Tarimo kasih, bung Andi Ko. Ambo rancang dahulu. Bisuak ado rapek Ge Minang. Intinyo ambo harokkan panguruih Gebu Minang, ditambah pituo-pituo Minang, dan komunitas Rantau Net. Kalau tampeknyo di Komnas HAM -- karano adi dimensi HAM-nyo -- bisa kiro-kito 50 urang. Tanggalnyo nan paralu dirundiangkan jo nan lain.
Wassalam, Saafroedin Bahar Soetan Madjolelo (Laki-laki, Tanjung, masuk 74 th, Jakarta) Taqdir di tangan Allah, nasib di tangan kita. --- On Thu, 1/6/11, andi ko <andi.ko...@gmail.com> wrote: From: andi ko <andi.ko...@gmail.com> Subject: Re: [...@ntau-net] TEMUAN OXFAM TENTANG KONDISI KESIAPAN MITIGASIKEBENCANAAN DI SUMBAR To: rantaunet@googlegroups.com Date: Thursday, January 6, 2011, 2:29 PM Pak Syaf Jikok ambo yang di mandatkan untuak maundang, tolong kirimkan bara urang nan ka hadir dan tanggal bara perkiraannyo. Bia ambo siapkan. Salam andiko Pada 6 Januari 2011 10.43, Dr Saafroedin Bahar <saafroedin.ba...@rantaunet.org> menulis: Batua Riri, bung Andi Ko memang merencanakan mengundang urang Oxfam utk manjalehkan hasil riset tu. Ambo harokkan Riri bisa hadir mengkritisi. Jadi kito adokan tigo tahap: kito jo Oxfam; ditambah jo agt DPR dan DPD kaduonyo di Jkt; dilanjuikkan di Padang. Nan di Jkt bisa dipalaweh jo komunitas RantauNet dan Gebu Minang. Nan di Padang jo para stakeholders. Baa pandapek Riri? Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita. From: "Riri Mairizal Chaidir" <riri.chai...@rantaunet.org> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Thu, 6 Jan 2011 08:30:04 +0700 To: <rantaunet@googlegroups.com> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com Subject: RE: [...@ntau-net] TEMUAN OXFAM TENTANG KONDISI KESIAPAN MITIGASI KEBENCANAAN DI SUMBAR Pak Saaf dan Dunsanak Sadonyo. Maaf, kalau manuruik ambo, kalau memang akan diadakan suatu diskusi mendalam dengan berbagai pihak, ada baiknya kita baca dulu pelan2 Laporan Hasil Risetnya secara utuh, tidak cuma Summary dan Recommendationnya. Kalau yang saya pahami – dari Report itu – mereka melakukan studi atas kebijakan Pemerintah. Kesimpulan mereka, Public Awareness itu sudah merupaka prioritas. Hanya saja, dalam hal warning system nya lebih banyak ke masalah teknologi dibandingkan sosio ekonomi. Tapi bisa saja saya pemahaman saya salah. Kalau saya (lagi2 kalau), dibandingkan terburu2 berdiskusi, apalagi dalam format besar (dengan mengundang Anggota DPR, DPD), langkah pertama adalah, bertemu dengan Researcher nya, minta beliau menjelaskan penelitiannya. Nah, dari situ – seandainya kita akan merefer ke Penelititan itu – baru kita pertimbangkan apakah mau mengadakan diskusi dalam lingkup yang lebih luas, atau cukup dengan “mengingatkan” Pemerintah bahwa ada hasil penelitian begini lho … Maaf, itu Cuma pendapat saya Riri 48/L/BEkasi From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of Dr. Saafroedin BAHAR Sent: Wednesday, January 05, 2011 8:46 PM To: rantaunet rantaunet rantaunet Cc: Asril H. Tanjung; Muhammad Jamil; Mochtar Naim; Farhan Muin DATUK BAGINDO; Djohermansyah Djohan; Prof. Dr Azyumardi AZRA; Irman GUSMAN; Dutamardin Umar; Khairul Jasmi; andi ko Subject: [...@ntau-net] TEMUAN OXFAM TENTANG KONDISI KESIAPAN MITIGASI KEBENCANAAN DI SUMBAR Assalamualaikum w.w. para sanak sapalanta, Di bawah ini saya kutipkan hasil riset Oxfam -- yang di-upload oleh bung Andi Ko -- tentang tingkat kesiagaan dua daerah dalam mitigasi bencana, yaitu Jawa Barat dan Sumatera Barat. Intinya sama, bahwa kedua daerah ini sesungguhnya tidak siap, dan bahwa pelibatan masyarakat belum intensif. Sudah barang tentu hasil riset tersebut bukan sekedar untuk dibaca, tetapi untuk ditindaklanjuti. Dalam SKM GM yang lalu masalah kebencanaan ini juga termasuk mata acara,yang setelah dibahas, ya kesimpulannya sama. Saya telah mendorong bung Andi Ko untuk menindaklajutinya, antara lain dengan membahasnya secara lebih mendalam. Bung Andi Ko menyarankan agar pembahasan diadakan di Padang. Saya setuju. Sebelum di Padang, saya berpendapat agar diadakan dahulu di Jakarta, khususnya oleh karena yang dibutuhkan adalah investasi untuk infrastruktur mitigasi, yang tentu saja perlu dikaitkan dengan APBN. Saya menginginkan agar kita mengundang 19 orang anggota DPR RI dan empat anggota DPD yang berasal dari Sumatera Barat untuk dimintakan komitmennya. [Beliau-beliau kan pemegang amanah masyarakat Sumatera Barat]. Siapa yang akan mengundang ? Kalau tidak ada yang siap, saya akan mengunsulkan agar Gebu Minang mengambil prakarsa. Bagaimana pendapat para sanak sapalanta ? Wassalam, Saafroedin Bahar Soetan Madjolelo (Laki-laki, Tanjung, masuk 74 th, Jakarta) Taqdir di tangan Allah, nasib di tangan kita. The study’s findings and conclusions are as follows: The priority of DRR investments in West Java and West Sumatra is mostly in public awareness, disaster education and training. The main actors who invest in DRR are government and NGOs (INGO and local NGO). Gender mainstreaming is still found to be rare in both provinces although NGOs are found to be more sensitive to gender. Therefore cooperation between government and NGOs may make more gender sensitive programs. The Ministry of Women Empowerment (MOWE) does not have capacity to mainstream gender in government programs. This is because the MOWE authority is limited. Similarly, the agency of women empowerment’s power is also limited to districts and large cities. As a result risk reduction measures are less effective for women as risk assessments are not gender sensitive. The number of victims in West Sumatera was still substantial, largely due to the collapsing of buildings This shows that structural mitigation is still not of high importance to the government Most investment tends to focus on specific types of hazards, with earthquakes and tsunamis having the highest investment. This shows an imbalance in investment between earthquakes and tsunamis and other types of hazards. Disaster education while conducted at some formal education institutions (public schools) is still limited. Disaster education, however, is not being taught at informal education institutions, such as courses. EWS tend to emphasize the technological components of the warning systems and are not people centred. Applied research on DRR is still limited. Most of the research is found on physical modelling of hazards with only limited on socio-economic issues. The involvement of the private sector is very limited. NGOs traditionally work in rural areas but not in urban areas. Government policies on disaster management are not based on strong risk assessment. Participatory projects have been seen to be effective as a result of the increased awareness of the communities. However, the participation of the communities is still limited. Therefore, more investment must be done to ensure community active role in disaster risk reduction activities. Several recommendations were suggested: The scale of investment must consider the size of population and area vulnerable to disaster. The current scale of investment is not yet meeting the needs and must be expanded. Investment should also cover sectors that traditionally not addressed by NGOs, such as structural mitigation that requires skills and bigger resources and stronger regulation. This can be addressed by improving the enabling environment, including laws and building codes and involving more actors that have the competence , e.g. private sectors. Ministry of Women Empowerment and Children Protection should be supported to enable them to advocate for the mainstreaming of gender into DRR and emergency response. At the same time, NGOs, especially gender focused NGOs, should also work more closely and advocate the newly established BPBDs to mainstream gender into their organizations and programmes. Good lessons from participatory DRR projects should be scaled up to other vulnerable communities. To speed up the disaster management institutions and legislation to vulnerable districts, awareness and education should target decision makers (legislative and executive). The established BPBDs should strengthen their coordination function and leadership. Education should not only cover formal education but also informal education. This is not only on knowledge but also on the structural mitigation and safety. Disaster education should also include knowledge of secondary hazards (e.g. landslides and fires can be induced by earthquakes). Risk analysis should be used as a foundation for any disaster risk reduction investments. The results from individual project risk analysis (by community based approach) should be used to fit with the government risk analysis. On the other level, BPBDs should develop participatory risk analysis mechanisms to enable more systematic and comprehensive risk reduction systems. To ensure synchronization of various risk analysis methodology, BPBD should conduct dialogue (such as DRR Forum) on risk analysis and gender sensitive indicators. Existing EWS should strengthen their community components and cover the other prominent hazards (floods and landslides). More social research into disaster risk reductions. Funding for social research in disaster risk reduction should be increased All investments will require additional financial and other resources. Government and donors should increase their financial support but also it is important to identify alternative sources of funds, for example: the potential use of climate change adaptation funds. -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.