~~."IJP".~~

-----Original Message-----
From: Koran Digital <korandigi...@gmail.com>
Date: Thu, 22 Apr 2010 18:36:04 
To: Koran Digital<koran-digi...@googlegroups.com>
Subject: [Koran-Digital] JK : Mengapa Kita Menjadi Bengis?

Mengapa Kita Menjadi Bengis?

Jumat, 23 April 2010 | 04:57 WIB

Oleh M Jusuf Kalla

Peristiwa sangat dramatis terjadi pada Rabu (14/4) pekan lalu di
Tanjung Priok, DKI Jakarta. Yang tampak kasatmata, bentrok polisi dan
Satpol PP dengan massa. Ada tiga nyawa melayang, ratusan orang luka-
luka, dan 56 mobil dirusak kemudian dibakar. Indonesia heboh karena
inilah bentrokan terhebat di Ibu Kota pascakerusuhan Mei 1998.

Hal yang amat menggetarkan tali rasa kita, bentrokan tak sekadar amuk
hantam biasa. Sulit dipercaya ada anggota Satpol PP berperilaku tak
manusiawi dan brutal menyiksa massa, termasuk anak-anak. Pada adegan
lain, sekelompok massa bisa memukul, menggebuk para anggota Satpol PP.
Sebagian lagi membakar mobil polisi dan Satpol PP dengan risiko
tinggi. Massa lain melompati sambil menginjak-injak mayat anggota
Satpol PP. Apakah kita sudah berubah demikian kasar hingga melakukan
tindakan yang jauh dari peradaban, tak sesuai ajaran agama apa pun?

Saya sungguh sulit membayangkan apa yang terjadi pada warga DKI dan
sekitarnya tatkala api berkobar menghabisi mobil-mobil polisi dan
Satpol PP. Seandainya api berkobar liar atau andaikata mobil meledak
dan serpihan api menerjang tangki-tangki besar berisi jutaan liter
bensin dan elpiji serta pipa-pipa minyak di sana, Jakarta bisa
terbakar hebat. Jarak antara lokasi kejadian dan tangki-tangki bahan
bakar hanya sepelemparan batu saja.

Tidak terbayangkan berapa korban jiwa bisa jatuh di daerah yang begitu
padat. Kota ini perlu waktu beberapa tahun untuk membangun kembali
Tanjung Priok dan Jakarta. Kebakaran yang bisa jadi neraka, untung
Tuhan masih melindungi kita. Peristiwa ini kembali menunjukkan, kita
kerap ingin menyelesaikan masalah tanpa solusi jelas. Pemprov DKI
terkesan memudahkan soal sehingga peristiwa mengiriskan ini meledak.
Tak muncul kesan sebelum mengambil tindakan represif, aparat telah
mengamankan lapangan dengan mulus. Tak tampak persuasi yang efektif
yang bisa meredam emosi publik.

Dalam kasus ini jelas sebenarnya pemerintah tak berniat mengganggu,
sebaliknya malah akan memugar makam Mbak Priuk (1756), berarti ini
niat baik. Hanya beberapa lokasi di sekitarnya yang dipindahkan,
misalnya pendapa. Kalau masalah ini, juga jalan keluarnya sudah
disampaikan kepada masyarakat dan dilaksanakan terlebih dulu sebelum
menggusur, pasti masyarakat tak geram. Betapa komunikasi yang
diperagakan sangat buruk. Di sisi lain, sesuai laporan dan data yang
ada dan kesaksian masyarakat bahwa tanah yang dipersengketakan adalah
bekas tempat pemakaman umum (TPU) yang dipindahkan pada tahun 1994
untuk kepentingan perluasan pelabuhan, yang artinya untuk memberikan
kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, dengan tetap menghormati
makam Mbah Priuk. Sebagai TPU, tentu tanah itu telah diwakafkan dan
milik masyarakat, otomatis tak ada yang berhak menuntut. Justru kepada
pihak yang merasa ”memiliki tanah makam” itu, jika tetap
mengikhlaskan, akan memperoleh pahala yang tiada habis-habisnya.
Sebaliknya, apabila mau dijual lagi, akan memutus pahala dari leluhur
yang mewakafkan dan ini melanggar ketentuan agama.

Saya juga amat risau ketika menjenguk para korban luka-luka di RSUD
Koja. Sebagian korban anak-anak. Dari beberapa wawancara di lapangan,
ada kesan, sejumlah anak sengaja dimajukan untuk mempertahankan lokasi
yang kemudian banyak menjadi korban. Mungkin maksudnya supaya aparat
tak berani bertindak karena yang dihadapi anak-anak bak anak mereka
sendiri. Namun, apa pun alasannya, ini sungguh berakibat fatal.
Janganlah pertikaian itu sampai demikian luas, apalagi melibatkan anak-
anak yang rentan risiko. Adab yang dipakai sungguh jauh melenceng dari
nilai-nilai luhur bangsa.

Akar masalah

Apa penyebab masyarakat gampang tersulut? Dalam banyak peristiwa di
dunia, letupan kemarahan publik diakibatkan banyak aspek, di antaranya
kekecewaan dan kejengkelan yang membuncah. Pun ketidakadilan dan tidak
harmoninya pemerintah-masyarakat. Kita menyaksikan sendiri dalam enam
bulan terakhir muncul gemuruh kasus cicak buaya, hiruk-pikuk kasus
Century yang berlangsung berbulan-bulan. Belum reda Century, muncul
kasus Gayus Tambunan yang benar-benar merisaukan semua kalangan.
Ditambah retaknya harmoni antarpolisi, ini menimbulkan kecurigaan dan
emosi di masyarakat dan menurunnya wibawa aparat.

Pemprov terkesan lupa kawasan sekitar Tanjung Priok memang sangat
rawan. Di sana banyak bermukim masyarakat kurang mampu dan sangat
sederhana. Mereka bertetangga dengan perumahan luks. Kesenjangan
ekonomi dan sosial tentu saja menganga lebar. Aspek ini mestinya
memunculkan sense untuk menangani masalah di sana dengan serius dan
ekstra hati-hati serta melanjutkan program permukiman rakyat (antara
lain 1.000 tower) dengan segera dan tidak menyegelnya.

Sense lain mestinya mengemuka jika merunut pengalaman silam. Kerusuhan
Mei di Jakarta dan sekitarnya di antaranya disulut suburnya
ketidakadilan. Korupsi masih berkembang, BLBI, ada arogansi penguasa,
kaum elite bangsa tak saling percaya, tak ada penyelesaian masalah,
sejumlah usahawan busuk melarikan uang ke luar negeri tatkala krisis
ekonomi berkecamuk dan jutaan penduduk menganggur. Kesenjangan ekonomi
melebar, meletupkan kemarahan massa. Terkesan, banyak kasus besar yang
memasygulkan masyarakat dibiarkan menjadi liar, tidak ditangani serius
sehingga sungguh menurunkan wibawa. Kita terkesan berpikir pelbagai
persoalan, termasuk masalah-masalah besar, akan selesai dengan
sendirinya. Dengan demikian, kalau ada persoalan, biarkan saja
persoalan itu berkecamuk, toh akan selesai juga. Ini semua menimbulkan
kepercayaan satu sama lain sangat tipis.

Besar harapan kita, Pemprov lebih firm dan menangani semua masalah
secara serius dan cermat. Jangan biarkan pembiaran semakin subur
karena kepercayaan rakyat harus dijaga seutuh-utuhnya. Jangan sampai
ada rakyat merasa tidak terayomi. Kita pun mesti melihat jauh ke
depan. Bangsa-bangsa lain makin bergegas untuk lebih adil dan lebih
menyejahterakan rakyatnya. Kita memiliki segenap potensi untuk maju,
menjadi bangsa terkemuka di dunia. Hentikanlah semua pertikaian demi
kemajuan bangsa.

M Jusuf Kalla Ketua Umum PMI

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/23/04570424/mengapa.kita.menjadi.bengis.

-- 
"One Touch In BOX"

To post  : koran-digi...@googlegroups.com

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus

Catatan : -  Gunakan bahasa yang baik dan santun
                 -  Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
                 -  Hindari ONE-LINER
                 -  POTONG EKOR EMAIL
                 -  DILARANG SARA
                -  Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau  
                   Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda.
               -  Berdiskusilah dengan baik dan bijak.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
“Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang 
sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” -- Otto Von 
Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang 
lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Subscription settings: 
http://groups.google.com/group/koran-digital/subscribe?hl=id

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke