian berkembang menjadi kekuatan yang lebih menakutkan di
>> Indonesia).
>>
>> Kembali  ke posisi Poh An Tui, usai demonstrasi besar itu, pada Maret
>> 1946 anggota Poh An Tui mendapat pelatihan dari Brigjen Ted Kelly dan
>> dipasok berbagai jenis senjata, sehingga dengan cepat milisi ini membesar,
>> punya nyali, dan berani unjuk gigi. Lim Seng lalu menetapkan Bagan
>> Siapi-api sebagai "daerah uji coba" ketangguhan Poh An Tui. Di sepanjang
>> perjalanan Medan-Bagan Siapi-api, laskar Poh An Tui membantai secara brutal
>> warga pribumi yang berani melawan mereka.
>>
>> Melihat kebrutalan Poh An Tui yang menjadi-jadi (bukan kebrutalan
>> keturunan Tionghoa secara keseluruhan sanak Afda), Komandan Divisi I Achmad
>> Tahir yang bermarkas di Tebingtinggi, akhirnya sewot juga dan memerintahkan
>> pasukan Jamin Ginting untuk menghadang Poh An Tui, sehingga terjadi
>> pertempuran sengit dengan banyak korban dari kedua pihak. Tetapi Jamin
>> Ginting akhirnya bisa membuat Lim Seng menarik mundur Poh An Tui kembali ke
>> Medan, di mana mereka masih mendapat perlindungan Tentara Sekutu dan NICA
>> yang membonceng.
>>
>> Kelak -- setelah April 1946 -- giliran pasukan Aceh, yang banyak di
>> antara mereka memiliki kerabat di Sumatra Utara, yang mengadakan *long
>> march* ratusan kilometer dari tanah kelahiran mereka untuk berjihad fi
>> sabilillah melawan Tentara Sekutu-NICA dan antek-anteknya, Poh An Tui.
>>
>> Meski pasukan-pasukan Aceh itu dipimpin para kolonel dan mayor, namun di
>> lapangan yang banyak membuat gebrakan dahsyat adalah para jawara
>> tradisional Aceh yang disebut '*Pang*' (jagoan) seperti Pang Lokop. Para
>> jago tua ini hanya bermodal parang dan ilmu *pelimun*, yang membuat
>> tubuh mereka bisa tak terlihat lawan, dan menggorok musuh dengan leluasa,
>> sebelum kembali ke markas pejuang Aceh dengan parang penuh darah musuh.
>>
>> Salah satu kompi yang mendapat julukan mengerikan "Kompi Parang Berdarah"
>> itu dipimpin oleh Letnan Bustanil Arifin (kelak menjadi salah seorang tokoh
>> penting di era Orde Baru, a.l. sebagai Kepala Bulog dan Menteri Koperasi).
>>
>> Dengan kata lain, ketika melihat peran etnis keturunan Tionghoa (juga
>> disebut Cina Peranakan) di Indonesia, kalau ambo tidak menyamaratakan
>> mereka, karena sejarah menunjukkan ada dari mereka yang pro-Republik, dan
>> ada dari mereka yang pro-Belanda (penjajah) dan menjadi pembantai bangsa
>> sendiri -- seperti juga terjadi pada etnis-etnis pribumi lainnya.
>>
>> Ada yang mengorbankan jiwa raga dan berharap menemukan syahid dalam
>> menegakkan Indonesia merdeka, ada juga yang memilih menjadi pengkhianat dan
>> menikmati keuntungan dengan menghantam rakyat sendiri -- yang sebelum
>> revolusi terjadi, seringkali adalah tetangga di samping rumah mereka
>> sendiri.
>>
>> Allahu a'lam.
>>
>> Wassalam,
>>
>> ANB
>>
>> PS: Mungkin para senior dan sesepuh RN yang mengalami langsung masa-masa
>> pergolakan tahun 1945-1950 bisa berbagi kisah di sini.
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> Pada 20 Agustus 2015 14.08, Afda Rizki <afda...@gmail.com> menulis:
>>
>>> Manolah Makngah jo rang palanta,
>>>
>>>
>>> Ado yang menarik dari buku nan Makngah agiahkan tautannyo, saroman di
>>> bawah:
>>>
>>>
>>>
>>> Asumsi ambo jumlah 12000-an urang ko tantulah sangaik banyak katiko maso
>>> itu, dan tidak lah mudah mamobilisasinyo. Jadi memang dari zaman saisuak
>>> kurenah rang keturunan Tionghoa ko yo banyak yang jadi tando tanyo mah.
>>>
>>>
>>>
>>> Salam hangat,
>>>
>>> Afda Rizki (Lk)
>>> 37thn, Piliang
>>>
>>>
>>> *******
>>> Pada Kamis, 20 Agustus 2015 05.13.44 UTC+3, Sjamsir Sjarif menulis:
>>>>
>>>>
>>>> https://books.google.com/books?id=z9C7NuTllisC&pg=PA315&lpg=PA315&dq=bukittinggi+17+Agustus+1947&source=bl&ots=8f6f388ZvT&sig=DFeEGSu6iHeyoHrLw_J8bSSxX2Q&hl=en&sa=X&ved=0CC8Q6AEwBmoVChMIu5Cw48e2xwIVSimICh0aLAKE
>>>>
>>>> --  Makngah
>>>> Sjamsir Sjarif
>>>>
>>> --
>>> .
>>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>>> ===========================================================
>>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>>> * DILARANG:
>>> 1. Email besar dari 200KB;
>>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>> 3. Email One Liner.
>>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>>> mengirimkan biodata!
>>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>>> mengganti subjeknya.
>>> ===========================================================
>>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan
>>> di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
>>> ---
>>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>>> Grup.
>>>
>>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>>> kirim email ke rantaunet+...@googlegroups.com.
>>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>>
>>
>> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke