Dear JePe,

Kalau Yossi..... yg Angku caritokan dulu manulak cinto Angku ..... Yossi yg 
mano pulo tuh?

Hahahaha..... maaf ya bro....gue lagi iseng nich karano galigaman mancaliak 
kalakuan anak urang (yg persis sarupo kalakuan awak dulu).

Salam,
r.a. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: andi jepe <andi.j...@gmail.com>

Date: Wed, 8 Apr 2009 10:59:59 
To: <RantauNet@googlegroups.com>
Subject: [...@ntau-net] Re: Yusaf Rahman ‘Hidup Kembali’



Batua Mak Ngah...salah cetak judul berita tu, Da Cap ko lah ambo kenal
sajak di SMA katiko ambo aktif jo sanggar Tari Ibu Sofyani Yusaf,
kebetulan anaknyo nan partamo si Yossi dan nan kaduo si Soni adiak
kelas ambo di SMA katiko tu...kami ikuik kejuaran atau festival tari
tingkek SLTA di Kota Padang, Alhamdulillah dek dibina Bu Sofyani kami
juara satu festival tu (sarupo tulisan ambo nan taralah)

Nan ambo kenal Da Cap ko..pembawaannyo tanang..tanang sajo ndak banyak
kecek..tapi yo jiwa seni musiknyo dalam bana..mungkin dalamnyo tanang2
sajo..tu sadang maranuang mancari inspirasi.

Ambo sadang maminta CD jo Buku tu ka anaknyo si Soni he..he..he

Wass-Jepe

Pada tanggal 08/04/09, Hambo Ciek <hamboc...@yahoo.com> menulis:
> Saya kira kepala berita di Harian Singgalang ini salah cetak. Namanya Yusaf
> Rahman, bukan Yusaf Rahmat. Saya kenal Yusaf Rahman 1954 di Payakumbuh dan
> Sofyani Bustamam 1955 di Bukittinggi jauh sebelum mereka menikah. Saya hadir
> dalam perkawinan mereka di Bukittinggi, 1965 sebelum saya meniggalkan
> Kampuang Halaman..
> -- Sjamsir Sjarif
>
> Kamis, 02 April 2009
> Yusaf Rahmat ‘Hidup Kembali’
> Laporan Khairul Jasmi
>
> Yusaf
> Rahmat telah tiada, tapi tadi malam di teater Tertutup Taman Budaya
> Sumbar, ia seolah hidup kembali. Seseorang yang hebat boleh pergi, tapi
> karya, cerita dan sejarah tentang dia menjadi bagian dari orang yang ia
> tinggalkan.
>
> Yusaf akrab disapa Da Cap adalah seorang kompunis
> Minang yang terkenal. Gesekekan biolanya, maut, menyayat dan memukau.
> Sudah empat tahun ia pergi, tapi seolah ia masih ada, seolah suara
> paraunya masih terdengar di Taman Budaya Padang.
> Tadi malam, buku
> tentang dirinya diluncurkan di hadapan orang-orang hebat. Mereka yang
> hadir antara lain, Gubernur Gamawan Fauzi, Walikota Padang, Fauzi
> Bahar, Bupati Agam Aristo Munandar, tokoh masyarakat Basril Djabar,
> wartawan dan sastrawan Makmur Hendrik, Kepala Dinas Pariwisata James
> Hallyward, Ketua Dewan Kesenian Harris Effendy Thahar, wartawan senior
> Mathis D Pandoe dan sederatan panjang nama lainya.
> Buku dengan
> judul, “Yusaf Rahmat, Kompionis Minang,” itu disunting oleh penulis
> Nazif Basir. Ia hadir bersama istrinya Elly Kasim. Tentu Ciak Uniang
> kita ini juga bernyanyi, seperti halnya Gubernur Gamawan Fauzi.
> Buku
> yang diterbitkan Lubuk Agung (2007) tebalnya 279 halaman. Buku ini
> cukup obyektyif mengupas siapa sebenarnya seniman hebat kita ini.
> “Tidak mungkin kita bicara tentang Yusaf Rahman, tanpa menghubungkannya
> dengan perkembangan musik Minang. Selain lagu-lagu Minang yang pernah
> diciptakannya yang sangat kuat warna Minangnya,seperti lagu “Indak
> Kabarulang, Perak-perak”, “Rusuah Hati”, “Lindok-lindok”, “Kelok
> Sambilan,” “Usah Diratok-i” dan lain-lain, maka tari-tari Minang yang
> dibuat syofyani, istrinya, menjadi begitu terkenal dan monumental
> justru karena aransment musik yang dibuat Yusaf”. Itu antara lain
> tertulis di dalam buku tersebut.
> Da Cap, menghormati semua orang,
> tua atau muda. Baru mancogok atau sudah malang-melintang, ia tak
> peduli. Ia memanusiakan manusia. Jika saja, orang seperti dia masih ada
> hari ini, maka perkembangan musik Minang, tentu akan kian hebat pula.
> Ia tak saja memasyaratkan lagu Minang di Minang tapi juga di
> mancanegara. Yusaf Rahman, dengan demikian adalah contoh yang baik
> tentang keseriusan seseorang di bidangnya.
> Acara yang dikemas apik
> tadi malam, tampil kian sempurna karena disentuh oleh anak-anak
> almarhum. Hadirin puas, bukan saja karena acaranya yang bagus dan
> sambutan-sambutan yang bernas, juga karena hal lain. Hal lain itu, ada
> buku dan CD yang dijual murah di pintu masuk. Tentu saja keduanya
> tentang Yusaf Rahman.
> Yusaf memang telah pergi. Ia bukannya membawa
> identitas keminangkabauan, tapi malah meninggalkannya. Sekarang,
> generasi penerus bisa menggeseknya bagai biola atau malah justru tak
> peduli. Kadang, untuk hal-hal penting, kita memang kurang peduli. Tapi
> tadi malam,. kepedulian itu ada. Da Cap, tenanglah kau di sana!*
>
>
>
> >
>



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke