Ass ww, dunsanak sapalanta nan terhormat. Kalau bulieh sato pulo ambo saketek 
manyangkuik judul ko. Nan partamo sasuai jo wawancara pak Fasli Jalal di Metro 
TV babarapo hari nan lalu, katonyo lai ado dana di Diknas utk bea siswa bagi 
anak berprestasi tapi ekonominyo indak mampu. Utk itu sebaiknyo baik sacaro 
formal maupun informal sacapeknyo diinformasikan anak2 awakko kabaliau. Nan 
kaduo kok iyo Gebu Minang lai ado dana abadi,cubolah diprogram sacaro terencana 
hal nan bakait jo bea siswa bagi anak2 awak ko. Nan katigo, bisa juo sacaro 
sukarela qwak imbau urang awak nan mampu sacaro ekonomi atau nan punyo 
fasilitas bisa mandukuang anak2 awak ko. Dan tarakhir sebagai upayo jangka 
panjang, marilah awak pikiekan basamo baa supayo tasadio dana abadi utk 
disiapkan mandukung anak2 awak nan berprestasi. Damikianlah sakadar pamikiran, 
mudah2an lai brrmanfaat,tarimo kasi,Wass.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Dr. Saafroedin Bahar" <saaf10...@yahoo.com>
Date: Mon, 10 May 2010 03:27:47 
To: Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com>
Subject: Re: [...@ntau-net] Tak Ada Biaya, Lima Siswa Batal Melanjutkan SMA

Bung Nofend, sebagai anak dari keluarga yg tidak berada, saya bisa merasakan 
kepedihan dari anak-anak berbakat ini. Saya sendiri hampir batal masuk 
perguruan tinggi pada tahun 1955, jika saya tidak mendapat ikatan dinas dari 
Kementerian Dalam Negeri.

Ini masalah kita semua. Gebu Minang sdh merintis pembentukan Dana Abadi 
Minangkabau Internasional (DAMI) utk maksud ini. Saya belum tahu kegiatan 
sejenis di Ranah.

Bagaimana kalau topik beasiswa utk anak cerdas tapi tak mampu ini kita 
cantumkan dalam Kesepakatan Bersama Kongres Kebudayaan Minangkabau mendatang?

Wassalam,
Saafroedin Bahar
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Nofend St. Mudo" <nof...@rantaunet.org>
Date: Mon, 10 May 2010 10:03:38 
To: <solok-sela...@yahoogroups.com>
Cc: <rantaunet@googlegroups.com>
Subject: [...@ntau-net] Tak Ada Biaya, Lima Siswa Batal Melanjutkan SMA

Mungkin ado sanak awak nanpunyo kemampuan labiah, dan bisa mambantu adiak2
kito nan kurang mampu dibawah.

Kok kito tunggu pejabat wak dikampuang memperhatikan hal iko, antahlah..

 

Salam

Nofend, Urang Pauah Duo juo

 

Nengsih Adeyaka - Padang Ekspres <http://www.padangekspres.co.id> 

Sedikitnya lima siswa tamatan SMP sederajat di Kabupaten Solok Selatan urung
melanjutkan sekolah. Meski mereka berhasil lulus Ujian Nasional (UN). Bahkan
satu diantaranya, siswa dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Lagi-lagi
karena tidak ada biaya, harapan ingin bersekolah kandas.

Informasi dihimpun  di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Pekonina Kabupaten
Solok Selatan, tingkat kelulusan sekolah agama yang terletak di kawasan
Bloknol Kecamatan Pauhduo itu, mencapai 93,33 persen. Hanya satu siswa yang
dinyatakan ikut ujian ulang. 14 siswa lainnya lulus dengan nilai cukup baik.
Tapi sayang, empat siswa terpaksa membuang mimpi untuk duduk bangku sekolah.
Mereka adalah, Zulfarmaini, Naila Mardiah, Reni Nofrianti, dan Aderi Sutera.

Wakil kepala sekolah MTs Pekonina, Junaidi menyebutkan Zulfarmaini tercatat
sebagai siswa yang mendapat nilai tertinggi di sekolah itu, pasca UN tahun
ini. Anaknya tekun dan sangat ingin bersekolah. Namun karena kondisi
ekonomi, membuat orang tuanya memutuskan sekolah anaknya cukup sampai MTs
saja.

"Saya temui orangtuannya (orangtua Zulfarmaini), mereka mengatakan memang
tidak sanggup menyekolahkan, dan berhenti sampai MTs," ungkap Junaidi,
beberapa waktu lalu.

Hal serupa dialami Naila Mardiah. Juara kelas itu, menurut Jun, tidak
melanjutkan sekolah. Meski bersikeras ingin sekolah, tapi orangtuanya lebih
keras lagi. Tidak ada biaya. Tidak hanya dia, tiga orang kakak Naila malah
hanya menamatkan Sekolah Dasar (SD). "Usai pengumuman kelulusan kemarin,
Naila pergi ke Bukittinggi, menemui kakaknya yang dulunya juga alumni MTs
tapi tidak melanjutkan sekolah. Memilih bekerja, membantu  menjahit
pakaian," kenang Jun.

Kondisi memiriskan juga terjadi pada Aderi Sutera. Walau benar-benar ingin
bersekolah, tapi nasib berkata lain. Saat membaca pengumuman kelulusan,
siswa yang bercita-cita menjadi polisi itu, tidak terlalu gembira. Ayah
kandungnya telah meninggal dua tahun lalu. Tamat MTs saja sudah mujur.

Setali tiga uang, dengan Reni Nofrianti. Anak ke empat dari sembilan
bersaudara itu juga kurang beruntung. Bapaknya mengalami sakit stroke.
Kebutuhan hidup sehari-hari, mengandalkan Eri, 20, kakak laki-lakinya. Eri
sebagai tulang punggung keluarga, bekerja menjadi kuli tani di sawah milik
tetangga. Upahnya, Rp5000 per jam. Satu hari duit terkumpul paling banter
Rp35 ribu. Eri pernah bersekolah, tapi hanya sampai SD.

Koran ini, sempat bertemu dengan Reni beberapa pekan lalu. Sebelum UN
digelar. Ketika ditanya rencananya ke depan, setelah menamatkan MTs, ABG
(anak baru gede) itu hanya tersenyum kecut, lalu tertunduk tanpa mengucapkan
sepatah katapun. Mukanya tampak memerah. "Empat orang di sekolah kami yang
telah menyatakan tidak menyambung ke tingkat SMA. Hanya 11 orang yang akan
mandaftar masuk MAN dan SMA," imbuh Junaidi.

Terpisah, Kharsini 43, mengeluhkan hal senada. Saat terlibat perbincangan
dengan Padang Ekspres (Group PadangToday), ibu empat anak itu mengatakan
ponakannya Mujiati yang baru saja lulus SMP Liki, terpaksa menganggur tahun
ini. Bertekad mengumpulkan uang, agar tahun depan bisa sekolah.

Kharsini bercerita, sejak umur tiga tahun Muji tinggal bersamanya. Ibu Muji
yang juga adik ipar Kharsini, sejak itu pergi dan tidak pernah kembali.
Begitupula dengan orangtua laki-laki Muji. Kharsini lah yang mengurus Muji,
hingga dia tamat SMP.

"Bukan saya ndak mau lagi menyekolahkan dia (Muji), sedangkan anak saya saja
ada tiga orang dan masih bersekolah SD. Untuk makan saja masih susah. Uang
dari mana untuk sekolah," ujarnya dengan mata terlihat sembab.

Dua minggu terakhir, Muji telah mulai bekerja di sebuah toko di Muaralabuh.
Mengumpulkan uang agar tahun depan bisa mendaftar masuk SMK. Keterangan yang
diperoleh Kharsini dari para tetangganya, biaya yang mesti ada  untuk masuk
SMA/SMK bisa mencapai Rp1 juta. Membeli seragam, sepatu, buku tulis, tas
serta biaya-biaya lainnya. Belum lagi ongkos menuju sekolah. Dari Pekonina
ke SMK di kawasan Kotobaru Sungaipagu, ongkos angdes (angkutan desa) Rp6
ribu, pulang pergi.

"Muji itu ndak pernah keluar dari peringkat lima besar, sejak kelas satu
sampai kelas tiga SMP. Tapi mau gimana lagi, dia keras mau sekolah, tapi
kondisi tidak mendukung. Rencananya tahun depan saja Muji bersekolah.
Sekarang memang tidak ada biaya. Saya dan suami hanya bekerja sebagai
petani,"tutur Kharsini membiarkan air matanya terurai.

Sementara itu, Dinas pendidikan Solsel mencatat, jumlah siswa yang
melanjutkan ke jenjang SMA sederajat pada tahun lalu, hanya 68 persen.
Jumlah ini merupakan perolehan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada tahun
2009. Artinya, pada tahun tersebut APK Solsel belum mencapai 100 persen.

"APK Solsel kurang dari 100 persen disebabkan banyak yang melanjutkan
sekolah keluar Solsel, dan ada juga yang tidak melanjutkan. Jadi, bukan
berarti 32 persen itu semuanya karena siswa tidak sekolah atau putus
sekolah," ungkap Kadisdik Solsel, Fidel Efendi saat ditemui di ruang
kerjanya beberapa waktu lalu.  [*]

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke